Investor Masih Agak Cemas, Wall Street Dibuka Melemah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
07 January 2020 21:57
Bursa AS dibuka sedikit melemah pada perdagangan Selasa (07/01/2019) setelah pelaku pasar menelaah risiko geopolitik AS-Iran lebih luas
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka sedikit melemah pada perdagangan Selasa (07/01/2019) setelah pelaku pasar menelaah risiko geopolitik AS-Iran secara lebih luas.

Indeks Dow Jones Industrial Average tertekan 52 poin (-0,2%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan berlanjut menjadi 108,4 poin (-0,4%) ke 28.597,4. Indeks Nasdaq melemah 24 poin (-0,24%) ke 9.050,15 dan S&P 500 tergelincir 11,9 poin (-0,4%) ke 3.234,6.

Presiden AS Donald Trump pekan lalu membunuh jenderal Iran Qassem Soleimani dan mengancam menyerang 52 titik penting, termasuk pusat kebudayaan Negeri Persia itu jika berani membalasnya.

Mantan taipan property tersebut juga mengancam memberlakukan sanksi terhadap Irak jika berani mengusir tentara AS yang bercokol di Negeri Seribu Satu Malam tersebut. Parlemen Irak telah menyetujui resolusi untuk mengusir tentara pendudukan asing dari negeri mereka.

"Investor sejak Senin mulai menurunkan tingkat kekhawatiran mereka atas insiden Soleimani dan sentimen yang dibawanya terhadap pasar internasional pada Selasa," tutur Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.

Investor, lanjut dia, bukannya abai dengan kenaikan tensi di Timur Tengah, tetapi mereka menempatkan insiden Soleimani dalam kategori yang sama dengan serangan Iran baru-baru ini terhadap aset Saudi. Harga minyak mentah dunia anjlok 1,1% pada Senin ke US$ 62,6 per barel.

Dryden Pence, Chief Investment Officer Pence Wealth Management, mengatakan bahwa pasar tidak terlalu khawatir dengan dampak konflik tersebut terhadap pasokan minyak AS karena Negeri Adidaya tersebut sudah berhasil menaikkan produksinya beberapa tahun terakhir.

"Kita adalah produsen minyak terbesar dunia dan bisa menutup pasokan yang hilang dari Iran," tutur Pence. "Itulah kenapa reaksi pasar begitu sunyi jika dibandingkan dengan situasi serupa pada 10 tahun yang lalu."

Namun, kekhawatiran investor masih terlihat di pasar global secara umum terlihat dari aksi buru aset investasi minim risiko (safe haven).

Harga kontrak berjangka emas menyentuh level tertingginya dalam 7 tahun terakhir pada Senin. Di sisi lain, imbal hasil surat berharga negara (AS) AS tenor 10 tahun turun di kisaran 1,8% setelah di awal tahun sempat di 1,9%. Ini berarti harga SBN tersebut sedang naik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular