Sentimen Negatif Bermunculan, Wall Street Jatuh di Pembukaan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
21 January 2020 21:51
Bursa AS dibuka melemah, menyusul bombardir sentimen negatif mulai dari virus China hingga kekhawatiran perang dagang bisa berlanjut.
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka melemah, menyusul bombardir sentimen negatif mulai dari virus mirip SARS di China hingga kekhawatiran perang dagang AS-China masih bisa berlanjut dan menular ke Eropa Barat.

Koreksi ini menjadi yang pertama dalam 6 sesi perdagangan. Kemarin, bursa AS libur untuk memperingati Martin Luther King Jr. Goldman Sachs dan JP Morgan Chase masuk dalam jajaran top losers, dengan terkoreksi masing-masing sebesar 0,6%.

Indeks Dow Jones Industrial Average tertekan 61 poin (-0,2%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan kemudian sedikit membaik menjadi 45,1 poin (-0,15%) ke 28,306,48 selang 15 menit kemudian. Indeks Nasdaq dibuka drop 25,1 poin (-0,3%) ke 9.363,29 dan S&P 500 tergelincir 10,1 poin (-0,3%) ke 3.319,76.

Bursa saham AS menyentuh rekor tertinggi pada Jumat pekan lalu menyusul kuatnya momentum pendongkrak sentimen pasar pada 2019. Indeks S&P 500 menguat lebih dari 28% tahun lalu, menjadi penguatan tahunan terbesar sejak 2013.

Kini, investor mengkhawatirkan munculnya varian baru virus pneumonia di China yang telah membunuh empat orang dan menjangkiti 200 orang lainnya pada Tahun Baru Imlek. Senin lalu, Beijing mengonfirmasi bahwa virus tersebut menular dari manusia ke manusia.

Para ekonom pun mengkhawatirkan dampaknya terhadap pasar modal seperti yang terjadi pada tahun 2003 ketika krisis virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) muncul dan membuat investor meninggalkan bursa Asia. Hari ini, bursa Shanghai anjlok 1,4%, Hang Seng =terpelanting 2,8%, Nikkei 225 melemah 0,9% dan KOSPI terkoreksi 1%.

Pelaku pasar juga ketar-ketir dengan pernyataan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin yang menyebutkan bahwa kesepakatan dagang fase dua antara AS dan China tidak berarti pencabutan tarif yang berlaku sekarang secara serta-merta.

"Kita bisa saja menghadapi 2A dan beberapa tarif hilang. Kita bisa melakukannya secara bertahap menuju ke sana," tuturnya sebagaimana diberitakan The Wall Street Journal. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa dia "serius sekali" mengenakan tarif pada mobil Eropa jika tidak ada kesepakatan dagang dengan Uni Eropa.

Dana Moneter Internasional (IMF) menambah kekhawatiran dengan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,4% ke 3,3% untuk 2020. Ekonomi AS diperkirakan tumbuh 2% (2019), direvisi turun 0,1 persen poin dibandingkan dengan proyeksi IMF Oktober 2019.

Dari sisi korporasi, Boeing dikabarkan tengah bernegosiasi dengan bank untuk mengajukan pinjaman senilai US$ 10 miliar di tengah biaya yang meningkat karena keceakaan atas produk cacatnya yakni 737 Max.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular