
BUMI Targetkan Uji Kelayakan Gasifikasi Rampung Tahun Ini
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
14 January 2020 21:00

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengatakan tengah fokus mengembangkan hilirisasi batubara menjadi gas atau gasifikasi di Kalimantan.
Direktur Independen BUMI, Dileep Srivastava mengatakan saat ini proyek tersebut masih dalam tahap Feasibilities Study (FS) atau uji kelayakan.
"Saat ini kami masih dalam proses FS. Dan kita melihat peluang batu bara ke gas, batubara menjadi cairan. Saat FS selesai, kita akan mengajukan proposal ke direksi untuk memperoleh petunjuk bagaimana langkah selanjutnya," katanya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (14/1/2020).
Dia berharap, studi kelayakan tersebut akan rampung tahun ini. Sayangnya, dia nggak menyebut berapa nilai investasi dari proyek gasifikasi tersebut.
Tidak hanya itu, untuk mengantisipasi fluktuasi harga batu bara, induk usaha PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) ini juga mulai melakukan diversifikasi usaha ke bisnis pertambangan emas, tembaga dan seng.
"Kami diversifikasi ke tambang seng, timah dan emas melalui BRMS," ujarnya lagi.
Sebelumnya, Presiden Direktur Bumi Resources, Saptari Hoedaja menyampaikan, batu bara sebagai sumber energi yang murah, tidak hanya sebagai bahan bakar listrik, tetapi bisa dikembangkan menjadi sumber bahan baku.
Kala itu dia menyebut jika sudah melakukan uji kelayakan, dan sedang mencari teknologi yang tepat. "Ini butuh investasi cukup besar US $ 1,6 miliar," ungkap Ari, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Jakarta, Jumat (25/10/2019).
Sumber bahan batu itu untuk diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai campuran bahan bakar, sehingga bisa mengurangi impor minyak. Selain itu, hasil gasifikasi juga bisa dipakai untuk kebutuhan domestik atau diekspor.
Sebagai gambaran, setiap tahun produksi batubara BUMI berkisar sekitar 90-100 juta ton per tahun, tidak pernah berubah selama setahun.
Untuk tambang emas, saat ini sedang dalam tahap persiapan desain konstruksi dan diperkirakan akan mulai produksi pada tahun 2021-2021, sedangkan, tambang seng baru bisa berproduksi akhir 2021 mendatang.
(dob/dob) Next Article Video: Private Placement Lagi, Utang BUMI Lunas?
Direktur Independen BUMI, Dileep Srivastava mengatakan saat ini proyek tersebut masih dalam tahap Feasibilities Study (FS) atau uji kelayakan.
"Saat ini kami masih dalam proses FS. Dan kita melihat peluang batu bara ke gas, batubara menjadi cairan. Saat FS selesai, kita akan mengajukan proposal ke direksi untuk memperoleh petunjuk bagaimana langkah selanjutnya," katanya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (14/1/2020).
Tidak hanya itu, untuk mengantisipasi fluktuasi harga batu bara, induk usaha PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) ini juga mulai melakukan diversifikasi usaha ke bisnis pertambangan emas, tembaga dan seng.
"Kami diversifikasi ke tambang seng, timah dan emas melalui BRMS," ujarnya lagi.
Sebelumnya, Presiden Direktur Bumi Resources, Saptari Hoedaja menyampaikan, batu bara sebagai sumber energi yang murah, tidak hanya sebagai bahan bakar listrik, tetapi bisa dikembangkan menjadi sumber bahan baku.
Kala itu dia menyebut jika sudah melakukan uji kelayakan, dan sedang mencari teknologi yang tepat. "Ini butuh investasi cukup besar US $ 1,6 miliar," ungkap Ari, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Jakarta, Jumat (25/10/2019).
Sumber bahan batu itu untuk diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai campuran bahan bakar, sehingga bisa mengurangi impor minyak. Selain itu, hasil gasifikasi juga bisa dipakai untuk kebutuhan domestik atau diekspor.
Sebagai gambaran, setiap tahun produksi batubara BUMI berkisar sekitar 90-100 juta ton per tahun, tidak pernah berubah selama setahun.
Untuk tambang emas, saat ini sedang dalam tahap persiapan desain konstruksi dan diperkirakan akan mulai produksi pada tahun 2021-2021, sedangkan, tambang seng baru bisa berproduksi akhir 2021 mendatang.
(dob/dob) Next Article Video: Private Placement Lagi, Utang BUMI Lunas?
Most Popular