
Gara-gara Sebuah Pidato Rupiah Jadi Melemah, Apa Itu?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 November 2019 08:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah tidak sendiri, karena mayoritas mata uang Asia lainnya juga berkubang di zona merah.
Pada Selasa (26/11/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.080 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah juga nyaris seharian melemah. Namun jelang lapak ditutup, rupiah berhasil membalikkan kedudukan dan finis dengan apresiasi 0,07% di hadapan greenback.
Namun hari ini, sepertinya sulit bagi rupiah untuk mengulangi prestasi serupa. Pasalnya, sentimen eksternal juga kurang mendukung, terlihat dari mata uang utama Asia lainnya yang juga melemah.
Sejauh ini, hanya yuan China, rupee India, dan peso Filipina yang mampu menguat. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:10 WIB:
Apa mau dikata, dolar AS memang sedang perkasa. Pada pukul 08:11 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%.
Penguatan dolar AS hadir setelah pidato Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome 'Jay' Powell di acara tahunan Greater Providence Chamber of Commerce. Powell menyampaikan, kebijakan moneter yang ditempuh The Fed sudah tepat.
Sejak awal tahun, The Fed sudah menurunkan suku bunga acuan tiga kali. Powell menilai dampaknya mulai dirasakan oleh perekonomian Negeri Paman Sam.
"Dampak dari ekspansi ekonomi sekarang sudah dirasakan oleh masyarakat. Masih banyak yang akan dirasakan ke depan. Walau ekspansi ekonomi yang terjadi lebih lambat dari perkiraan kami sebelumnya," kata Powell, seperti diberitakan Reuters.
Powell memperkirakan ekspansi ekonomi AS masih akan berlanjut. "Saya melihat gelas setengah kosong ketimbang setengah penuh. Dengan kebijakan yang tepat, kita bisa mengisinya dan membuat lebih banyak masyarakat menikmati keuntungan," lanjutnya.
Mengenai arah kebijakan moneter, Powell hanya mengatakan bahwa The Fed akan merespons sesuai dengan perkembangan yang ada. The Fed akan memberikan respons kala data mengharuskan mereka untuk mengubah proyeksi ekonomi.
Well, pernyataan Powell memang bersayap. Namun bukankah seorang pejabat bank sentral memang seperti itu? Menyatakan pendapat yang samar-samar dan menjadi tugas pelaku pasar untuk mencernanya.
Namun dengan pernyataan bahwa ekonomi AS masih terus ekspansif, dan dampak pelonggaran moneter baru mulai terasa, sepertinya pasar membaca bahwa The Fed akan menghentikan dulu siklus penurunan suku bunga untuk sementara waktu. Kalau ekonomi memang tumbuh, buat apa ada stimulus moneter yang berlebihan dan justru berisiko kontraproduktif karena menciptakan overheating?
Setelah pidato Powell, pasar semakin yakin tidak akan ada penurunan Federal Funds Rate dalam rapat The Fed bulan depan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan bertahan di 1,5-1,75% dalam rapat 11 Desember mencapai 93,4%. Naik dibandingkan kemarin yang sebesar 92,6%.
Perkembangan ini membuat dolar AS di atas angin. Tanpa penurunan suku bunga acuan, setidaknya dalam waktu dekat, berinvestasi di dolar AS tidak rugi-rugi amat. Investor pun kembali berpaling ke mata uang Negeri Adidaya sehingga rupiah dkk di Asia melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Selasa (26/11/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.080 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah juga nyaris seharian melemah. Namun jelang lapak ditutup, rupiah berhasil membalikkan kedudukan dan finis dengan apresiasi 0,07% di hadapan greenback.
Sejauh ini, hanya yuan China, rupee India, dan peso Filipina yang mampu menguat. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:10 WIB:
Apa mau dikata, dolar AS memang sedang perkasa. Pada pukul 08:11 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%.
Penguatan dolar AS hadir setelah pidato Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome 'Jay' Powell di acara tahunan Greater Providence Chamber of Commerce. Powell menyampaikan, kebijakan moneter yang ditempuh The Fed sudah tepat.
Sejak awal tahun, The Fed sudah menurunkan suku bunga acuan tiga kali. Powell menilai dampaknya mulai dirasakan oleh perekonomian Negeri Paman Sam.
"Dampak dari ekspansi ekonomi sekarang sudah dirasakan oleh masyarakat. Masih banyak yang akan dirasakan ke depan. Walau ekspansi ekonomi yang terjadi lebih lambat dari perkiraan kami sebelumnya," kata Powell, seperti diberitakan Reuters.
Powell memperkirakan ekspansi ekonomi AS masih akan berlanjut. "Saya melihat gelas setengah kosong ketimbang setengah penuh. Dengan kebijakan yang tepat, kita bisa mengisinya dan membuat lebih banyak masyarakat menikmati keuntungan," lanjutnya.
Mengenai arah kebijakan moneter, Powell hanya mengatakan bahwa The Fed akan merespons sesuai dengan perkembangan yang ada. The Fed akan memberikan respons kala data mengharuskan mereka untuk mengubah proyeksi ekonomi.
Well, pernyataan Powell memang bersayap. Namun bukankah seorang pejabat bank sentral memang seperti itu? Menyatakan pendapat yang samar-samar dan menjadi tugas pelaku pasar untuk mencernanya.
Namun dengan pernyataan bahwa ekonomi AS masih terus ekspansif, dan dampak pelonggaran moneter baru mulai terasa, sepertinya pasar membaca bahwa The Fed akan menghentikan dulu siklus penurunan suku bunga untuk sementara waktu. Kalau ekonomi memang tumbuh, buat apa ada stimulus moneter yang berlebihan dan justru berisiko kontraproduktif karena menciptakan overheating?
Setelah pidato Powell, pasar semakin yakin tidak akan ada penurunan Federal Funds Rate dalam rapat The Fed bulan depan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan bertahan di 1,5-1,75% dalam rapat 11 Desember mencapai 93,4%. Naik dibandingkan kemarin yang sebesar 92,6%.
Perkembangan ini membuat dolar AS di atas angin. Tanpa penurunan suku bunga acuan, setidaknya dalam waktu dekat, berinvestasi di dolar AS tidak rugi-rugi amat. Investor pun kembali berpaling ke mata uang Negeri Adidaya sehingga rupiah dkk di Asia melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular