Analisis Teknikal

Inilah 'Death Cross' Dolar AS, Pertanda Rupiah Terus Menguat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 January 2020 12:33
Dolar AS bahkan diprediksi akan merosot setelah muncul
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (23/1/2020). Rupiah makin mengokohkan posisinya di level terkuat sejak Februari 2018.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,04% ke Rp 13.635/US$. Setelahnya apresiasi rupiah semakin besar hingga 0,29% ke Rp 13.600/US$. Level tersebut menjadi yang terkuat rupiah hari ini, sebelum terpangkas ke level Rp 13.617/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Fundamental dalam negeri yang mendukung dan ekspektasi pemulihan ekonomi global tahun ini menjadi faktor utama pendorong penguatan rupiah. Selain itu, sisi teknikal juga mendukung Mata Uang Garuda untuk terus menguat. Dolar AS bahkan diprediksi akan merosot setelah muncul "persimpangan kematian" atau "death cross".

Analis dari Bank of America Merril Lynch (BAML) mengatakan death cross pada indeks dolar muncul pada perdagangan terakhir 2019. BMAL mengatakan sejak tahun 1980 indeks dolar mengalami delapan kali death cross, tujuh di antaranya membuat dolar AS merosot, sebagaimana diwartakan Reuters Rabu (22/1/2020) kemarin. 

Secara teknikal, death cross terjadi di saat indikator rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari, menyilang dari atas ke bawah MA 200 hari.

Ini Foto: Refinitiv


Grafik di atas menunjukkan death cross, yang setelah itu diikuti anjloknya indeks dolar AS.

Secara teknikal, nilai tukar dolar AS vs rupiah (USD/IDR) mencapai batas bawah pola Descending Triangle saat terjadi death cross indeks dolar, dan beberapa hari setelahnya membentuk pola Black Marubozu, rupiah pun terus menguat hingga hari ini.

Pada Selasa (7/1/2020), rupiah membuka perdagangan di level Rp 13.930/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.870/US$, atau menguat 0,47%.

Level pembukaan rupiah itu sekaligus menjadi titik terlemahnya, sementara level penutupan menjadi titik terkuat rupiah pada hari Selasa. Dengan demikian, secara teknikal rupiah membentuk pola Black Marubozu.



Munculnya Black Marubozu kerap dijadikan sinyal kuat jika harga suatu instrumen akan mengalami penurunan lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Dengan kata lain, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan.

Ini Foto: Refinitiv


Akibat terus menguatnya rupiah (USD/IDR bergerak turun), indikator Stochastic berada di wilayah jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh jual, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang menguat. Dalam hal ini, dolar AS yang berpeluang bangkit mengingat simbol perdagangan jika melawan rupiah adalah USD/IDR.

Dolar AS yang sewaktu-waktu bisa bangkit menjadi koreksi teknikal yang sehat melihat penguatan tajam rupiah dalam waktu singkat. Sejak awal perdagangan 2020 hingga Rabu (22/1/2020), rupiah sudah mencatat penguatan tajam sebesar 1,74%.

Dalam jangka pendek, rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.590/US$ sampai Rp 13.560/US$ jika kembali menembus konsisten di bawah Rp 13.615/US$. Resisten (tahanan atas) berada di Rp 13.640/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah masih cenderung menguat. Sementara jika resisten ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 13.675/US$. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]




(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular