
Simak Dulu Informasi Ini Sebelum Transaksi Saham
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
17 January 2020 08:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,04% ke level 6.286,05 pada perdagangan Kamis kemarin (16/1/2020). Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga bergerak di zona hijau: indeks Nikkei terapresiasi 0,07%, indeks Hang Seng naik 0,38%, indeks Straits Times terkerek 0,67%, dan indeks Kospi menguat 0,77%.
Pada perdagangan kemarin ada sejumlah peristiwa atau aksi korporasi yang meramaikan pasar saham domestik. Berikut ini peristiwa yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan menjelang akhir pekan ini, Jumat (17/1/2020):
1. Modal Harus Rp 3 T, 22 Bank Terancam Turun Kelas Jadi BPR
Bank-bank kecil bersiaplah untuk merger atau mencari suntikan modal baru. Pasalnya, pada 2022 modal inti minimum bank harus Rp 3 triliun.
Aturan ini akan diterbitkan oleh otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada akhir Januari 2020 atau awal Februari 2020. Penerapan aturan ini akan bertahap dalam 3 tahun. Pada 2020 modal inti harus Rp 1 triliun; pada 2021 menjadi Rp 2 triliun dan pada 2022 menjadi Rp 3 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Heru Kristiyana mengungkapkan pihaknya akan memikirkan jika ada bank yang tidak memenuhi aturan ini. Pilihannya membatasi kegiatan usahanya atau turun kelas menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan data OJK, hingga Desember 2018 ada 115 bank umum. Komposisinya, ada lima bank BUKU IV di Indonesia dan menguasai 51,03% aset perbankan. Bank BUKU III ada 28 bank dengan penguasaan aset 35,23%. Bank BUKU II sebanyak 59 bank dengan pangsa aset 12,65%. Bank BUKU I sebanyak 22 bank dan penguasaan aset hanya 1,08%.
Artinya, minimal ada 22 bank yang terancam turun kelas jadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bila tak menambah modal. Bank BUKU I merupakan bank dengan modal inti di bawah Rp 1 triliun.
2. OJK Tunggu Skenario Penyelesaian Jiwasraya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan langkah perbaikan kondisi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) cukup memakan waktu cukup panjang. Saat ini OJK masih menunggu realisasi dari skenario penyelamatan yang sudah disiapkan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang saham.
Dewan Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non-Bank OJK Riswinandi menyoroti beberapa hal yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi kementerian untuk memperbaiki kondisi Jiwasraya. Diantaranya adalah memperbaiki kembali likuiditas, permodalan dan penyelesaian kewajibannya kepada pemegang polis.
"Jiwasraya ini dalam industri jasa keuangan yang penting adalah komitmen permodalan dari pemegang saham karena bisnis di sektor jasa keuangan kalau ada mismanagement dan kegagalan harus ada bantuan dari pemegang saham. BUMN katakan akan ada upaya. Koordinasi terus dilakukan dengan OJK dilakukan agar tak menyimpang terkait dengan aturan dari industri keuangan dan asuransi ini," kata Riswinandi di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (16/1/2020).
3. Oversubscribed! Global Bond BTN Rp 4,2 T Laris Manis
Penerbitan obligasi dalam denominasi dolar atau junior global bond PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau Bank BTN senilai US$ 300 juta atau setara Rp 4,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US) mendapat respons positif dari investor global.
Permintaan yang masuk mencapai US$ 3,6 miliar atau sekitar Rp 50,4 triliun, kelebihan permintaah atau oversubscribed hingga 12,3 kali.
Obligasi ini ditawarkan dalam penjajakan pasar atau roadshow di Singapura dan Hongkong yang bekerjasama dengan HSBC, Citigroup, dan Standard Chartered sebagai Joint Lead Manager.
Direktur Utama Bank BTN, Pahala N. Mansury mengungkapkan, tingginya permintaan dari para investor global disebabkan kondisi ekonomi Indonesia yang dinilai oleh mereka stabil. Di samping itu ada beberapa faktor lain seperti kondisi makro ekonomi global yang membaik.
"Investor global sangat tertarik untuk melakukan investasi di Indonesia. Ini terbukti pada saat kami menawarkan global bond yang baru pertama kali kita terbitkan memperoleh sambutan yang sangat baik bahkan mencapai 12,3 kali lipat dibandingkan dengan rencana size yang kami terbitkan, " kata Pahala, dalam keterangan pers yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (16/1/2020).
4. Gudang Garam Bangun Bandara, Konstruksi April 2020
PT Gudang Garam Tbk melalui anak usaha PT Surya Dhoho Investama (SDI) akan membangun bandara Internasional di Kediri, Jawa Timur.
Dirut PT Surya Dhoho Investama (PT SDI), Susanto Widyatmoko memperkirakan pembangunan bandara ini akan menelan dana sekitar Rp 6 triliun, masing-masing Rp 3 triliun untuk tanah dan bandara.
Menurutnya, pembangunan bandara ini menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) khusus. Di mana 100% dikerjakan oleh swasta. "Kan kalau umum, misal tanah pemerintah, tapi infrastruktur swasta. Ini 100% swasta semua," ungkap Susanto di Kemenko Maritim dan Investasi, Kamis, (16/01/2020).
5. Investor Muamalat Masih Tarik Ulur
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana menyatakan pihaknya masih memilah calon-calon investor untuk Bank Muamalat Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memastikan kelangsungan bank syariah tersebut tidak hanya dalam kondisi baik untuk sesaat saja.
"Kami melakukan exercise, banyak yang ingin kesana, tapi kami tidak bisa lepasin begitu saja. Begitu diambil investor saya inginkan going concern, tidak boleh hanya sekedar baik sekarang nanti 2-3 tahun kurang modal lagi. Ini panjang, supaya kalau kami oke semua beres," kata Heru, Kamis (16/01/2020).
Meski demikian Heru enggan memberikan keterangan lebih lanjut siapa saja yang tertarik masuk Muamalat, ataukah Konsorsium Alfalah juga termasuk di dalamnya. Saat ini menurutnya OJK tengah dalam proses dan tidak bisa belum bisa dipublikasikan.
"Tidak bisa buka-bukaan kaya gitu. Nanti malah menghambat proses. Ada orang mau membantu tapi kan tidak mau diketahui namanya. Kecuali kalau kita sudah oke, sabar saja supaya ini tidak diganggu," katanya.
6. Dorong Kredit, Bank Mandiri Siap Rilis Obligasi Rp 5-10 T
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berencana menerbitkan obligasi korporasi pada semester II-2020, guna menambah pendanaan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas penyaluran kredit perseroan. Besaran penerbitan ini antara Rp 5-10 triliun.
"Oh pasti [pendanaan] enggak cukuplah [dari] DPK [dana pihak ketiga]. Kan kami harus coba jagain dana bank wholesale funding melalui [penerbitan] obligasi mungkin di semester kedua," kata Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar, usai Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2020 di Ritz Carlton Jakarta, Kamis (16/1/2020).
"Mungkin persisnya berapa kurang lebih Rp 5-10 triliun nanti lihat market-nya," tegasnya.
7. Genjot Kredit, BRI Siap Rilis Lagi Obligasi Rp 5 T
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan Tahap II senilai Rp 5 triliun, melanjutkan penerbitan Obligasi Berkelanjutan III Tahap I-2019 yang sudah diterbitkan tahun lalu juga dengan nilai sebesar Rp 5 triliun.
Obligasi ini adalah bagian dari Obligasi Berkelanjutan III-2019 dengan target dana Rp 20 triliun. Obligasi Berkelanjutan III itu memiliki masa periode penerbitan hingga 2021.
"Obligasi masih melanjutkan Obligasi Berkelanjutan kemarin [tahun lalu] dan itu belum kita eksekusi semua kemarin, baru kita eksekusi Rp 5 triliun [Tahap I] mungkin tahun ini bisa sama Rp 5 triliun," kata Direktur Utama Bank BRI, Sunarso usai Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2020 di Ritz Carlton Jakarta, Kamis (16/1/2020).
(hps/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Pada perdagangan kemarin ada sejumlah peristiwa atau aksi korporasi yang meramaikan pasar saham domestik. Berikut ini peristiwa yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan menjelang akhir pekan ini, Jumat (17/1/2020):
1. Modal Harus Rp 3 T, 22 Bank Terancam Turun Kelas Jadi BPR
Bank-bank kecil bersiaplah untuk merger atau mencari suntikan modal baru. Pasalnya, pada 2022 modal inti minimum bank harus Rp 3 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Heru Kristiyana mengungkapkan pihaknya akan memikirkan jika ada bank yang tidak memenuhi aturan ini. Pilihannya membatasi kegiatan usahanya atau turun kelas menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan data OJK, hingga Desember 2018 ada 115 bank umum. Komposisinya, ada lima bank BUKU IV di Indonesia dan menguasai 51,03% aset perbankan. Bank BUKU III ada 28 bank dengan penguasaan aset 35,23%. Bank BUKU II sebanyak 59 bank dengan pangsa aset 12,65%. Bank BUKU I sebanyak 22 bank dan penguasaan aset hanya 1,08%.
Artinya, minimal ada 22 bank yang terancam turun kelas jadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bila tak menambah modal. Bank BUKU I merupakan bank dengan modal inti di bawah Rp 1 triliun.
2. OJK Tunggu Skenario Penyelesaian Jiwasraya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan langkah perbaikan kondisi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) cukup memakan waktu cukup panjang. Saat ini OJK masih menunggu realisasi dari skenario penyelamatan yang sudah disiapkan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang saham.
Dewan Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non-Bank OJK Riswinandi menyoroti beberapa hal yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi kementerian untuk memperbaiki kondisi Jiwasraya. Diantaranya adalah memperbaiki kembali likuiditas, permodalan dan penyelesaian kewajibannya kepada pemegang polis.
"Jiwasraya ini dalam industri jasa keuangan yang penting adalah komitmen permodalan dari pemegang saham karena bisnis di sektor jasa keuangan kalau ada mismanagement dan kegagalan harus ada bantuan dari pemegang saham. BUMN katakan akan ada upaya. Koordinasi terus dilakukan dengan OJK dilakukan agar tak menyimpang terkait dengan aturan dari industri keuangan dan asuransi ini," kata Riswinandi di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (16/1/2020).
3. Oversubscribed! Global Bond BTN Rp 4,2 T Laris Manis
Penerbitan obligasi dalam denominasi dolar atau junior global bond PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau Bank BTN senilai US$ 300 juta atau setara Rp 4,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US) mendapat respons positif dari investor global.
Permintaan yang masuk mencapai US$ 3,6 miliar atau sekitar Rp 50,4 triliun, kelebihan permintaah atau oversubscribed hingga 12,3 kali.
Obligasi ini ditawarkan dalam penjajakan pasar atau roadshow di Singapura dan Hongkong yang bekerjasama dengan HSBC, Citigroup, dan Standard Chartered sebagai Joint Lead Manager.
Direktur Utama Bank BTN, Pahala N. Mansury mengungkapkan, tingginya permintaan dari para investor global disebabkan kondisi ekonomi Indonesia yang dinilai oleh mereka stabil. Di samping itu ada beberapa faktor lain seperti kondisi makro ekonomi global yang membaik.
"Investor global sangat tertarik untuk melakukan investasi di Indonesia. Ini terbukti pada saat kami menawarkan global bond yang baru pertama kali kita terbitkan memperoleh sambutan yang sangat baik bahkan mencapai 12,3 kali lipat dibandingkan dengan rencana size yang kami terbitkan, " kata Pahala, dalam keterangan pers yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (16/1/2020).
4. Gudang Garam Bangun Bandara, Konstruksi April 2020
PT Gudang Garam Tbk melalui anak usaha PT Surya Dhoho Investama (SDI) akan membangun bandara Internasional di Kediri, Jawa Timur.
Dirut PT Surya Dhoho Investama (PT SDI), Susanto Widyatmoko memperkirakan pembangunan bandara ini akan menelan dana sekitar Rp 6 triliun, masing-masing Rp 3 triliun untuk tanah dan bandara.
Menurutnya, pembangunan bandara ini menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) khusus. Di mana 100% dikerjakan oleh swasta. "Kan kalau umum, misal tanah pemerintah, tapi infrastruktur swasta. Ini 100% swasta semua," ungkap Susanto di Kemenko Maritim dan Investasi, Kamis, (16/01/2020).
5. Investor Muamalat Masih Tarik Ulur
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana menyatakan pihaknya masih memilah calon-calon investor untuk Bank Muamalat Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memastikan kelangsungan bank syariah tersebut tidak hanya dalam kondisi baik untuk sesaat saja.
"Kami melakukan exercise, banyak yang ingin kesana, tapi kami tidak bisa lepasin begitu saja. Begitu diambil investor saya inginkan going concern, tidak boleh hanya sekedar baik sekarang nanti 2-3 tahun kurang modal lagi. Ini panjang, supaya kalau kami oke semua beres," kata Heru, Kamis (16/01/2020).
Meski demikian Heru enggan memberikan keterangan lebih lanjut siapa saja yang tertarik masuk Muamalat, ataukah Konsorsium Alfalah juga termasuk di dalamnya. Saat ini menurutnya OJK tengah dalam proses dan tidak bisa belum bisa dipublikasikan.
"Tidak bisa buka-bukaan kaya gitu. Nanti malah menghambat proses. Ada orang mau membantu tapi kan tidak mau diketahui namanya. Kecuali kalau kita sudah oke, sabar saja supaya ini tidak diganggu," katanya.
6. Dorong Kredit, Bank Mandiri Siap Rilis Obligasi Rp 5-10 T
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berencana menerbitkan obligasi korporasi pada semester II-2020, guna menambah pendanaan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas penyaluran kredit perseroan. Besaran penerbitan ini antara Rp 5-10 triliun.
"Oh pasti [pendanaan] enggak cukuplah [dari] DPK [dana pihak ketiga]. Kan kami harus coba jagain dana bank wholesale funding melalui [penerbitan] obligasi mungkin di semester kedua," kata Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar, usai Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2020 di Ritz Carlton Jakarta, Kamis (16/1/2020).
"Mungkin persisnya berapa kurang lebih Rp 5-10 triliun nanti lihat market-nya," tegasnya.
7. Genjot Kredit, BRI Siap Rilis Lagi Obligasi Rp 5 T
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan Tahap II senilai Rp 5 triliun, melanjutkan penerbitan Obligasi Berkelanjutan III Tahap I-2019 yang sudah diterbitkan tahun lalu juga dengan nilai sebesar Rp 5 triliun.
Obligasi ini adalah bagian dari Obligasi Berkelanjutan III-2019 dengan target dana Rp 20 triliun. Obligasi Berkelanjutan III itu memiliki masa periode penerbitan hingga 2021.
"Obligasi masih melanjutkan Obligasi Berkelanjutan kemarin [tahun lalu] dan itu belum kita eksekusi semua kemarin, baru kita eksekusi Rp 5 triliun [Tahap I] mungkin tahun ini bisa sama Rp 5 triliun," kata Direktur Utama Bank BRI, Sunarso usai Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2020 di Ritz Carlton Jakarta, Kamis (16/1/2020).
(hps/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular