AS-China Mesra, Harga Minyak Mentah Tak Gerak

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 November 2019 10:53
Harga minyak mentah cenderung flat menyusul kabar Amerika Serikat dan China yang semakin dekat dengan kesepakatan dagang tahap satu.
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak mentah cenderung flat menyusul kabar Amerika Serikat dan China yang semakin dekat dengan kesepakatan dagang tahap satu.

Pagi ini Selasa (26/11/2019), harga minyak mentah jenis Brent naik tipis 0,03% atau cenderung flat di US$ 63,67/barel. Hal serupa juga dialami oleh minyak mentah acuan AS yaitu West Texas Intermediate (WTI) yang terkoreksi tipis 0,03% ke level US$ 57,99/barel.



Pergerakan harga si emas hitam dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama permintaan dan pasokan. Kedua faktor ini erat kaitannya dengan kondisi ekonomi dan politik global.

Saat ini ekonomi global tengah lesu. Dana Moneter Internasional (IMF) sudah tiga kali memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2019. Terakhir IMF meramal ekonomi dunia cuma tumbuh 3%.

Ketika ekonomi tumbuh melambat, permintaan energi terutama minyak pun juga berpotensi ikut melambat. Salah satu pemicu lesunya ekonomi global adalah perang dagang Amerika Serikat dengan China yang sudah berlangsung kurang lebih 16 bulan tersebut.

Konflik dagang yang terus terjadi telah membuat volume perdagangan dunia terkontraksi. Kekhawatiran akan terpangkasnya permintaan minyak pun muncul. Namun, hubungan AS-China yang akhir-akhir ini tampak mesra jadi sentimen positif untuk harga minyak mentah.

AS dan China dikabarkan semakin dekat dengan kesepakatan dagang tahap pertama. Melansir CNBC Internasional, Kementerian Perdagangan China pagi ini mengabarkan bahwa pihaknya melakukan diskusi dengan AS melalui saluran telepon, seperti yang dimuat dalam situs resmi Kementerian.

"Walau kesepakatan dagang sampai sekarang belum ditandatangani, deeskalasi yang terjadi bagaimana pun juga membawa kabar positif untuk pasar" tulis J.P Morgan dalam sebuah catatan seperti yang diwartakan Reuters.

Dari sisi pasokan, negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC bersama koleganya dikabarkan akan menggelar pertemuan 5 Desember nanti di Vienna. OPEC dan aliansinya (OPEC+) sepakat untuk memangkas produksi minyak mentah hingga 1,2 juta barel per hari (bpd).

Kesepakatan tersebut awalnya diperpanjang hingga Maret tahun depan. Namun kabar lain menyebutkan, dengan kondisi ekonomi seperti sekarang ini pemangkasan produksi dapat diperpanjang hingga pertengahan tahun 2020. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan pasar.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Naik-Turunnya Kebangetan, Kenapa sih dengan Harga Minyak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular