
Sudah 4 Hari Ngebut, Rupiah Kehabisan Bensin
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 December 2019 10:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga kini melemah di perdagangan pasar spot setelah sempat menguat.
Pada Rabu (11/12/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.025. Rupiah melemah 0,15% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Pelemahan ini memutus rantai apresiasi rupiah di kurs tengah BI yang terjadi selama lima hari beruntun. Selama lima hari tersebut, penguatan rupiah mencapai 0,89%.
Sementara di pasar spot, rupiah yang sempat menguat kini berbalik merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.025 di mana rupiah melemah 0,14%.
Kala pembukaan pasar, rupiah masih menguat dan dolar AS bisa ditekan ke bawah Rp 14.000. Namun ternyata itu tidak bertahan lama.
Sepertinya rupiah mulai merasakan kejamnya ambil untung (profit taking). Maklum, sebelumnya mata uang Tanah Air sudah menguat 0,67% karena menguat empat hari beruntun di pasar spot.
Tentu ada saja investor yang merasa rupiah sudah agak kemahalan dan muncul niat untuk mencairkan cuan. Tekanan jual menghampiri rupiah sehingga sulit bertahan di jalur hijau.
Namun rupiah tidak sendiri, karena ternyata mayoritas mata uang utama Asia juga terbenam di zona merah. Hanya dolar Hong Kong, rupee India, dan ringgit Malaysia yang masih bisa menguat.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:10 WIB:
Rasanya pasar valas dunia hari ini cenderung wait and see. Sebab, memang ada peristiwa penting yang layak untuk dinanti.
Dini hari nanti waktu Indonesia, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan mengumumkan hasil rapat komite pengambil kebijakan. Tentu yang ditunggu pasar adalah pengumuman suku bunga acuan.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate bertahan di 1,5-1,75% mencapai 97,8%. Rasanya memang hampir pasti Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat akan menghentikan dulu siklus penurunan suku bunga acuan setelah diturunkan tiga kali sejak awal tahun.
Prospek penghentian penurunan suku bunga acuan membuat dolar AS punya alasan untuk menguat. Pada pukul 10:18 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%.
Tanpa penurunan suku bunga acuan, berinvestasi dolar AS masih akan menguntungkan (terutama di aset-aset berpendapatan tetap seperti obligasi). Pada pukul 10:20 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 0,4 basis poin (bps).
Kenaikan yield akan membuat obligasi pemerintah AS seksi di mata investor. Arus modal akan menyemut di sekitar Negeri Paman Sam, sehingga dolar AS punya energi untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Rabu (11/12/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.025. Rupiah melemah 0,15% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Pelemahan ini memutus rantai apresiasi rupiah di kurs tengah BI yang terjadi selama lima hari beruntun. Selama lima hari tersebut, penguatan rupiah mencapai 0,89%.
Sementara di pasar spot, rupiah yang sempat menguat kini berbalik merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.025 di mana rupiah melemah 0,14%.
Kala pembukaan pasar, rupiah masih menguat dan dolar AS bisa ditekan ke bawah Rp 14.000. Namun ternyata itu tidak bertahan lama.
Sepertinya rupiah mulai merasakan kejamnya ambil untung (profit taking). Maklum, sebelumnya mata uang Tanah Air sudah menguat 0,67% karena menguat empat hari beruntun di pasar spot.
Tentu ada saja investor yang merasa rupiah sudah agak kemahalan dan muncul niat untuk mencairkan cuan. Tekanan jual menghampiri rupiah sehingga sulit bertahan di jalur hijau.
Namun rupiah tidak sendiri, karena ternyata mayoritas mata uang utama Asia juga terbenam di zona merah. Hanya dolar Hong Kong, rupee India, dan ringgit Malaysia yang masih bisa menguat.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:10 WIB:
Rasanya pasar valas dunia hari ini cenderung wait and see. Sebab, memang ada peristiwa penting yang layak untuk dinanti.
Dini hari nanti waktu Indonesia, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan mengumumkan hasil rapat komite pengambil kebijakan. Tentu yang ditunggu pasar adalah pengumuman suku bunga acuan.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate bertahan di 1,5-1,75% mencapai 97,8%. Rasanya memang hampir pasti Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat akan menghentikan dulu siklus penurunan suku bunga acuan setelah diturunkan tiga kali sejak awal tahun.
Prospek penghentian penurunan suku bunga acuan membuat dolar AS punya alasan untuk menguat. Pada pukul 10:18 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%.
Tanpa penurunan suku bunga acuan, berinvestasi dolar AS masih akan menguntungkan (terutama di aset-aset berpendapatan tetap seperti obligasi). Pada pukul 10:20 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 0,4 basis poin (bps).
Kenaikan yield akan membuat obligasi pemerintah AS seksi di mata investor. Arus modal akan menyemut di sekitar Negeri Paman Sam, sehingga dolar AS punya energi untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular