
Iran Janji Balas Serangan AS, Wall Street Dibuka Anjlok

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (3/1/2020) dibuka terjerembab setelah Pentagon mengonfirmasi serangan yang menewaskan petinggi militer Iran.
Serangan tersebut dikhawatirkan menekan pasar minyak dan meningkatkan ketegangan kawasan Timur Tengah. Harga minyak mentah di bursa berjangka AS melesat 3,5% ke US$ 63,31 per barel, memicu kekhawatiran tekanan di pasar energi.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 212 poin (-0,7%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan berlanjut menjadi 215,3 poin (-0,75%) selang 30 menit kemudian ke 28,653,49. Indeks Nasdaq dibuka turun 71,1 poin (-0,8%) ke 9.022,16 dan indeks S&P 500 tertekan 20,5 poin (-0,6%) ke 3.237,5.
"Pasar minyak global akan volatil untuk beberapa pekan ke depan... Akan ada gencatan senjata yang terjal... Namun itu bakal panjang," tutur Kepala Perencana Kebijakan Investasi AGF Investments Greg Valliere, dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.
Saham emiten penerbangan yang merupakan konsumen utama avtur pun anjlok merespons serangan AS tersebut. Saham United Airlines, American Airlines, Delta Air Lines dan JetBlue Airways anjlok lebih dari 2% di pra-pembukaan.
Sebaliknya, saham emiten di sektor energi melonjak. Saham Concho Resources dan Marathon Oil masing-masing melonjak lebih dari 2% sedangkan saham Apache melompat lebih dari 1,5%.
Pemerintah AS pada Kamis mengumumkan bahwa Jenderal Iran Qasem Soleimani terbunuh dalam serangan roket mereka di Baghdad. Soleimani adalah tokoh kunci di balik intelijen Iran dan keberhasilan operasi mereka di luar negeri melawan ISIS dan kepentingan AS serta Israel.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif menyatakan akan ada aksi balasan terhadap aksi AS tersebut. Serangan balasan Negeri Persia tersebut dikhawatirkan menimpa fasilitas militer dan minyak AS di Timur Tengah.
Harga emas di bursa berjangka melonjak 1,3% menjadi US$ 1.547,8 per ounce sementara imbal hasil (yield) surat berharga pemerintah AS bertenor 10-tahun anjlok ke kisaran 1,83%. Penurunan yield mengindikasikan harga obligasi sedang naik karena diburu pemodal.
Cboe Volatility Index (VIX), yang merupakan acuan utama dalam mengukur kekhawatiran para trader Wall Street, ditransaksikan menguat 2 poin, atau 18,4%, menjadi 14,77.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?