China Hapus Tarif Babi & Kedelai AS, Wall Street Bakal Hijau

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
06 December 2019 18:08
Pada pukul 17:31 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 menguat 63,21 poin dan 7,42 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq naik 26,60 poin.
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak futures indeks bursa saham acuan Wall Street diimplikasi menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (6/12/2019), didorong oleh sentimen dari China yang dikabarkan akan menghapus bea masuk pada beberapa produk impor Amerika Serikat.

Pada pukul 17:31 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 menguat 63,21 poin dan 7,42 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq naik 26,60 poin.

Kementerian Keuangan China hari ini menyampaikan akan meniadakan tarif impor untuk beberapa produk pertanian asal Negeri Paman Sam, seperti kedelaiĀ dan babi, seperti diwartakan CNBC International.

Dalam pernyataan resmi, Beijing menyebut bahwa penghapusan tarif didasarkan pada kondisi masing-masing perusahaan eksportir kedelai dan babi asal AS. Namun masih belum ada informasi detil terkait berapa jumlah produk yang akan dibebaskan dari bea masuk.

Untuk diketahui, China memberlakukan tarif 25% untuk produk kedelai dan babiĀ asal AS sejak Juli 2018 sebagai langkah balasan dari serangan tarif yang dikenakan Washington.

Peniadaan tarif tersebut diputuskan di tengah-tengah diskusi dagang antara AS dan China terkait kesepakatan fase pertama, di mana penghapusan tarif merupakan faktor penting dari pembicaraan untuk mencapai titik temu.

Kemudian, kemarin Presiden AS Donald Trump menyampaikan AS dan China semakin dekat untuk mencapai kata sepakat untuk perjanjian dagang fase pertama.

Namun, tampaknya kedua negara masih belum menemukan kata sepakat terkait jumlah produk pertanian AS yang harus dibeli China.

Merujuk pada laporan Wall Street Journal (WSJ) kemarin (5/12/2019), Presiden AS Donald Trump meminta China untuk membeli US$ 40 juta hingga US$ 50 juta produk pertanian Negeri Paman Sam setiap tahun, di mana angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan pembelian China tahun lalu yang hanya US$ 8,6 juta.

Washington juga meminta China untuk merilis pernyataan resmi terkait rencana pembelian tersebut dan pembelian China tidak akan bergantung pada kondisi pasar atau kewajiban perdagangan China.

Untuk diketahui, China beberapa kali menolak permintaan AS terkait jumlah produk pertanian yang harus dibeli, karena hal ini harus diserahkan pada mekanisme pasar. Selain itu, banyaknya produk impor pertanian AS juga dikhawatirkan akan menyakiti pasar domestik Negeri Tiongkok.

Pada hari ini investor akan mencermati rilis data penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian, tingkat pengangguran, dan rata-rata pendapatan per jam bulan November pada pukul 20:30 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular