Wall Street Dibuka Volatil ke Jalur Hijau Jelang Deal Fase 1

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 January 2020 21:52
Bursa AS dibuka pada perdagangan Rabu (15/01/2020), dengan investor mencermati lekat penandatanganan kesepakatan dagang fase satu.
Foto: REUTERS/Lucas Jackson

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Rabu (15/01/2020), karena investor mengantisipasi detil kesepakatan dagang fase satu yang kurang memuaskan.

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 30 poin (-0,1%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan berbalik menguat 89,3 poin (0,32%) ke 29.033,91 selang 20 menit kemudian. Indeks Nasdaq naik 24,9 poin (0,28%) ke 9.277,55 dan S&P 500 tumbuh 8,27 poin (0,25%) ke 3.291,65.

Presiden AS Donald Trump dijadwalkan meneken pakta kesepakatan dagang fase pertama tersebut pada pukul 11:30 waktu setempat. Investors dengan cermat menanti butir-butir kesepakatannya untuk melihat apakah ada signifikansi penghapusan kenaikan tarif yang sudah berlaku dua tahun terakhir.

Sebuah dokumen bocoran yang diterima Perwakilan Dagang AS (U.S. Trade Representative/ USTR) menyebutkan bahwa kesepakatan yang terjadi meliputi "ekspansi dramatis atas ekspor produk perikanan, pertanian, dan makanan AS." USTR juga menyebutkan bahwa China akan membeli produk AS setidaknya senilai US$ 200 miliar dalam waktu 2 tahun.

Namun sebagaimana diberitakan Reuters, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin bilang bahwa tarif atas produk China masih akan berlaku sampai kedua belah pihak meneken kesepakatan fase kedua. Jika itu yang terjadi, maka investor bisa menarik dananya dari aset berisiko seperti saham.

Pelaku pasar juga mencermati kinerja emiten AS kuartal IV-2019 . Bank of America melaporkan kinerja di atas ekspektasi analis. Demikian juga dengan Goldman Sachs dan BlackRock. Sejauh ini baru 30 emiten konstituen indeks S&P 500 yang telah merilis kinerja keuangannya.

Dari situ, FactSet mencatat 82% di antaranya mencatatkan laba bersih di atas ekspektasi pasar. Pelaku pasar tidak terlalu berharap banyak dari kinerja keuangan emiten karena FactSet memperkirakan laba bersih konstituen indeks S&P 500 bakal anjlok 2% secara tahunan.

Namun Mark Haefele, global chief investment UBS GWM masih berharap positif. Dari sisi fundamental perekonomian, pemodal akan mencermati indeks harga produsen periode Desember yang akan dirilis pada 08:30 waktu setempat.

"Kami melihat musim rilis keuangan ke depan menandai titik balik setelah periode pertumbuhan laba lemah di perusahaan AS... jadi kami sedikit menaikkan perkiraan pertumbuhan laba bersih per saham [EPS] untuk emiten AS menjadi 6% tahun ini," tuturnya dalam laporan riset, sebagaimana dikutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular