
Kabar dari Gedung Putih Bikin Rupiah Terus Menguat
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 December 2019 08:09

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Seperti biasa, kabar baik dari hubungan AS-China ampuh untuk membuat rupiah terus perkasa.
Pada Rabu (11/12/2019), US$ 1 dihargai Rp 13.990 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sebelum hari ini, rupiah sudah menguat selama empat hari perdagangan beruntun. Dalam periode tersebut, apresiasi rupiah tercatat 0,67%. Sepertinya rupiah belum bosan menguat, karena hari tanda masih ada sinyal rupiah bakal hijau lagi.
Tidak cuma rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun mampu menguat di hadapan greenback. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:05 WIB:
Pasar keuangan dunia masih digerakkan oleh dinamika relasi AS-China. Setiap ada perkembangan baru pasti langsung mendapat respons.
Kali ini yang menjadi perhatian pasar adalah 15 Desember yang semakin dekat. Tanggal itu akan menentukan, karena menjadi momentum penerapan bea masuk baru oleh AS kepada importasi produk asal China senilai US$ 156 miliar.
Jika sampai AS jadi menerapkan kebijakan itu, maka hampir pasti China akan membalas. Perang dagang berlanjut, asa damai dagang pun menguap.
Namun ada harapan Presiden AS Donald Trump akan menunda pengenaan bea masuk baru tersebut sembari menunggu perkembangan negosiasi dengan China. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pertanian AS Sonny Purdue.
"Saya tidak merasa Bapak Presiden mau menerapkan bea masuk baru. Namun harus ada sesuatu yang mendorongnya untuk tidak menerapkan itu. Semoga sinyal dari China untuk kedelai dan daging babi bisa menjadi jalan ke arah sana," kata Purdue, seperti diberitakan Reuters.
Akhir pekan lalu, China memutuskan untuk memberi kelonggaran bea masuk atas sejumlah impor produk pangan asal AS seperti kedelai dan daging babi. China juga membeli lebih banyak kedelai dari AS. Reuters memberitakan, China akan mengimpor sekitar 300.000 ton kedelai dari AS yang akan datang pada Januari dan Februari 2020.
Pernyataan Purdue diperkuat oleh Kepala Staff Gedung Putih Mick Mulvaney. Dia menyebut AS-China berada di jalur yang benar untuk mencapai kesepakatan dagang fase I.
"Saya rasa arah menuju kesepakatan dagang fase I cukup baik. Namun Bapak Presiden tidak merasa tertekan untuk menandatangani kesepakatan sebelum Pemilu 2020," kata Mulvaney, seperti dikutip dari Reuters.
Komentar lain datang dari Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih. Navarro menyebut Trump akan segera mengumumkan keputusan soal kesepakatan dagang dengan China.
"Kalau kami mendapat kesepakatan yang bagus, maka semuanya akan baik. Semuanya ada di tangan Bapak Presiden, dan akan segera diumumkan," kata Navarro, sebagaimana diberitakan Reuters.
Hawa damai dagang kembali merebak di pasar keuangan Asia. Arus modal kembali datang, dan menopang penguatan mata uang Benua Kuning. Rupiah tidak ketinggalan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Rabu (11/12/2019), US$ 1 dihargai Rp 13.990 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sebelum hari ini, rupiah sudah menguat selama empat hari perdagangan beruntun. Dalam periode tersebut, apresiasi rupiah tercatat 0,67%. Sepertinya rupiah belum bosan menguat, karena hari tanda masih ada sinyal rupiah bakal hijau lagi.
Tidak cuma rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun mampu menguat di hadapan greenback. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:05 WIB:
Pasar keuangan dunia masih digerakkan oleh dinamika relasi AS-China. Setiap ada perkembangan baru pasti langsung mendapat respons.
Kali ini yang menjadi perhatian pasar adalah 15 Desember yang semakin dekat. Tanggal itu akan menentukan, karena menjadi momentum penerapan bea masuk baru oleh AS kepada importasi produk asal China senilai US$ 156 miliar.
Jika sampai AS jadi menerapkan kebijakan itu, maka hampir pasti China akan membalas. Perang dagang berlanjut, asa damai dagang pun menguap.
Namun ada harapan Presiden AS Donald Trump akan menunda pengenaan bea masuk baru tersebut sembari menunggu perkembangan negosiasi dengan China. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pertanian AS Sonny Purdue.
"Saya tidak merasa Bapak Presiden mau menerapkan bea masuk baru. Namun harus ada sesuatu yang mendorongnya untuk tidak menerapkan itu. Semoga sinyal dari China untuk kedelai dan daging babi bisa menjadi jalan ke arah sana," kata Purdue, seperti diberitakan Reuters.
Akhir pekan lalu, China memutuskan untuk memberi kelonggaran bea masuk atas sejumlah impor produk pangan asal AS seperti kedelai dan daging babi. China juga membeli lebih banyak kedelai dari AS. Reuters memberitakan, China akan mengimpor sekitar 300.000 ton kedelai dari AS yang akan datang pada Januari dan Februari 2020.
Pernyataan Purdue diperkuat oleh Kepala Staff Gedung Putih Mick Mulvaney. Dia menyebut AS-China berada di jalur yang benar untuk mencapai kesepakatan dagang fase I.
"Saya rasa arah menuju kesepakatan dagang fase I cukup baik. Namun Bapak Presiden tidak merasa tertekan untuk menandatangani kesepakatan sebelum Pemilu 2020," kata Mulvaney, seperti dikutip dari Reuters.
Komentar lain datang dari Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih. Navarro menyebut Trump akan segera mengumumkan keputusan soal kesepakatan dagang dengan China.
"Kalau kami mendapat kesepakatan yang bagus, maka semuanya akan baik. Semuanya ada di tangan Bapak Presiden, dan akan segera diumumkan," kata Navarro, sebagaimana diberitakan Reuters.
Hawa damai dagang kembali merebak di pasar keuangan Asia. Arus modal kembali datang, dan menopang penguatan mata uang Benua Kuning. Rupiah tidak ketinggalan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular