
Kurs Dolar Australia Kini di Level Terlemah di Era Jokowi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 January 2020 12:28

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Kurs dolar Australia jeblok melawan rupiah, bahkan mencapai level terlemah sejak kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Pada perdagangan Selasa (14/1/2020), AU$ 1 setara dengan Rp 9.427,41/US$, dolar Australia melemah 0,06% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sebelumnya di awal perdagangan hari ini, dolar Australia sempat melemah 0,41% ke Rp 9.393,93/AU$. Mata uang Negeri Kanguru mulai mengalami penurunan sejak awal perdagangan 2020 dibuka. Sejak saat itu hingga hari ini dolar Australia sudah jeblok 3,3%.
Pada Senin kemarin, dolar Australia melemah 0,63% ke level Rp 9.432,95/AU$, yang merupakan penutupan terlemah sejak Agustus 2013.
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus-bagusnya terus memberikan tenaga bagi rupiah untuk menguat. Kesepakatan dagang fase I AS dengan China yang akan ditandatangani Rabu (15/1/2020) besok di Washington menjadi faktor utama di balik penguatan rupiah.
Dalam kesepakatan dagang fase I yang akan diteken besok, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.
Sementara dari pihak China, Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.
Kesepakatan dagang tersebut sebenarnya juga berdampak positif bagi dolar Australia, tetapi efeknya lebih besar ke rupiah. Hal ini tidak lepas dari yield atau imbal hasil tinggi yang diberikan jika berinvestasi di Indonesia.
Yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun saat ini berada di level 6,866%, sementara instrument yang sama di Australia memberikan imbal hasil sebesar 1,263%.
Selisih yield yang cukup besar tersebut membuat investor lebih memilih Indonesia sebagai tujuan investasi di saat kondisi ekonomi global diharapkan akan bangkit saat perang dagang AS-China berakhir, atau setidaknya tidak lagi tereskalasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Sebelumnya di awal perdagangan hari ini, dolar Australia sempat melemah 0,41% ke Rp 9.393,93/AU$. Mata uang Negeri Kanguru mulai mengalami penurunan sejak awal perdagangan 2020 dibuka. Sejak saat itu hingga hari ini dolar Australia sudah jeblok 3,3%.
Pada Senin kemarin, dolar Australia melemah 0,63% ke level Rp 9.432,95/AU$, yang merupakan penutupan terlemah sejak Agustus 2013.
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus-bagusnya terus memberikan tenaga bagi rupiah untuk menguat. Kesepakatan dagang fase I AS dengan China yang akan ditandatangani Rabu (15/1/2020) besok di Washington menjadi faktor utama di balik penguatan rupiah.
Dalam kesepakatan dagang fase I yang akan diteken besok, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.
Sementara dari pihak China, Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.
Kesepakatan dagang tersebut sebenarnya juga berdampak positif bagi dolar Australia, tetapi efeknya lebih besar ke rupiah. Hal ini tidak lepas dari yield atau imbal hasil tinggi yang diberikan jika berinvestasi di Indonesia.
Yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun saat ini berada di level 6,866%, sementara instrument yang sama di Australia memberikan imbal hasil sebesar 1,263%.
Selisih yield yang cukup besar tersebut membuat investor lebih memilih Indonesia sebagai tujuan investasi di saat kondisi ekonomi global diharapkan akan bangkit saat perang dagang AS-China berakhir, atau setidaknya tidak lagi tereskalasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular