Wall Street Dibuka Variatif Meski Deal Fase Satu Kian Dekat

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 December 2019 23:04
Bursa AS dibuka melemah pada perdagangan Jumat (13/12/2019) karena investor mengakses kelanjutan kesepakatan dagang antar AS dan China.
Foto: Seorang pemrotes yang mengenakan topeng memegang tanda di depan Federal Hall pada rapat umum May Day di Wall Street di Manhattan di New York City, New York, AS, 1 Mei 2019. REUTERS / Lucas Jackson
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Seriat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Jumat (13/12/2019) karena investor mengakses kelanjutan kesepakatan dagang antar AS dan China.

Pada pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 15   poin (-0,1%), tetapi langsung berbalik naik 46,86 poin (0,17%) ke 28.085,23 selang 60 menit kemudian. Indeks Nasdaq menguat 0,32 poin (0,001%) ke 8.719,15 sementara indeks S&P 500 melemah 1,74 poin (-0,2%) ke 3.161,53.

Dalam kesepakatan dagang fase satu, AS akan membatalkan kenaikan bea masuk tambahan 15% terhadap importasi produk dari China senilai US$ 156 miliar. Selain itu bea masuk yang berlaku saat ini untuk produk senilai US$ 360 miliar akan dikurangi setengahnya, sebagaimana dilansir CNBC International yang mengutip dua orang sumber.

Sementara itu, Presiden Trump dikatakan berfokus pada produk pertanian AS yang akan dibeli China sebagai bagian dari kesepakatan fase satu. Pemerintah Beijing berkomitmen untuk membeli produk tersebut dengan total nilai US$ 40 miliar sampai US$ 50 miliar.

Kabar tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik yang tercermin dari penguatan bursa saham global.

Pasar finansial global semakin ceria setelah Partai Konservatif Inggris memastikan meraih kursi mayoritas di parlemen. Perhitungan suara Pemilihan Umum (Pemilu) Inggris hampir selesai, dan Partai yang juga disebut Tory ini sudah mendapat 364 kursi.

Dibandingkan tahun 2017 lalu, saat terjadi hung parliament atau tidak ada partai yang meraih kursi mayoritas di parlemen, jumlah kursi yang diperoleh Tory kali ini bertambah sebanyak 48. Ini merupakan kemenangan terbesar Tory sejak tahun 1987.

Partai Konservatif merupakan partai berkuasa saat ini pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson. Dengan kemenangan ini, Boris Johnson otomatis mempertahankan posisinya sebagai orang nomor satu di pemerintahan Inggris. Selain itu, dengan dikuasainya kurs mayoritas parlemen, proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) bisa berjalan mulus.

Satu lagi ketidakpastian di pasar akan dieliminasi, dan sentimen investor semakin membaik. Dampaknya yen yang menyandang status aset aman (safe haven) menjadi tidak menarik.

Pelaku pasar bakal mencermati data penjualan ritel November, penjualan ritel inti (di luar otomotif) dan harga impor November. Inventori bisnis periode Oktober juga bakal dirilis pada hari ini.

Selain itu, pasar juga mencermati pidato Presiden Fed New York John Williams yang diperkirakan akan menyinggung kebijakan moneter AS ke depan, setelah suku bunga acuan Desember dipertahankan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular