Banjir Sentimen Positif, Wall Street Dibuka Bersemi

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
16 December 2019 21:49
Bursa saham AS dibuka memasuki zona hijau pada Senin (16/12/2019) dan bahkan indeks S&P 500 menyentuh titik tertingginya.
Foto: Wall Street/Brendan McDermid | Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka memasuki zona hijau pada Senin (16/12/2019) dan bahkan indeks S&P 500 menyentuh titik tertingginya, didorong ekspektasi kesepakatan dagang fase pertama dan data ekonomi ciamik dari China.

Data produksi industri di Negeri Tirai Bambu melompat 6,2% pada November secara tahunan (year on year) atau melampai ekspektasi. Demikian juga dengan data penjualan ritel yang melompat 8% bulan lalu.

Pada pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), Indeks Dow Jones Industrial Average meroket 120 poin (0,4%), dan bergumpal hingga menjadi 140,4 poin (0,5%) ke 28.275,78 selang 20 menit kemudian. Indeks Nasdaq menguat 77,65 poin (0,9%) ke 8.813,24 sementara indeks S&P 500 naik 22,44 poin (0,71%) ke 3.191,23.

AS dan China pada Jumat mengumumkan bahwa keduanya telah menyepakati perjanjian dagang fase pertama, di mana AS sepakat mengurangi tarif terhadap produk China sebagai ganti kenaikan pembelian produk pertanian AS oleh Negeri Panda tersebut.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan kesepakatan itu akan diteken pada Januari. Namun, beberapa detil masih menjadi pertanyaan kunci di kalangan pelaku pasar seperti besaran pembelian produk pertanian AS yang harus dibeli China.

"Saya tahu petani Amerika bahagia karena mereka akan mendapatkan kembali pasar terbesarnya... Namun untuk mencapai angka yang dibidik pemerintah tahun depan masih akan berat," tutur Peter Boockvar, Chief Investment Officer Bleakley Advisory Group sebagaimana dikutip CNBC International.

Di sisi lain, The Federal Reserve mengindikasikan akan menahan suku bunga acuan hingga 2020. Di Inggris, satu ketakpastian hilang dengan kemenangan Partai Konservatif pendukung Perdana Menteri Boris Johnson yang akan memuluskan perceraian Inggris (Brexit) dari Uni Eropa.

Kenaikan bursa AS tersebut tak dipersulit oleh koreksiĀ saham Boeing di pasar setelah The Wall Street Journal pada Minggu melaporkan bahwa perseroan kemungkinan menahan atau memangkas produksi 737 Max.

Kepala Badan Penerbangan Federal AS Steve Dickson kepada CNBC International pekan lalu mengatakan pesawat 737 Max tak akan bisa balik operasi pada tahun ini. "Ada beberapa proses, tahapan, yang harus diselesaikan... dan jika dihitung, akan panjang hingga 2020," ujarnya.

Investor juga akan mencermati beberapa data ekonomi akan dirilis hari ini seperti misalnya IHS Markit services, data manufaktur, dan indeks pembelian manajer (Purchasing Managers' Index/ PMI) Desember.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular