
Duet Bappebti & KBI Dorong Pemanfaatan Sistem Resi Gudang
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
29 November 2019 15:05

Jakarta, CNBC Indonesia- Badan Pengawas Perdagangan Komoditi (Bappebti) dan PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) mendorong pemanfaatan sistem resi gudang untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Sistem resi gudang merupakan instrumen perdagangan maupun keuangan yang memungkinkan komoditas yang disimpan dalam gudang memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan.
Selain itu, tidak diperlukan jaminan lainnya sehingga dapat meningkatkan kredit ataupun pembiayaan kepada petani, poktan, gapoktan, koperasi dan pelaku UMKM.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Komoditi (Bappebti) Tjahya Widayanti mengatakan, sistem resi gudang diterapkan untuk menyimpan hasil pertanian pada saat harga jual jatuh, sehingga dapat menjaga kestabilan harga ataupun inflasi. Dengan sistem ini petani menjadi tahu bagaimana mengelola produknya saat terjadi panen raya. Selain itu, dengan adanya SRG petani dapat menunda penjualanya saat harga jatuh, serta kemudian menjualnya pada saat harga naik.
"SRG diharapkan dapat menjadi instrumen dalam menjaga kestabilan harga komoditas, mendukung tata niaga komoditas dan pemenuhan komoditas pangan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau di tingkat masyarakat," kata Tjahya dalam siaran resminya, Jumat (29/11/2019).
Adanya sistem resi gudang ketersediaan data dan sebaran stok cadangan komoditas menjadi akurat dan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah di dalam menentukan kebijakan pengendalian ketersediaan, dan kelancaran distribusi komoditi pangan, sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
Sayangnya sistem resi gudang masih belum banyak dimanfaatkan, dan masih sebatas instrumen tunda jual dan sebagai instrumen pembiayaan bagi para pelaku sektor pertanian. Dalam mendorong implementasi sistem resi gudang pemerintah membangun gudang-gudang di sejumlah daerah sentra produksi yang belum memiliki dampak yang signifikan dalam perkembangannya.
"Baru sekitar 30% atau 38 gudang yang dibangun pemerintah telah aktif untuk pelaksanaan SRG serta tercatat saat ini terdapat 29 gudang SRG swasta (yang dikelola oleh BUMN/Swasta) aktif dalam pelaksanaan SRG," katanya.
Selain petani, pemilik komoditas juga dapat melakukan penyimpanan komoditasnya di gudang yang terdaftar sebagai Pengelola Gudang oleh Bappepti. Kemudian dapat diterbitkan dokumen Resi Gudang oleh Pengelola Gudang melalui sistem yang teregistrasi di PT Kliring Berjangka Indonesia sebagai Pusat Registrasi.
Selanjutnya dokumen Resi Gudang yang dimiliki pemilik komoditas dapat dijaminkan atau diperdagangkan dan bahkan dapat diperjualbelikan untuk memaksimalkan nilai dan manfaat komoditas tersebut.
Data dari Pusat Registrasi Resi Gudang, yaitu PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) menyebutkan, dari 2017 hingga Oktober 2019, total pembiayaan resi gudang mencapai Rp 114,6 miliar, dengan total 914 resi gudang.
Pada 2017 terdapat 170 resi gudang dengan nilai pembiayaan mencapai Rp 15,9 miliar. Pada 2018 terdapat 379 resi gudang dengan nilai pembiayaan mencapai Rp. 52,6 miliar. Sedangkan hingga Oktober 2019 terdapat 365 resi gudang dengan nilai pembiayaan mencapai Rp 46,1 miliar.
Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia Fajar Wibhiyadi, mengatakan sejak 2017 hingga Oktober 2019, komoditas gabah memiliki nilai pembiayaan terbesar, dengan total nilai Rp 37,2 miliar. Selain itu, beberapa komoditas lain adalah beras, jagung, rumput laut, kopi, garam dan lada.
"Kami optimis, ke depan para pemilik beberapa komoditas selain yang sudah ada sekarang, juga akan memanfaatkan instrumen ini," katanya.
Sebagai antisipasi teknologi yang semakin maju, Kliring Berjangka juga menerapkan aplikasi untuk supporting Sistem Resi Gudang, yaitu dengan Aplikasi ISWARE.
Dengan aplikasi ini, pemilik komoditas bisa dengan mudah mendaftarkan komoditasnya ke dalam Sistem Resi Gudang untuk dapat diterbitkan dokumen Resi Gudang secara real time dan cepat. Dengan begitu pemilik komoditas dapat segera melakukan kegiatan penjaminan atau Perdagangan agar nilai dari komoditas tersebut dapat termanfaatkan secara maksimal.
(dob/dob) Next Article Bappebti Mengaku Kesulitan Bangun Ekosistem Kripto
Sistem resi gudang merupakan instrumen perdagangan maupun keuangan yang memungkinkan komoditas yang disimpan dalam gudang memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan.
Selain itu, tidak diperlukan jaminan lainnya sehingga dapat meningkatkan kredit ataupun pembiayaan kepada petani, poktan, gapoktan, koperasi dan pelaku UMKM.
"SRG diharapkan dapat menjadi instrumen dalam menjaga kestabilan harga komoditas, mendukung tata niaga komoditas dan pemenuhan komoditas pangan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau di tingkat masyarakat," kata Tjahya dalam siaran resminya, Jumat (29/11/2019).
Adanya sistem resi gudang ketersediaan data dan sebaran stok cadangan komoditas menjadi akurat dan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah di dalam menentukan kebijakan pengendalian ketersediaan, dan kelancaran distribusi komoditi pangan, sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
Sayangnya sistem resi gudang masih belum banyak dimanfaatkan, dan masih sebatas instrumen tunda jual dan sebagai instrumen pembiayaan bagi para pelaku sektor pertanian. Dalam mendorong implementasi sistem resi gudang pemerintah membangun gudang-gudang di sejumlah daerah sentra produksi yang belum memiliki dampak yang signifikan dalam perkembangannya.
"Baru sekitar 30% atau 38 gudang yang dibangun pemerintah telah aktif untuk pelaksanaan SRG serta tercatat saat ini terdapat 29 gudang SRG swasta (yang dikelola oleh BUMN/Swasta) aktif dalam pelaksanaan SRG," katanya.
Selain petani, pemilik komoditas juga dapat melakukan penyimpanan komoditasnya di gudang yang terdaftar sebagai Pengelola Gudang oleh Bappepti. Kemudian dapat diterbitkan dokumen Resi Gudang oleh Pengelola Gudang melalui sistem yang teregistrasi di PT Kliring Berjangka Indonesia sebagai Pusat Registrasi.
Selanjutnya dokumen Resi Gudang yang dimiliki pemilik komoditas dapat dijaminkan atau diperdagangkan dan bahkan dapat diperjualbelikan untuk memaksimalkan nilai dan manfaat komoditas tersebut.
Data dari Pusat Registrasi Resi Gudang, yaitu PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) menyebutkan, dari 2017 hingga Oktober 2019, total pembiayaan resi gudang mencapai Rp 114,6 miliar, dengan total 914 resi gudang.
Pada 2017 terdapat 170 resi gudang dengan nilai pembiayaan mencapai Rp 15,9 miliar. Pada 2018 terdapat 379 resi gudang dengan nilai pembiayaan mencapai Rp. 52,6 miliar. Sedangkan hingga Oktober 2019 terdapat 365 resi gudang dengan nilai pembiayaan mencapai Rp 46,1 miliar.
Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia Fajar Wibhiyadi, mengatakan sejak 2017 hingga Oktober 2019, komoditas gabah memiliki nilai pembiayaan terbesar, dengan total nilai Rp 37,2 miliar. Selain itu, beberapa komoditas lain adalah beras, jagung, rumput laut, kopi, garam dan lada.
"Kami optimis, ke depan para pemilik beberapa komoditas selain yang sudah ada sekarang, juga akan memanfaatkan instrumen ini," katanya.
Sebagai antisipasi teknologi yang semakin maju, Kliring Berjangka juga menerapkan aplikasi untuk supporting Sistem Resi Gudang, yaitu dengan Aplikasi ISWARE.
Dengan aplikasi ini, pemilik komoditas bisa dengan mudah mendaftarkan komoditasnya ke dalam Sistem Resi Gudang untuk dapat diterbitkan dokumen Resi Gudang secara real time dan cepat. Dengan begitu pemilik komoditas dapat segera melakukan kegiatan penjaminan atau Perdagangan agar nilai dari komoditas tersebut dapat termanfaatkan secara maksimal.
(dob/dob) Next Article Bappebti Mengaku Kesulitan Bangun Ekosistem Kripto
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular