Analisis

Melemah Tipis, Rupiah Masih "Malu-Malu" Lewati Rp 13.600/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 January 2020 13:16
Melemah Tipis, Rupiah Masih
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (20/1/2020) setelah membukukan penguatan tujuh pekan beruntun.

Mata Uang Garuda langsung melemah tipis 0,04% ke Rp 13.635/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka. Pelemahan rupiah bertambah menjadi 0,15% ke Rp 13.650/US$, level tersebut merupakan titik terlemah hari ini. Setelah itu, rupiah perlahan menipiskan pelemahan.

Sejak perdagangan tahun ini dibuka, hingga Jumat (17/1/2020) pekan lalu, rupiah sudah menguat 1,8% melawan dolar AS di pasar spot, melansir data Refinitiv. Rupiah bahkan mencapai level terkuat sejak Februari 2018.

Posisi tersebut tentunya menggoda pelaku pasar untuk mencairkan cuan, sehingga memicu aksi profit taking dan membuat rupiah melemah.

Penguatan tajam rupiah sejak awal 2020 terjadi akibat membaiknya sentimen pelaku pasar akibat kesepakatan dagang fase I AS-China yang resmi diteken pada pekan lalu. Selain itu fundamental dalam negeri juga cukup mendukung penguatan Mata Uang Garuda.



Bank Indonesia (BI) juga tidak mempermasalahkan penguatan rupiah. Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur BI, mengatakan bahwa apresiasi rupiah tidak otomatis membuat daya saing produk Indonesia di pasar ekspor tergerus.

"Rupiah yang kuat akan membantu menurunkan biaya sehingga membuat eksportir lebih efisien. Terutama yang memiliki utang dalam valas," kata Dody, seperti dikutip dari Reuters. Dengan demikian, penguatan rupiah masih berpeluang untuk berlanjut. Apalagi, rupiah diprediksi akan menjadi raja mata uang Asia di tahun ini oleh Bloomberg.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang patut diperhatikan dalam pergerakan rupiah. 

Seperti disebutkan dalam analisis teknikal sebelumnya, tanda-tanda penguatan rupiah sudah muncul sejak Selasa (7/1/2020). Saat itu rupiah membuka perdagangan di level Rp 13.930/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.870/US$, atau menguat 0,47%.

Level pembukaan rupiah itu sekaligus menjadi titik terlemahnya, sementara level penutupan menjadi titik terkuat rupiah pada hari Selasa. Dengan demikian, secara teknikal rupiah membentuk pola Black Marubozu.

Melemah Tipis, Rupiah Masih Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian 
Sumber: Refinitiv


Munculnya Black Marubozu kerap dijadikan sinyal kuat jika harga suatu instrumen akan mengalami penurunan lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Dengan kata lain, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan.

Dominannya para investor menjual dolar AS dan atau membeli rupiah akhirnya terlihat lagi sejak Kamis (9/1/2020) setelah menahan diri akibat risiko perang antara AS dan Iran sehari sebelumnya.

Akibat penguatan tajam sejak awal 2020, indikator Stochastic berada di wilayah jenuh jual (oversold) cukup lama, sehingga wajar jika dolar AS bangkit pada hari ini.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh jual, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang menguat. Dalam hal ini, dolar AS yang berpeluang bangkit mengingat simbol perdagangan jika melawan rupiah adalah USD/IDR. 

Melemah Tipis, Rupiah Masih Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Foto: Refinitiv


Pada grafik 1 jam, indikator Stochastic bergerak turun setelah mendekati wilayah overbought, sehingga rupiah berpotensi memangkas pelemahan. Level level Rp 13.640/US$ menjadi support terdekat, jika bergerak konsisten di bawah level tersebut, rupiah berpeluang memangkas pelemahan bahkan menguat menuju Rp 13.615/US$. 

Ke depannya jika mampu menembus konsisten ke bawah level tersebut, rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.590 sampai Rp 13.560/US$. Sementara jika tertahan di atas Rp 13.640/US$, rupiah berisiko melemah menuju Rp 13.675/US$. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular