Wall Street Mencoba Rebound Setelah Koreksi Dalam

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
03 December 2019 17:45
Pukul 17:10 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 menguat 37,96 dan 4,98 poin, sedangkan kontrak futures Nasdaq naik 15,24 poin.
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak futures indeks bursa saham Wall Street diimplikasi menguat tipis pada pembukaan perdagangan Selasa (3/12/2019) setelah pada perdagangan Senin kemarin mencatatkan koreksi yang cukup dalam akibat rilis data angka PMI manufaktur yang lebih rendah dari ekspektasi.

Pada pukul 17:10 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 menguat 37,96 poin dan 4,98 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq naik 15,24 poin. Wall Street mencoba mencatatkan rebound selepas anjlok lebih dari 1%. Kemarin Nasdaq membukukan koreksi 1,12%, DJIA melemah 0,96% dan S&P 500 turun 0,86%.

Sementara itu, katalis yang menyelimuti perdagangan pasar saham global dipenuhi dengan hawa negatif setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan memulai babak perang dagang baru dengan negara di kawasan Amerika Latin dan Eropa.

Malam tadi waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump menegaskan segera memberlakukan bea masuk untuk impor baja dan aluminium dari Brasil dan Argentina. Sang presiden ke-45 Negeri Adidaya beralasan selama ini mata uang dua negara tersebut terlalu lemah sehingga merugikan AS.

"Brasil dan Argentina telah melemahkan mata uang mereka, yang ini tidak bagus buat para petani kita. Oleh karena itu, berlaku efektif segera, saya akan mengenakan bea masuk bagi impor baja dan aluminium dari dua negara tersebut," ujarnya.

The Federal Reserve (Bank Sentral AS) seharusnya bertindak sehingga negara-negara seperti itu tidak lagi memanfaatkan penguatan dolar AS untuk melemahkan mata uangnya. Situasi ini membuat manufaktur dan petani kita kesulitan untuk mengekspor. Turunkan bunga dan longgarkan, Fed!" tegas Trump dalam cuitan Twitter lainnya.

Lebih lanjut, Presiden ke-45 Negeri Adidaya tersebut juga mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% atas produk impor asal Prancis senilai US$ 2,4 miliar. Ancaman ini diberikan karena Prancis dianggap telah melakukan diskriminasi atas pajak layanan digital bagi perusahaan asal AS, dilansir dari AFP.

Hal ini berdasarkan fakta yang ditemukan Perwakilan Dagang AS, di mana Negeri Mode tersebut memberi pajak yang tinggi pada perusahaan teknologi asal AS, seperti Google, Apple, Facebook, dan Amazon.

Selain itu, AS juga diketahui tengah melakukan penyelidikan pada Austria, Italia, dan Turki. Jika ketiga negara tersebut ditemukan melakukan kecurangan, maka Washington tidak segan melayangkan bea masuk.

Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Di Tengah Ancaman Resesi, Wall Street Dibuka Menghijau!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular