Rupiah, Virus, dan Suku Bunga 7DRRR Sukses Angkat SUN Lagi!

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
23 January 2020 23:21
Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup melonjak hari ini seiring dengan penguatan rupiah yang kembali ke Rp 13.625/dolar AS.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup melonjak hari ini seiring dengan penguatan rupiah yang kembali ke Rp 13.625/dolar AS dan negatifnya pasar obligasi negara Asia lain.

Penguatan nilai mata uang garuda itu sudah mencetak titik terkuat terhadap dolar AS sejak Februari 2018. Sentimen dari negara Asia seperti turunnya peringkat utang Hong Kong, virus dari China, serta inflasi tinggi India turut membuat arus dana investor global lebih banyak mengalir ke pasar surat utang negara (SUN) rupiah.

Penguatan rupiah dan pasar SUN juga diperkuat oleh ditetapkannya kembali suku bunga acuan di level 5% oleh Bank Indonesia hari ini sehingga mampu menjaga momentum penguatan pasar keuangan domestik, terutama mata uang merah putih.

Naiknya harga SUN itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain yang hampir seragam. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 8,7 basis poin (bps) menjadi 7,18%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Penguatan harga juga membuat yield wajar seri 5 tahun turun hingga di bawah level psikologis 6%, tepatnya menjadi 5,96%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 22 Jan'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 21 Jan'20 (%)

Yield 22 Jan'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 22 Jan'21 (%)

FR0081

5 tahun

6.083

6.009

-7.40

5.9644

FR0082

10 tahun

6.715

6.673

-4.20

6.6421

FR0080

15 tahun

7.273

7.186

-8.70

7.1358

FR0083

20 tahun

7.393

7.327

-6.60

7.2794

Sumber: Refinitiv

 

 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,63 poin (0,23%) menjadi 275,81 dari posisi kemarin 275,18.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 493 bps, menyempit dari posisi kemarin 494 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 3,5 bps hingga 1,73% dari posisi kemarin1,77% yang disebabkan oleh tekanan dari kekhawatiran pasar terhadap virus corona wuhan.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.087,14 triliun SBN, atau 39,29% dari total beredar Rp 2.767 triliun berdasarkan data per 22 Januari.

Angka menunjukkan kepemilikan investor asing masih masuk ke pasar SUN senilai Rp 2,99 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan dan awal tahun masih surplus Rp 25,28 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang, hampir seluruhnya mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun di tengah sentimen negatif dari virus corona Wuhan.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 21 Jan'20 (%)

Yield 22 Jan'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.75

6.76

1.00

China (A+)

3.053

3.05

-0.30

Jerman (AAA)

-0.26

-0.279

-1.90

Prancis (AA)

-0.007

-0.028

-2.10

Inggris Raya (AA)

0.637

0.616

-2.10

India (BBB-)

6.634

6.596

-3.80

Jepang (A)

-0.019

-0.018

0.10

Malaysia (A-)

3.29

3.174

-11.60

Filipina (BBB)

4.792

4.702

-9.00

Rusia (BBB)

6.21

6.2

-1.00

Singapura (AAA)

1.707

1.663

-4.40

Thailand (BBB+)

1.435

1.415

-2.00

Amerika Serikat (AAA)

1.771

1.736

-3.50

Afrika Selatan (BB+)

8.995

9.01

1.50

Sumber: Refinitiv


TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular