Analisis Teknikal IHSG

Tarik Nafas Dulu, IHSG Berpotensi Tenggelam di Bawah 6.200

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
08 January 2020 18:10
Kondisi global yang tak menentu membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir dengan pelemahan 53 poin (-0,85%) ke level 6.225.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi global yang tak menentu membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus berakhir dengan pelemahan 53 poin (-0,85%) ke level 6.225 hari ini Rabu (8/1/2019). Semua sektor hampir melemah kecuali pertambangan yang menguat 0,19%.

Transaksi saham di bursa terbilang ramai dengan membukukan Rp 6,68 triliun, lebih besar dari transaksi yang terjadi pada Selasa (7/1) senilai Rp 6,19 triliun. Naiknya volume transaksi disertai penurunan IHSG menandakan pelaku pasar sedang pesimistis.

Secara teknikal, IHSG dalam tiga hari terakhir cenderung bergerak turun dengan menembus level terendah terbarunya (lower low). Hal ini juga tercermin dari posisi IHSG yang bergerak di bawah rata-ratanya (moving average) selama lima hari (MA5).

Ada potensi IHSG dalam 1-3 hari bergerak di bawah level 6.200, mengingat potensi pelemahannya masih terbuka karena belum menyentuh level jenuh jual (oversold) jika mengacu pada indikator teknikal Relative Strength Index (RSI).

Sumber: Refinitiv

Pelemahan IHSG hari ini sudah terdeteksi ketika dibuka melemah 0,49% menyusul serangan roket ke pangkalan militer gabungan AS-Irak di Bandara Ayn Al Asad. Serangan tersebut merupakan balasan dari kematian pimpinan militer kharismatik Jenderal Qassem Soleimani, Korps Pengawal Revolusi Iran.

Korps Pengawal Revolusi Iran atau yang dikenal dengan nama IRGC membenarkan hal tersebut. IRGC mengumumkan bahwa "balasan yang dilakukan kepada Setan AS akan dipenuhi rasa sakit dan kehancuran,".

Akibat tensi yang memanas tersebut, pelemahan IHSG bertambah hingga sesi I ditutup dengan pelemahan 0,78% ke level 6.230. Memasuki sesi II IHSG sempat menipiskan pelemahan berkat data Cadangan devisa (Cadev) yang mengalami kenaikan US$ 2,5 miliar.



Bank Indonesia (BI) merilis data posisi Cadev Indonesia bulan Desember dengan nilai sebesar US$ 129,18 miliar, lebih tinggi dari Cadev bulan November yang tercatat US$ 126,63 miliar.

Sayang sentimen positif dari data Cadev tertutupi oleh kekhawatiran pelaku pasar akan kondisi global yang mulai tidak menentu, sehingga cenderung melakukan aksi ambil untung (profit taking), termasuk investor asing yang membukukan jual bersih (net sell) meski hanya Rp 7,82 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular