
5 Direktur Garuda Ditendang, Begini Pergerakan Sahamnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Skandal penyelundupan motor mewah Harley Davidson dan sepeda Brompton di pesawat Airbus A330-900 Neo milik PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berujung pemecatan sang Direktur Utama Ari Askhara.
Selain itu, Menteri BUMN Erick Thohir juga memberhentikan empat direksi Garuda lainnya karena diduga ikut terlibat dalam kasus penyelundupan tersebut. Keempat Direksi tersebut ialah: Iwan Joeniarto selaku Direktur Teknik dan Layanan, Mohammad Iqbal sebagai Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha, Heri Akhyar selaku Direktur Human Capital, dan Bambang Adisurya Angkasa selaku Direktur Operasi.
Aksi tidak terpuji yang melanggar prinsip Good Corporate Governance (GCG) tersebut ditanggapi secara negatif oleh pelaku pasar bursa. Semenjak kasus tersebut terungkap pihak Bea dan Cukai Bandara Soekarno Hatta pada hari Minggu (17/11/2019), saham Garuda pun sempat anjlok dalam.
Jika dihitung dari harga penutupan perdagangan 15 November 2019, saat harga saham Garuda pada level Rp 585/unit, hari ini harga saham maskapai pelat merah tersebut masih terkoreksi 10,26% ke harga Rp 520/unit saham.
Namun harga saham Garuda sempat anjlok 17,26% sejak awal mula kasus tersebut terungkap hingga tanggal 6 Desember 2019 menuju level harga Rp 484/saham.
Data bursa hingga pukul 10:30 WIB mencatat, saham berkode GIAA diperdagangkan pada level Rp 525/unit sahamnya dengan kenaikan 1,94%. Nilai transaksi sebanyak 3,24 juta unit saham senilai Rp 1,69 miliar.
Belakangan saham Garuda kembali naik setelah Kementerian BUMN mengambil langkah tegas pemecatan. Dalam sepekan, saham Garuda terbang 5% menipiskan pelemahan yang terjadi sejak kasus smuggling tersebut mulai mencuat.
Pergerakan Saham Garuda Sejak Kasus Penyelundupan Moge di Pesawat Airbus A330-900 Neo
![]() |
Sejatinya, Saham Garuda sejak awal tahun melesat karena didorong laporan keuangan yang solid pada tahun ini. Saham Garuda sejak awal tahun hingga berita ini dimuat telah melesat 76% atau 217 dari harga penutupan tahun lalu di Rp 298/unit sahamnya.
Pada kuartal III-2019, Garuda membukukan laba bersih senilai US$ 122,42 juta atau setara Rp 1,71 triliun jika menggunakan kurs Rp 14.000/USD, meningkat 236,5% dari rugi kuartal III-2018 yang mencapai USD 114,08 atau Rp 1,59 triliun dengan kurs yang sama.
Kenaikan secara bottom line tersebut didorong naiknya pendapatan yang berasal dari penerbangan terjadwal yang mencapai USD 2,79 miliar, kemudian penerbangan tidak terjadwal USD 249,9 juta, serta pendapatan lainnya yang mencapai USD 494,89 juta.
Di sisi lain, beban usaha perusahaan per kuartal III-2019 juga turun sebesar USD 70 juta menjadi USD 3,28 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya pada angka USD 3,35 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!