
Sentimen Lagi Tak Bagus, Apa Kabar Harga Minyak Mentah?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 November 2019 10:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah naik tipis pagi ini, Rabu (20/11/2019) setelah ditutup anjlok pada perdagangan kemarin. Berbagai sentimen negatif terutama ketakutan akan oversupply masih membayangi dan membuat harga minyak rawan terkoreksi.
Setelah ditutup ambles 3% pada perdagangan kemarin, harga minyak mentah kontrak Brent naik 0,03% ke level US$ 60.93/barel dan minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 0,43% ke level US$ 55,45/barel.
Permintaan minyak berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Ketika pertumbuhan ekonomi melambat permintaan minyak berpotensi besar ikut tumbuh melambat.
Saat ini ekonomi global tengah tumbuh melambat akibat perang dagang Amerika Serikat dengan China yang berlangsung dalam 16 bulan terakhir.
Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan perlambatan ekonomi terjadi hampir di 90% kawasan dunia.
IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2019 menjadi 3% di Oktober lalu, dari sebelumnya 3,3% di April dan 3,5% di Januari.
Perdamaian dagang antara AS-China tampaknya kembali menemui kebuntuan. Dalam rapat kabinet Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump kembali mengeluarkan ancaman pada China.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan tarif bahkan lebih tinggi," katanya di depan para pejabat AS, sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (20/11/2019).
Walaupun Trump menegaskan bahwa hubungan dengan China masih baik-baik saja, tetapi Trump mengatakan dirinya dapat berbuat apa saja jika China tidak menyetujui poin kesepakatan yang ia mau.
"China harus membuat kesepakatan yang saya suka," kutip Reuters lagi menirukan presiden kontroversial ini. Ancaman dan serangan terbuka Trump terhadap China bukan yang pertama di saat pembicaraan perdamaian terus dilakukan kedua negara. Sebelumnya AS dan China, sudah mulai berdialog soal kesepakatan dagang sejak Oktober
Sementara itu, mengutip sumber CNBC International, mood Beijing kini tidak bagus terkait perjanjian damai perang dagang. Presiden Xi Jinping dikabarkan pesimis dengan Trump akan menghapus semua tarif, seperti yang diminta China. Ancaman perlambatan ekonomi global masih berpotensi terus berlanjut sehingga memberatkan harga minyak.
OPEC dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ dijadwalkan untuk kembali bertemu Desember nanti membahas tentang kemungkinan pemangkasan produksi minyak yang lebih dalam, mengingat adanya potensi pelemahan pertumbuhan permintaan tahun depan.
Namun ada kemungkinan Rusia tidak setuju dengan opsi pemangkasan produksi minyak lebih dalam di tengah musim dingin. Kabar ini langsung memunculkan kekhawatiran akan terjadinya kelebihan pasokan.
Kabar lain yang juga menyebabkan harga minyak anjlok adalah produksi minyak Norwegia pada Oktober yang naik dan stok minyak mentah AS yang naik 6 juta barel minggu lalu menurut API, melansir Reuters. Sentimen ini lah yang berpotensi membuat harga minyak rawan terkoreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Naik-Turunnya Kebangetan, Kenapa sih dengan Harga Minyak?
Setelah ditutup ambles 3% pada perdagangan kemarin, harga minyak mentah kontrak Brent naik 0,03% ke level US$ 60.93/barel dan minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 0,43% ke level US$ 55,45/barel.
Saat ini ekonomi global tengah tumbuh melambat akibat perang dagang Amerika Serikat dengan China yang berlangsung dalam 16 bulan terakhir.
Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan perlambatan ekonomi terjadi hampir di 90% kawasan dunia.
IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2019 menjadi 3% di Oktober lalu, dari sebelumnya 3,3% di April dan 3,5% di Januari.
Perdamaian dagang antara AS-China tampaknya kembali menemui kebuntuan. Dalam rapat kabinet Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump kembali mengeluarkan ancaman pada China.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan tarif bahkan lebih tinggi," katanya di depan para pejabat AS, sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (20/11/2019).
Walaupun Trump menegaskan bahwa hubungan dengan China masih baik-baik saja, tetapi Trump mengatakan dirinya dapat berbuat apa saja jika China tidak menyetujui poin kesepakatan yang ia mau.
"China harus membuat kesepakatan yang saya suka," kutip Reuters lagi menirukan presiden kontroversial ini. Ancaman dan serangan terbuka Trump terhadap China bukan yang pertama di saat pembicaraan perdamaian terus dilakukan kedua negara. Sebelumnya AS dan China, sudah mulai berdialog soal kesepakatan dagang sejak Oktober
Sementara itu, mengutip sumber CNBC International, mood Beijing kini tidak bagus terkait perjanjian damai perang dagang. Presiden Xi Jinping dikabarkan pesimis dengan Trump akan menghapus semua tarif, seperti yang diminta China. Ancaman perlambatan ekonomi global masih berpotensi terus berlanjut sehingga memberatkan harga minyak.
OPEC dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ dijadwalkan untuk kembali bertemu Desember nanti membahas tentang kemungkinan pemangkasan produksi minyak yang lebih dalam, mengingat adanya potensi pelemahan pertumbuhan permintaan tahun depan.
Namun ada kemungkinan Rusia tidak setuju dengan opsi pemangkasan produksi minyak lebih dalam di tengah musim dingin. Kabar ini langsung memunculkan kekhawatiran akan terjadinya kelebihan pasokan.
Kabar lain yang juga menyebabkan harga minyak anjlok adalah produksi minyak Norwegia pada Oktober yang naik dan stok minyak mentah AS yang naik 6 juta barel minggu lalu menurut API, melansir Reuters. Sentimen ini lah yang berpotensi membuat harga minyak rawan terkoreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Naik-Turunnya Kebangetan, Kenapa sih dengan Harga Minyak?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular