
Investor Tunggu Arah Fed, Wall Street Dibuka Melemah Tipis

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka melemah tipis pada perdagangan Rabu (11/12/2019) di tengah penantian investor terhadap keputusan suku bunga acuan The Federal Reserve.
Pada pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 38 poin (-0,1%), dan surut menjadi hanya 13,5 poin (-0,05%) ke 27.868,23 selang 20 menit kemudian. Namun, Indeks Nasdaq masih menguat 16,78 poin (0,21%) ke 8.634,58 sementara indeks S&P 500 naik 6,13 poin (0,2%) ke 3.138,76.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS berjatuh tempo 10 tahun tertekan menjadi 1,824% yang artinya terjadi penguatan harga. Di sisi lain, yield obligasi serupa bertenor 2 tahun tertekan menjadi 1,642%.
Pelaku pasar secara umum memperkirakan The Fed masih akan menahan suku bunga acuannya. Gubernur Fed Jerome Powell juga diprediksi akan mengambil kebijakan yang diperlukan untuk menjaga likuiditas yang tinggi hingga akhir tahun.
Pada Oktober, bank sentral AS tersebut telah mengumumkan rencana perpanjangan operasi pendanaan overnight sampai setidaknya pada Januari dan membeli obligasi pemerintah AS sampai dengan kuartal kedua tahun depan.
Kebijakan itu diambil menyusul gangguan kecil yang menimpa pasar utang -bank jangka pendek pada September. Terakhir Fed Funds Rate dipangkas pada Oktober, sebesar 25 basis poin, menjadi pemangkasan yang ketiga pada 2019.
Saat itu, The Fed juga mengindikasikan palang yang menghalangi pemangkasan lanjutan atas suku bunga bakal lebih tinggi. Data ekonomi baru-baru ini juga menunjukkan bahwa The Fed memiliki lebih banyak alasan untuk menahan suku bunga di level sekarang.
AS mencatatkan pembukaan lapangan kerja baru sebanyak 266.000 unit pada November, jauh melampaui estimasi Dow Jones sebanyak 187.000. Inflasi juga tercatat sebeasr 0,3% bulan lalu, mengalahkan ekspektasi dalam polling Reuters pada 0,2%.
Pelaku pasar di Wall Street juga memperhatikan perkembangan negosiasi dagang antara AS dan China yang harus berujung pada kesepakatan hingga akhir pekan ini jika Beijing tak ingin AS memberlakukan tarif tambahan pada Minggu.
The Wall Street Journal pada Selasa melaporkan bahwa AS berencana menunda tarif tambahan itu, guna memuluskan tercapainya kesepakatan. Namun pada hari yang sama, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa tenggat 15 Desember masih dipertahankan.
"Perang dagang masih menjadi ladang ranjau terbesar, tapi yang bisa dilakukan adalah mengikuti harga dan berharap akan ada resolusi," tutur Chief Investment Strategist Capital Wealth Planning Jeff Saut, dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?