
Saham Perdana Unicharm Meroket 20%, Asing Lepas Rp 25 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan yang memproduksi beragam popok dan pembalut wanita, PT Unicharm Indonesia Tbk (UCID) mencatatkan saham perdana (listing) di Bursa Efek Indonesia hari ini, Jumat, 20 Desember melalui skema penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Unicharm menjadi perusahaan tercatat ke 54 yang tercatat sepanjang tahun 2019 dengan kode saham UCID dan menjadi emiten ke 667 di BEI.
Saat debut perdana, saham Unicharm sempat menguat 6,67% dari harga penawaran umum Rp 1.500 per saham, kemudian kembali melesat 14% ke level Rp 1.720 per saham. Pada penutupan sesi I, saham UCID melesat 20,33% di level Rp 1.805/saham.
Namun yang menarik, saham UCID di hari perdana memang melesat, tapi saham UCID dilepas asing hingga Rp 24,75 miliar pada sesi I. Investor domestik yang mendorong penguatan saham UCID ini hingga Rp 106,1 miliar.
Perseroan melepas 831.314.400 saham ke publik dengan harga IPO Rp 1.500/saham, sehingga meraih dana IPO sebesar Rp 1,25 triliun, dengan kapitalisasi pasar Rp 6,23 triliun.
Adapun jumlah saham yang tercatat (berikut dengan saham pendiri) yakni 4,15 miliar saham. Dari IPO ini, perseroan meraih dana Rp 1,2 triliun dan menjadi emisi terbesar sepanjang tahun 2019.
Presiden Direktur Unicharm Indoneisa Yuji Ishii, dalam seremoni pencatatan perdana saham menyampaikan, IPO ini merupakan bentuk kepercayaan yang diberikan kepada Unicharm.
"Pencatatan saham ini merupakan bukti komitmen Unicharm Indonesia kepada para stakeholders dan rekanan usaha kami," kata Yuji di Bursa Efek Indonesia, Jumat (20/12/2019).
Melalui IPO, kata Yuji Ishii, perseroan akan meningkatkan kapasitas produksi ke depan sekaligus mendapat dana dengan biaya yang lebih terjangkau daripada pinjaman dari perbankan.
Pemegang saham Unicharm sebelum IPO yakni UC Jepang 74%, sementara PT Purinusa 26%. Sesudah IPO, pemegang saham yakni UC Jepang menjadi 59,20%, sementara Purinusa 20%, dan publik 20%.
Rencananya, Unicharm akan mengalokasikan 64,6% dana IPO untuk belanja modal. Sekitar 20,6% untuk membayar utang dan sisanya, sekitar 14,8% untuk modal kerja.
Sekitar 64,6% digunakan untuk kebutuhan belanja modal yaitu pembelian fasilitas produksi baru dan peremajaan fasilitas produksi yang sudah ada.
Belanja modal ini di antaranya untuk produk pembalut wanita, perseroan akan memperkenalkan fasilitas produksi baru khusus untuk produk penggunaan malam hari yang akan digunakan untuk menambah kapasitas produksi sekitar 10% dari kapasitas terpasang. Perkiraan pembelian adalah di tahun 2020.
Perseroan juga akan melakukan peremajaan untuk fasilitas umum. Perkiraan tahun peremajaan fasilitas umum adalah tahun 2020-2021.
Sementara itu, sekitar 20,6% untuk melunasi sebagian pinjaman kepada UCC yaitu sebesar US$ 19 juta dolar, di mana pembayaran pinjaman tersebut akan dilaksanakan setelah perseroan memperoleh dana hasil IPO.
Setelah melakukan pembayaran tersebut, sisa utang berdasarkan perjanjian tersebut di atas adalah sebesar US$ 1 juta.
Adapun sisa dana IPO sekitar 14,8% akan digunakan untuk modal kerja.
(tas/dob) Next Article Emiten Sparepart Kendaraan (PART) Mau IPO, Incar Rp 71,4 Miliar
