2019, Santa Rally Datang Lebih Cepat ke Pasar Saham!

"The Santa Claus Rally" secara umum didefinisikan secara luas sebagai penguatan pasar yang terjadi di hari-hari kejepit nasional di antara libur Natal dan Tahun Baru. Atau secara formalnya dapat dijelaskan sebagai penguatan pasar pada 5 hari bursa terakhir ditambah 2 hari pertama setelah tahun baru, terutama di pasar saham Wall Street.
Secara total, dalam 45 tahun setelah 1969, Investopedia dan "The Stock Trader's Almanac" mencatat sudah terjadi Santa Rally sebanyak 34 kali dengan rerata penguatan masing-masingnya 1,4%.
Beberapa pihak menilai fenomena tersebut logis mengingat adanya aksi bersih-bersih dan pemolesan portofolio investasi menjelang akhir tahun yang artinya periode tutup buku, yang biasa disebut window dressing.
Alasan lain adalah momentum antisipasi menghadapi kenaikan musiman di awal Januari (yang biasa disebut January Effect), turunnya bonus Natal yang membakar semangat investor ritel memborong saham di pasar, apalagi ketika manajer investasi banyak yang sudah berlibur.
Namun yang jelas, tahun ini penguatan di pasar saham domestik sudah terjadi sejak awal bulan Desember, setelah tahun lalu penguatan signifikan di Desember baru dimulai pada separuh bulan terakhir.
Tahun lalu, Santa Claus sempat diragukan datang menyegarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun, Santa datang juga 'bawa hadiah' saat injury time dan mendorong membantu IHSG mengakhiri 2018 dengan koreksi yang mereda setelah perang dagang yang dikobarkan Amerika Serikat (AS) memakan korban dari mulai Turki hingga China pada pertengahan tahun lalu.
Hingga 30 November 2018, sejatinya IHSG masih turun 4,71% dibanding posisi akhir tahun sebelumnya, tetapi berkat Santa Rally maka defisit tersebut mereda hingga tinggal 2,54%.
Tahun ini, Santa Rally sudah mulai terasa dimulai lebih awal yaitu pada hari bursa pertama Desember yang disertai peningkatan nilai transaksi hingga berhasil move-on dari November yang transaksinya minim.
Hingga akhir November, indeks masih terkoreksi 2,95% menjadi 6.011 dari posisi akhir 2018 yakni 6.194, tetapi penguatan sepanjang Desember berhasil membawa IHSG melampaui posisi penghujung tahun lalu itu. Pada Desember sendiri, IHSG sudah naik 4,89% menjadi 6.305 dari posisi akhir bulan lalu. Tercatat dalam 16 hari perdagangan, IHSG hanya terkoreksi lima kali.
Didukung Angka Transaksi Harian dan Asing
Positifnya indeks acuan didukung oleh nilai rerata transaksi harian Desember hingga kemarin (23/12/19) mencapai Rp 8,12 triliun/hari, naik 9,61% dari transaksi bulan lalu yang hanya Rp 7,4 triliun/hari yang sudah berstatus sebagai bulan dengan transaksi harian termini sejak awal tahun.
Naiknya nilai transaksi bulan ini juga terbantu ramainya transaksi saham di pasar negosiasi yang kemungkinan terkait dengan aksi window dressing.
Pasar negosiasi adalah satu dari tiga jenis transaksi di bursa saham, di mana jenis transaksi lain yaitu transaksi di pasar reguler atau pasar biasa, dan pasar tunai.
Transaksi di pasar negosiasi biasa dilakukan terutama untuk transaksi besar yang berpotensi mengganggu harga pasar jika dilakukan di pasar reguler dengan tanpa ada batasan transaksi yang genap yaitu 1 lot= 100 unit saham, sehingga bisa berjumlah tidak 100 unit saham dan dengan periode penyelesaian (settlement) sesuai kesepakatan.
Transaksi di pasar reguler merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan mekanisme tawar menawar berkelanjutan dan menjadi fasilitas bertransaksi dengan harga normal dan jumlah transaksi minimal 1 lot. Settlement transaksi pasar reguler dilakukan dengan periode 2 hari setelah transaksi (T + 2).
Di lain pihak, pasar tunai digunakan untuk transaksi yang bertujuan menyelesaikan kegagalan transaksi sebelumnya di pasar reguler atau negosiasi dengan periode settlement hari yang sama (T + 0).
Nilai transaksi yang bertambah pada Desember itu juga didukung dengan masuknya dana investasi investor asing ke pasar saham yang tercermin dari aksi beli bersih investor asing (nett foreign buy), khususnya di pasar reguler yang dinilai lebih organik dibandingkan dengan transaksi di dua pasar lain.
Lebih berani masuknya investor asing yang sudah mengesampingkan kekhawatiran terutama didukung oleh sentimen perang dagang yang mereda setelah AS dan China menyepakati poin di dalam negosiasi fase pertama yang rencananya akan ditandatangani pada Januari.
Dalam 7 hari bursa terakhir, tercatat investor asing membukukan aksi beli bersih beruntun, kecuali pada 19 Desember. Akibatnya, sepanjang Desember ini investor asing sudah mencatatkan nilai beli bersih atau berarti surplus Rp 2,5 triliun.
Angka itu memang kecil dibanding nilai transaksi harian sepanjang tahun ini Rp 9,13 triliun/hari atau tahun lalu Rp 8,5 triliun/hari, tetapi jangan lupakan sepanjang tahun ini baru ada dua bulan di mana investor asing mencatatkan aksi beli bersih reguler, bukan jual bersih, yakni Januari dan Juli.
Itupun investor asing mencatatkan nilai beli bersihnya hanya di pasar reguler yaitu Rp 10,66 triliun dan Rp 2,4 triliun untuk masing-masing bulan.
Angka itu pun sudah mengecualikan transaksi raksasa seperti pembelian saham PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) oleh Michelin, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) dan PT Bank BTPN Tbk (BTPN) oleh Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG), serta crossing-crossing saham lain di pasar negosiasi yang semakin marak bulan ini.
Santa Rally Versi IHSG, Dow Jones, dan S&P 500
Untuk Santa Rally, secara historis di pasar saham dalam negeri, nilai penguatan dalam 5 hari bursa terakhir ditambah 2 hari pertama Januari tahun setelahnya ternyata lebih besar daripada penguatan Wall Street yakni dengan cerminan angka 1,4% tadi.
Dalam 10 tahun terakhir, rerata penguatan IHSG dalam 7 hari periode Santa Rally (5 hari terakhir Desember dan 2 hari pertama Januari) mampu dibukukan hingga 2,7%. Penguatan IHSG tersebut bahkan lebih besar ketika Santa Rally dihitung pada S&P 500 dan Dow Jones Industrial Avg dengan rerata masing-masing hanya 0,4% dan 0,3%.
Mengingat transaksi bursa dilakukan tinggal 3 hari lagi, yaitu Kamis, Jumat, dan Senin, maka dapat kita cermati bersama bagaimana Santa Rally bekerja di akhir tahun ini. Atau supaya jangan hanya mencermati, maka ketika kawan-kawan dan pelaku pasar banyak yang cuti, sudah saatnya bagi investor dan simpatisan yang tidak dapat libur untuk segera turut ikut sisa langkah Santa di bursa, Ho Ho Ho.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Santa Claus Rally Berlanjut, IHSG Aman di Zona Hijau