Kacau! Investasi di 7 Saham Ini Bisa Ambyar Hingga 90%

CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
17 December 2019 06:55
Kacau! Investasi di 7 Saham Ini Bisa Ambyar Hingga 90%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham 7 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) anjlok lebih dari 90% selama tahun berjalan (year to date) 2019 hingga perdagangan tengah hari kemarin, Senin (17/12/2019). Kejatuhan saham-saham tersebut sempat membuat pasar reksa dana goyang karena beberapa saham ada yang menjadi aset dasar sejumlah reksa dana.

Saham-saham yang mengalami koreksi dalam tersebut, yaitu saham PT Forzaland Indonesia Tbk (FORZ) ambles hingga 94,57% dan harga saham terkapar pada harga terendah Rp 50/unit.

Lalu saham PT Indofarma Tbk (INAF) turun 94,55% ke level harga Rp 354/unit. Saham PT Borneo Olah Sarana Tbk (BOSS) terkoreksi 92,88% ke harga Rp 171/saham, saham PT SMR Utama Tbk (SMRU) turun 92,31% ke level Rp 50/unit, saham PT Pelat Timah turun 91,50% ke harga Rp 306/unit.


Demikian pula saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) anjlok 90,65% ke harga Rp 725/saham dan saham PT Pool Advista Indonesia Tbk (POOL) ambles 90,23% ke level Rp 496/unit.

Foto: CNBC Indonesia

Valuasi saham-saham tersebut juga tercatat kurang menarik, sebagian besar price to earning ratio perusahaan ini negatif dan bahkan ada PER yang sudah relatif.

Saham-saham ini tersebar dari berbagai sektor, tidak berasal dari satu sektor tertentu.

Sementara itu, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat naik tipis 0,05% jika dihitung dari penutupan pekan lalu.

[Gambas:Video CNBC]

Selain itu, sepanjang tahun ini ada 6 saham LQ45 yang kinerjanya kurang memuaskan turun hingga 30% lebih.

Sepanjang tahun ini hingga penutupan bursa hari Jumat (13/12/2019) kinerja indeks LQ45 yang terdiri dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi disertai kapitalisasi pasar yang cukup besar tersebut mampu menguat 1,52%, unggul dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya tumbuh 0,05%.

Beberapa saham pada indeks LQ45 yang bergerak pada industri tertentu dan terpapar penurunan paling dalam hingga lebih dari 30% ialah: industri rokok, batu bara, serta penjualan retail, dan industri bubur kertas.

Berikut keterangan selengkapnya saham-saham penghuni LQ45 yang turun lebih dari 30% hingga Senin (16/12/2019) hari ini:

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP)
Saham HMSP tahun ini cenderung tertekan karena adanya kebijakan cukai hasil tembakau yang naik hampir 22% dan harga jual eceran (HJE) rokok sebesar 35% mulai tahun 2020.

Sejak awal tahun saham HMSP telah tergerus 43,4% dan menjadi yang paling dalam diantara saham-saham penghuni LQ45 lainnya. Sahamnya hingga pukul 15:30 WIB kemarin ditransaksikan pada harga Rp 2.100/unit sahamnya.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
Penurunan pada komoditas batu bara secara global hingga 33% tahun ini menjadi bencana bagi saham-saham batu bara khususnya penghuni indeks LQ45. Turunnya harga jual batu bara tentu akan direspons negatif dengan penjualan saham karena laba perusahaan kemungkinan besar turun.

Saham ITMG menjadi yang paling terpapar dengan penurunan 43,09% sejak awal tahun, menjadi yang terendah kedua setelah HMSP. Hingga pukul 15:30 WIB, sahamnya ditransaksikan pada harga Rp 11.525/unit sahamnya.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Selaras dengan emiten industri batu bara lainnya, saham batu bara pelat merah juga tidak luput dari penurunan harga batu bara di tingkat global.

Saham PTBA menjadi anjlok hingga 37,44% sejak awal tahun dan menghuni posisi terendah ketiga setelah ITMG. Hingga pukul 15:30 WIB, sahamnya ditransaksikan pada harga Rp 2.690/unit sahamnya.

PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
Hampir sama dengan HMSP yang sahamnya cenderung turun karena kebijakan cukai hasil tembakau dan harga jual eceran (HJE) rokok yang kenaikannya lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Namun pelemahan yang dialami GGRM terbilang lebih rendah dengan penurunan harga saham sebesar 37% dan menjadi saham LQ45 yang paling tergerus keempat. Saham GGRM hingga pukul 15:30 WIB ditransaksikan pada harga Rp 52.500/unit sahamnya.

PT Matahari Department Store Tbk (LPPF)
Sepanjang tahun ini, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan penjualan ritel mengalami koreksi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2019 melambat dengan tumbuh hanya 5,01% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih rendah dari pertumbuhan sebelumnya hingga 5,17% YoY di kuartal II-2019.

Perlambatan konsumsi rumah tangga paling signifikan terlihat pada aspek pengeluaran pakaian, alas kaki dan jasa perawatan. Itu artinya masyarakat Indonesia minatnya menurun untuk berbelanja ke departemen store, dengan demikian ada potensi pendapatan LPPF juga menurun sehingga memberikan sentimen negatif bagi harga sahamnya di bursa efek.

Sejak awal tahun (ytd) pelemahan harga sahamnya sudah mencapai 33,9% dan menjadi yang terlemah kelima dibandingkan emiten LQ45 lainnya. hingga pukul 15:30 WIB saham peritel dari Grup Lippo tersebut diperdagangkan pada harga Rp 3.700/unit.

PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP)
Penurunan ekonomi dunia serta penetrasi digital yang bisa dikatakan sangat cepat agaknya berpengaruh pada permintaan akan kertas yang diproduksi.

Hal ini membuat kinerja dari harga saham INKP sepanjang tahun ini dapat dikatakan amblas, dengan penurunan hingga 32,25%. hingga pukul 15:30 WIB saham yang sebagian besar dikuasai grup Sinar Mas tersebut diperdagangkan pada harga Rp 7.825/unit.
(hps/hps) Next Article Simak! Saham LQ45 vs Kripto Big Cap, Mana yang Lebih Cuan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular