
Harga Dunia Meroket Gegara Trump, Obligasi Malah RI Loyo

Kemarin, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan ancaman kepada Beijing bahwa mereka akan menaikkan tarif impor tambahan jika kesepakatan tidak tercapai oleh kedua negara. Kondisi itu meningkatkan kekhawatiran pasar yang semakin enggan masuk ke pasar keuangan negara berkembang seperti Indonesia.
Penurunan harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di hampir seluruh pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 1 basis poin (bps) menjadi 7,44%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Nov'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 19 Nov'19 (%) | Yield 20 Nov'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 19 Nov'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.493 | 6.489 | -0.40 | 6.4407 |
FR0078 | 10 tahun | 7.035 | 7.038 | 0.30 | 7.0204 |
FR0068 | 15 tahun | 7.437 | 7.447 | 1.00 | 7.4113 |
FR0079 | 20 tahun | 7.626 | 7.627 | 0.10 | 7.6058 |
Sumber: Refinitiv
Data porsi investor di pasar SBN mengacu informasi dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067,87 triliun SBN, yang artinya berporsi 38,96% dari total beredar Rp 2.741 triliun.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 174,62 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 890 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 9,4 triliun.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, hampir seluruhnya masih menunjukkan penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 19 Nov'19 (%) | Yield 20 Nov'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 6.68 | 6.785 | 10.50 |
China | 3.231 | 3.198 | -3.30 |
Jerman | -0.34 | -0.342 | -0.20 |
Prancis | -0.027 | -0.031 | -0.40 |
Inggris | 0.735 | 0.734 | -0.10 |
India | 6.473 | 6.472 | -0.10 |
Jepang | -0.092 | -0.107 | -1.50 |
Malaysia | 3.434 | 3.426 | -0.80 |
Filipina | 4.672 | 4.684 | 1.20 |
Rusia | 6.36 | 6.39 | 3.00 |
Singapura | 1.762 | 1.708 | -5.40 |
Thailand | 1.71 | 1.69 | -2.00 |
Amerika Serikat | 1.786 | 1.748 | -3.80 |
Afrika Selatan | 8.37 | 8.345 | -2.50 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor