
Kembali Menguat, Rupiah 'Kebal' dari Virus Corona
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 January 2020 17:10

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (22/1/2020), setelah menghabiskan mayoritas perdagangan di zona merah.
Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 13.660/US$, setelahnya pelemahan semakin besar hingga 0,26% di Rp 13.685/US$. Level tersebut menjadi yang terlemah pada hari ini, setelahnya rupiah mampu menipiskan pelemahan. Kurang lebih satu jam sebelum perdagangan dalam negeri ditutup, rupiah akhirnya berbalik menguat, hingga mengakhiri perdagangan di level Rp 13.640/US$.
Pergerakan rupiah pada hari ini seirama dengan mayoritas mata uang utama Asia hari ini. Hingga pukul 16:10 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan kinerja terbak dengan menguat 0,43%, disusul peso Filipina yang menguat 0,33%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua kuning.
Mayoritas mata uang utama Asia melemah pada perdagangan hari ini akibat kecemasan akan menyebarnya virus Corona dari China. Virus Corona keluarga besar virus yang biasanya menginfeksi hewan, namun lambat laun dapat berevolusi dan menyebar ke manusia. Gejala pertama yang akan terlihat pada manusia yang terinfeksi virus tersebut yaitu demam, batuk dan sesak napas, yang dapat berkembang menjadi pneumonia.
Zhou Xianwang, Wali Kota Wuhan, mengungkapkan bahwa enam orang warganya meninggal akibat virus Corona. Wuhan adalah daerah yang paling parah, di mana terjadi 300 kasus serangan virus Corona.
Tidak hanya di China, kasus serangan virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Thailand, hingga AS. Semuanya melibatkan turis China asal Wuhan.
Oleh karenanya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengadakan panel para ahli di Jenewa, Swiss pada Rabu (22/1/2020). Tujuannya mempertimbangkan apakah virus corona harus masuk dalam kategori darurat kesehatan global.
Penyebaran virus tersebut diprediksi akan berdampak negatif ke mata uang Asia akibat menimbulkan ketidakpastian di pasar.
"Ini (virus Corona) mulai memberikan dampak ke pasar finansial dalam 24 sampai 48 jam" kata Adarsh Sinha, wakil kepala strategi Bank of America Securities bidang mata uang dan suku bunga wilayah Asia dalam acara "Street Sign" CNBC International.
"Kuncinya disini adalah ketidakpastian yang ditumbulkan serta ketidakpastian memasuki masa libur (Hari Raya Imlek). Dari sudut pandang investor, para pelaku pasar akan mengurangi risiko, dan saya pikir itu yang kita lihat di nilai tukar mata uang Asia" tambahnya.
Rupiah dan mayoritas mata uang utama Asia memang tertekan sejak Selasa kemarin hingga pagi tadi, tetapi di akhir perdagangan justru berhasil menguat. Rupiah dan kawan-kawan untuk saat ini masih "kebal" terhadap virus Corona.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 13.660/US$, setelahnya pelemahan semakin besar hingga 0,26% di Rp 13.685/US$. Level tersebut menjadi yang terlemah pada hari ini, setelahnya rupiah mampu menipiskan pelemahan. Kurang lebih satu jam sebelum perdagangan dalam negeri ditutup, rupiah akhirnya berbalik menguat, hingga mengakhiri perdagangan di level Rp 13.640/US$.
Pergerakan rupiah pada hari ini seirama dengan mayoritas mata uang utama Asia hari ini. Hingga pukul 16:10 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan kinerja terbak dengan menguat 0,43%, disusul peso Filipina yang menguat 0,33%.
Mayoritas mata uang utama Asia melemah pada perdagangan hari ini akibat kecemasan akan menyebarnya virus Corona dari China. Virus Corona keluarga besar virus yang biasanya menginfeksi hewan, namun lambat laun dapat berevolusi dan menyebar ke manusia. Gejala pertama yang akan terlihat pada manusia yang terinfeksi virus tersebut yaitu demam, batuk dan sesak napas, yang dapat berkembang menjadi pneumonia.
Zhou Xianwang, Wali Kota Wuhan, mengungkapkan bahwa enam orang warganya meninggal akibat virus Corona. Wuhan adalah daerah yang paling parah, di mana terjadi 300 kasus serangan virus Corona.
Tidak hanya di China, kasus serangan virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Thailand, hingga AS. Semuanya melibatkan turis China asal Wuhan.
Oleh karenanya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengadakan panel para ahli di Jenewa, Swiss pada Rabu (22/1/2020). Tujuannya mempertimbangkan apakah virus corona harus masuk dalam kategori darurat kesehatan global.
Penyebaran virus tersebut diprediksi akan berdampak negatif ke mata uang Asia akibat menimbulkan ketidakpastian di pasar.
"Ini (virus Corona) mulai memberikan dampak ke pasar finansial dalam 24 sampai 48 jam" kata Adarsh Sinha, wakil kepala strategi Bank of America Securities bidang mata uang dan suku bunga wilayah Asia dalam acara "Street Sign" CNBC International.
"Kuncinya disini adalah ketidakpastian yang ditumbulkan serta ketidakpastian memasuki masa libur (Hari Raya Imlek). Dari sudut pandang investor, para pelaku pasar akan mengurangi risiko, dan saya pikir itu yang kita lihat di nilai tukar mata uang Asia" tambahnya.
Rupiah dan mayoritas mata uang utama Asia memang tertekan sejak Selasa kemarin hingga pagi tadi, tetapi di akhir perdagangan justru berhasil menguat. Rupiah dan kawan-kawan untuk saat ini masih "kebal" terhadap virus Corona.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular