
Siap-siap! Sebentar Lagi Erick Merger BUMN Tak Jelas
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
17 January 2020 14:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan masih menunggu payung regulasi baik berbentuk Peraturan Presiden (Perpres) atau Instruksi Presiden (Inpres) sebelum melakukan kebijakan memangkas jumlah perusahaan BUMN dengan merger mengingat jumlah perusahaan pelat masih cukup banyak.
"Kan belum, regulasi belum dapat. Terus main merger-mergerin. Tergantung nanti kan itu ada Perpres atau Inpres atau peraturan yang masih ditunggu. Kalau sudah dapat baru kita bisa me-remapping [memetakan ulang BUMN]," kata Erick di Jakarta, Jumat (17/1/2020).
"Kalau sekarang main tunjuk-tunjuk ini merger kan ya, tapi kita sudah lakukan hal-hal step awal seperti misalnya secara business to business, penggabungan rumah sakit, kalau itu kan enggak perlu peraturan karena memang holding rumah sakit nanti dimiliki oleh banyak BUMN. Dan tentu dari situ nah ini yang bisa kita maksimalkan kualitas daripada rumah sakitnya," jelas Erick.
Dia mengatakan secara tahapan perbaikan proses pengelolaan BUMN sudah dilakukan sehingga apa yang dijalankan tersebut bisa membuat kondisi BUMN lebih baik lagi.
Pada Desember tahun lalu, Erick juga menegaskan siap memangkas jumlah perusahaan pelat merah. Menurut dia, jumlah perusahaan BUMN yang ada sudah terlalu banyak.
"Jumlah BUMN yang sekarang terlalu banyak harus dikurangi," kata Erick, Rabu (4/12/2019).
Sebagai informasi, jumlah perusahaan BUMN saat ini sebanyak 142. Erick bilang, perampingan harus dilakukan agar BUMN bisa fokus meningkatkan kinerja.
Selama ini, dia menilai banyak perusahaan yang justru tidak fokus menggeluti bisnis inti. Tetapi malah merambah ke sektor lain yang sebenarnya sudah ada BUMN sejenis yang mengurusnya.
"Ini yang harus dibalikin ke core bisnis, yang harus dimerger atau ditutup, tidak bisa semua berdiri sendiri, terlalu banyak," tandasnya.
Oleh karena itu, dia mengaku saat ini tengah membentuk tim khusus untuk menentukan indikator perusahaan berdasarkan good corporate governance (GCG).
"Di sana kita mengharapkan orang-orang yang profesional, yang sesuai dengan tempatnya, bukan karena hasil lobi-lobi," bebernya.
Pendiri Mahaka Media ini berharap orang-orang yang masuk di BUMN bisa merubah pola pikir di BUMN ke depan. Diharapkan mereka tidak hanya sibuk atas dirinya sendiri tapi benar-benar kemampuannya dirasakan oleh bangsa dan negara.
"Ada banyak hal yang akan kita perbaiki di BUMN, dan tidak mudah dan perlu waktu," urainya.
(tas/tas) Next Article Potret Erick Thohir Sambut Ribuan Pegawai Baru BUMN
"Kan belum, regulasi belum dapat. Terus main merger-mergerin. Tergantung nanti kan itu ada Perpres atau Inpres atau peraturan yang masih ditunggu. Kalau sudah dapat baru kita bisa me-remapping [memetakan ulang BUMN]," kata Erick di Jakarta, Jumat (17/1/2020).
"Kalau sekarang main tunjuk-tunjuk ini merger kan ya, tapi kita sudah lakukan hal-hal step awal seperti misalnya secara business to business, penggabungan rumah sakit, kalau itu kan enggak perlu peraturan karena memang holding rumah sakit nanti dimiliki oleh banyak BUMN. Dan tentu dari situ nah ini yang bisa kita maksimalkan kualitas daripada rumah sakitnya," jelas Erick.
Dia mengatakan secara tahapan perbaikan proses pengelolaan BUMN sudah dilakukan sehingga apa yang dijalankan tersebut bisa membuat kondisi BUMN lebih baik lagi.
Pada Desember tahun lalu, Erick juga menegaskan siap memangkas jumlah perusahaan pelat merah. Menurut dia, jumlah perusahaan BUMN yang ada sudah terlalu banyak.
"Jumlah BUMN yang sekarang terlalu banyak harus dikurangi," kata Erick, Rabu (4/12/2019).
Sebagai informasi, jumlah perusahaan BUMN saat ini sebanyak 142. Erick bilang, perampingan harus dilakukan agar BUMN bisa fokus meningkatkan kinerja.
Selama ini, dia menilai banyak perusahaan yang justru tidak fokus menggeluti bisnis inti. Tetapi malah merambah ke sektor lain yang sebenarnya sudah ada BUMN sejenis yang mengurusnya.
"Ini yang harus dibalikin ke core bisnis, yang harus dimerger atau ditutup, tidak bisa semua berdiri sendiri, terlalu banyak," tandasnya.
Oleh karena itu, dia mengaku saat ini tengah membentuk tim khusus untuk menentukan indikator perusahaan berdasarkan good corporate governance (GCG).
"Di sana kita mengharapkan orang-orang yang profesional, yang sesuai dengan tempatnya, bukan karena hasil lobi-lobi," bebernya.
Pendiri Mahaka Media ini berharap orang-orang yang masuk di BUMN bisa merubah pola pikir di BUMN ke depan. Diharapkan mereka tidak hanya sibuk atas dirinya sendiri tapi benar-benar kemampuannya dirasakan oleh bangsa dan negara.
"Ada banyak hal yang akan kita perbaiki di BUMN, dan tidak mudah dan perlu waktu," urainya.
(tas/tas) Next Article Potret Erick Thohir Sambut Ribuan Pegawai Baru BUMN
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular