
Dolar Singapura Sedang Naik, Mau Lihat Merlion Sedikit Mahal
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 December 2019 11:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (2/12/19), tetapi masih terjebak dalam rentang perdagangan pekan lalu.
Pada pukul 10:20 WIB, SG$ 1 setara dengan Rp 10.314,97, dolar Singapura menguat 0,08% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level dolar Singapura tersebut masih berada dalam rentang Rp 10.331 - 10.298/SG$.
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 10:45 WIB.
Tekanan bagi rupiah datang dari dalam negeri pagi ini. IHS Markit melaporkan aktivitas sektor manufaktur RI yang masih berkontraksi. Angka indeks yang dinilai dari Purchasing Managers' Indeks (PMI) bulan November dilaporkan sebesar 48,2, lebih baik dari bulan sebelumnya 47,7.
Meski membaik, tetapi angka di bulan November masih di bawah 50 yang menjadi batas antara ekspansi dan kontraksi. Angka di bawah 50 berarti kontraksi atau aktivitas yang semakin menurun, sementara di atas 50 berarti ekspansi atau aktivitas yang meningkat.
Kontraksi yang dialami dalam dua bulan beruntun tersebut menjadi yang terdalam sejak November 2015. Akibatnya, di kuartal IV-2019, pertumbuhan ekonomi RI diprediksi di bawah 5%, rupiah pun menjadi tertekan.
"Dengan rata-rata PMI Oktober dan November yang sebesar 48, kami memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2019 hanya tumbuh 4,9%. Survei kami menunjukkan permintaan terhadap produk manufaktur masih lemah. Permintaan baru dan penjualan menurun, dan dunia usaha memilih untuk mengurangi tenaga kerja serta menurunkan pembelian bahan baku. Ini memberi gambaran bahwa output ekonomi masih akan lemah dalam beberapa bulan ke depan," jelas Bernard Aw, Principal Economist di IHS Markit, dikutip dari siaran tertulis.
Data lain yang dirilis beberapa saat lalu oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi tumbuh 0,14% month-on-month (MoM), dan 3% secara year-on-year (YoY).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi November adalah 0,2% secara MoM dan 3,065% YoY.
Rupiah masih melemah melawan dolar Singapura usai pengumuman BPS tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
Pada pukul 10:20 WIB, SG$ 1 setara dengan Rp 10.314,97, dolar Singapura menguat 0,08% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level dolar Singapura tersebut masih berada dalam rentang Rp 10.331 - 10.298/SG$.
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 10:45 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
Bank BNI | 10.298,00 | 10.355,00 |
Bank BRI | 10.251,04 | 10.397,85 |
Bank Mandiri | 10.290,00 | 10.345,00 |
Bank BTN | 10.158,00 | 10.472,00 |
Bank BCA | 10.316,26 | 10.336,59 |
CIMB Niaga | 10.315,00 | 10.326,00 |
Tekanan bagi rupiah datang dari dalam negeri pagi ini. IHS Markit melaporkan aktivitas sektor manufaktur RI yang masih berkontraksi. Angka indeks yang dinilai dari Purchasing Managers' Indeks (PMI) bulan November dilaporkan sebesar 48,2, lebih baik dari bulan sebelumnya 47,7.
Meski membaik, tetapi angka di bulan November masih di bawah 50 yang menjadi batas antara ekspansi dan kontraksi. Angka di bawah 50 berarti kontraksi atau aktivitas yang semakin menurun, sementara di atas 50 berarti ekspansi atau aktivitas yang meningkat.
Kontraksi yang dialami dalam dua bulan beruntun tersebut menjadi yang terdalam sejak November 2015. Akibatnya, di kuartal IV-2019, pertumbuhan ekonomi RI diprediksi di bawah 5%, rupiah pun menjadi tertekan.
"Dengan rata-rata PMI Oktober dan November yang sebesar 48, kami memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2019 hanya tumbuh 4,9%. Survei kami menunjukkan permintaan terhadap produk manufaktur masih lemah. Permintaan baru dan penjualan menurun, dan dunia usaha memilih untuk mengurangi tenaga kerja serta menurunkan pembelian bahan baku. Ini memberi gambaran bahwa output ekonomi masih akan lemah dalam beberapa bulan ke depan," jelas Bernard Aw, Principal Economist di IHS Markit, dikutip dari siaran tertulis.
Data lain yang dirilis beberapa saat lalu oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi tumbuh 0,14% month-on-month (MoM), dan 3% secara year-on-year (YoY).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi November adalah 0,2% secara MoM dan 3,065% YoY.
Rupiah masih melemah melawan dolar Singapura usai pengumuman BPS tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular