
Persediaan Minyak Mentah AS Turun, Harga Minyak Naik 0,52%
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 December 2019 10:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak mentah naik pagi ini, terdongkrak oleh data mengejutkan tentang perubahan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang turun signifikan melebihi ekspektasi pasar.
Rabu (4/12/2019), harga minyak mentah kontrak Brent naik 0,58% ke US$ 61,17/barel. Harga minyak mentah acuan Amerika Serikat yaitu West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 0,52% ke posisi US$ 56,39/barel.
Data American Petroleum Institute (API) menyebut perubahan stok minyak mentah negeri Paman Sam secara tak terduga turun drastis 3,72 juta barel hingga akhir November. Pada minggu sebelumnya stok minyak mentah naik 3,64 juta barel.
Perubahan yang signifikan tersebut melampaui ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan turun sebanyak 1,7 juta barel saja.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia yang tergabung dalam OPEC+ akan melakukan pertemuan pada tanggal 5-6 Desember pekan ini. Melansir Reuters, Menteri Perminyakan Iraq Thamer Ghadhban menagtakan "pemangkasan produksi minyak yang lebih dalam lebih disukai oleh beberapa anggota".
Namun masih ada keraguan terkait opsi pemangkasan produksi minyak yang lebih dalam. Analis memandang peluang perpanjangan pemangkasan minyak lebih memungkinkan untuk terjadi.
"Kami berpikir OPEC akan mengumumkan perpanjangan periode pemangkasan produksi minyak sepanjang tahun 2020 dibanding hanya tiga atau enam bulan masa perpanjangan," tulis BNP Paribas Markets dalam sebuah catatan, mengutip Reuters.
Apa pun keputusan OPEC minggu ini, akan jadi sentimen penggerak pasar. Namun ada hal lain juga yang perlu diperhatikan selain upaya OPEC untuk menstabilkan pasar minyak mentah. Hal tersebut adalah kelanjutan perang dagang yang terjadi antara AS dengan China.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa Presiden AS Donald Trump menyatakan sebaiknya kesepakatan dagang dengan Tiongkok dilakukan setelah pemilihan umum (Pemilu) AS pada tahun 2020.
"Dalam beberapa hal, saya menyukai gagasan menunda kesepakatan dengan China sampai Pemilu selesai, tapi mereka ingin membuat kesepakatan sekarang dan kita akan melihat apakah kesepakatan itu akan benar terjadi," kata Trump saat diwawancarai oleh wartawan di London dalam pertemuan NATO, sebagaimana dilansir CNBC International.
Tak sampai di situ saja, Presiden AS ke-45 ini juga menuding Perancis melakukan diskriminasi pajak terhadap perusahaan teknologi AS seperti Google, Apple, Facebook dan Amazon. Trump tak segan mengenakan tarif 100% untuk barang impor asal Perancis senilai US$ 2,4 miliar.
Saat ini AS juga diketahui tengah melakukan penyelidikan pada Australia, Italia dan Turki. Jika negara-negara tersebut terbukti melakukan kecurangan, maka Washington tak segan-segan mengenakan bea masuk.
Jika perang dagang tereskalasi ke berbagai belahan dunia, bukan tidak mungkin ekonomi akan terseret ke lubang resesi yang mengerikan. Ketika ekonomi tumbuh melambat atau bahkan terkontraksi, permintaan energi terutama minyak mentah pun akan ikut terancam.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Naik-Turunnya Kebangetan, Kenapa sih dengan Harga Minyak?
Rabu (4/12/2019), harga minyak mentah kontrak Brent naik 0,58% ke US$ 61,17/barel. Harga minyak mentah acuan Amerika Serikat yaitu West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 0,52% ke posisi US$ 56,39/barel.
Perubahan yang signifikan tersebut melampaui ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan turun sebanyak 1,7 juta barel saja.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia yang tergabung dalam OPEC+ akan melakukan pertemuan pada tanggal 5-6 Desember pekan ini. Melansir Reuters, Menteri Perminyakan Iraq Thamer Ghadhban menagtakan "pemangkasan produksi minyak yang lebih dalam lebih disukai oleh beberapa anggota".
Namun masih ada keraguan terkait opsi pemangkasan produksi minyak yang lebih dalam. Analis memandang peluang perpanjangan pemangkasan minyak lebih memungkinkan untuk terjadi.
"Kami berpikir OPEC akan mengumumkan perpanjangan periode pemangkasan produksi minyak sepanjang tahun 2020 dibanding hanya tiga atau enam bulan masa perpanjangan," tulis BNP Paribas Markets dalam sebuah catatan, mengutip Reuters.
Apa pun keputusan OPEC minggu ini, akan jadi sentimen penggerak pasar. Namun ada hal lain juga yang perlu diperhatikan selain upaya OPEC untuk menstabilkan pasar minyak mentah. Hal tersebut adalah kelanjutan perang dagang yang terjadi antara AS dengan China.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa Presiden AS Donald Trump menyatakan sebaiknya kesepakatan dagang dengan Tiongkok dilakukan setelah pemilihan umum (Pemilu) AS pada tahun 2020.
"Dalam beberapa hal, saya menyukai gagasan menunda kesepakatan dengan China sampai Pemilu selesai, tapi mereka ingin membuat kesepakatan sekarang dan kita akan melihat apakah kesepakatan itu akan benar terjadi," kata Trump saat diwawancarai oleh wartawan di London dalam pertemuan NATO, sebagaimana dilansir CNBC International.
Tak sampai di situ saja, Presiden AS ke-45 ini juga menuding Perancis melakukan diskriminasi pajak terhadap perusahaan teknologi AS seperti Google, Apple, Facebook dan Amazon. Trump tak segan mengenakan tarif 100% untuk barang impor asal Perancis senilai US$ 2,4 miliar.
Saat ini AS juga diketahui tengah melakukan penyelidikan pada Australia, Italia dan Turki. Jika negara-negara tersebut terbukti melakukan kecurangan, maka Washington tak segan-segan mengenakan bea masuk.
Jika perang dagang tereskalasi ke berbagai belahan dunia, bukan tidak mungkin ekonomi akan terseret ke lubang resesi yang mengerikan. Ketika ekonomi tumbuh melambat atau bahkan terkontraksi, permintaan energi terutama minyak mentah pun akan ikut terancam.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Naik-Turunnya Kebangetan, Kenapa sih dengan Harga Minyak?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular