Awas! Wall Street Malam Ini Bisa "Kebakaran" di Pembukaan

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
10 December 2019 18:15
Kontrak futures Wall Street diimplikasi melemah malam ini seiring dengan penantian investor atas kepastian tarif terhadap produk China
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak futures indeks bursa saham acuan Wall Street diimplikasi melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (10/12/2019), terkait dengan penantian investor atas kepastian tarif terhadap produk China.

Pada pukul 17:31 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 turun tipis 83 poin dan 8 poin. Sementara itu, kontrak futures Nasdaq terkoreksi 26 poin.

Untuk diketahui, pada 15 Desember 2019, Amerika Serikat (AS) dijadwalkan akan membebankan tarif kepada produk importasi China senilai US$ 156 miliar, termasuk produk elektronik dan dekorasi Natal.

Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan apakah Washington akan membatalkan rencana tersebut atau tetap menerapkannya karena tidak ada kesepakatan dagang yang ditekan.

Penasehat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow sebelumnya menyampaikan bahwa kenaikan bea impor tersebut masih berlaku. Selain itu Kudlow juga mengatakan jika kedua belah pihak "sudah dekat" dengan kesepakatan, tetapi juga menyatakan Presiden Trump siap "pergi menjauh" jika beberapa kondisi tertentu tak terpenuhi.

Namun, hari ini Bloomberg memberitakan Menteri Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan bahwa Washington besar kemungkinan tidak akan mengenakan bea masuk pada produk impor China akhir pekan ini.

"Kami memiliki tenggat waktu yang akan datang pada 15 Desember untuk babak baru tarif, saya tidak percaya itu akan diberlakukan dan saya pikir kita mungkin melihat (AS) menahan diri," ujar Purdue.

Akan tetapi, Purdue menegaskan bahwa pembatalan pengenaan tarif akan melihat sikap Beijing, terutama terkait sinyal pembelian produk pertanian Negeri Sam dan rencana pengurangan tarif impor atas produk kedelai dan babi.

Selain itu, sejatinya Tiongkok telah membeli lebih banyak produk pertanian AS dibandingkan tahun lalu. Tercatat antara September dan November, impor China atas produk kedelai AS tumbuh 13 kali lipat, sebagaimana diberitakan oleh CNBC International.

Meski harapan akan adanya kesepakatan dagang cukup besar, tetapi kemungkinan bahwa belum akan ada perdamaian di antara kedua negara tersebut juga masih terbuka lebar. Akibatnya, pelaku pasar mengambil sikap wait and see, dan belum masuk ke pasar secara agresif.

Pada hari ini investor akan mencermati pembacaan final pertumbuhan biaya tenaga kerja dan produktifitas sektor non-pertanian untuk kuartal III-2019 yang akan dirilis pukul 20:30 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Pesta Wall Street Terus Berlanjut, Menguat Lima Hari Beruntun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular