Investor Asing Cetak Rekor Tertinggi, Harga SUN Malah Koreksi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
27 January 2020 20:05
Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi signifikan pada perdagangan hari ini meski sempat menguat terbatas hingga tengah hari.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi signifikan pada perdagangan hari ini meski sempat menguat terbatas hingga tengah hari, memutus tren penguatan panjang yang terbentuk sejak 2 pekan lalu.

Sentimen terbesar hari ini adalah kekhawatiran terhadap merebaknya virus corona baru yaitu Novel/Wuhan 2019-nCoV yang dapat memperlambat ekonomi China seperti halnya virus corona sebelumnya yaitu SARS-CoV pada 2001-2003 silam. Tingkat keganasan virus SARS saat itu hanya 10%.

Setelah itu, pada 2012 sempat muncul virus MERS-CoV di Timur Tengah pada 2012 silam yang lebih ganas dengan tingkat kematian 30% tetapi tidak sempat menyebar.

Pelemahan terjadi meskipun posisi investor asing pada akhir pekan lalu menembus rekor tertinggi sepanjang masa, yaitu Rp 1.087,99 triliun. Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak sejalan dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 12,6 basis poin (bps) menjadi 6,12%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

 

Yield Obligasi Negara Acuan 27 Jan'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 24 Jan'20 (%)

Yield 27 Jan'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 27 Jan'21 (%)

FR0081

5 tahun

5.996

6.122

12.60

6.0144

FR0082

10 tahun

6.616

6.673

5.70

6.6388

FR0080

15 tahun

7.07

7.144

7.40

7.1194

FR0083

20 tahun

7.295

7.311

1.60

7.2964

Sumber: Refinitiv

 

 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,64 poin (0,23%) menjadi 276,05 dari posisi akhir pekan lalu 276,69.

Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 505 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 493 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 6,3 bps hingga 1,61% dari posisi akhir pekan lalu 1,68%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun yang mulai terjadi sejak akhir pekan lalu, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 27 Jan'20

Seri

Benchmark

Yield 24 Jan'20 (%)

Yield 27 Jan'20 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.531

1.556

3 bulan-5 tahun

11.9

UST 2020

2 Tahun

1.486

1.439

2 tahun-5 tahun

0.2

UST 2021

3 Tahun

1.47

1.411

3 tahun-5 tahun

-2.6

UST 2023

5 Tahun

1.502

1.437

3 bulan-10 tahun

-6.4

UST 2028

10 Tahun

1.68

1.62

2 tahun-10 tahun

-18.1

Sumber: Refinitiv

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.087,99 triliun SBN, atau 39,11% dari total beredar Rp 2.781 triliun berdasarkan data per 23 Januari.

Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 3,84 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan atau berarti sejak awal tahun masih surplus Rp 26,13 triliun. Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif virus corona terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 24 Jan'20 (%)

Yield 27 Jan'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.725

6.725

0.00

China (A+)

3.053

3.05

-0.30

Jerman (AAA)

-0.33

-0.368

-3.80

Prancis (AA)

-0.075

-0.11

-3.50

Inggris Raya (AA)

0.564

0.526

-3.80

India (BBB-)

6.578

6.552

-2.60

Jepang (A)

-0.044

-0.043

0.10

Malaysia (A-)

3.174

3.166

-0.80

Filipina (BBB)

4.589

4.608

1.90

Rusia (BBB)

6.22

6.25

3.00

Singapura (AAA)

1.656

1.656

0.00

Thailand (BBB+)

1.39

1.36

-3.00

Amerika Serikat (AAA)

1.68

1.617

-6.30

Afrika Selatan (BB+)

9.01

9.05

4.00

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular