
Analisis
Gara-Gara Trump dan Bom Medan, Rupiah Terkulai Tak Berdaya
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 November 2019 12:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (13/11/19). Dolar AS kembali perkasa di Asia hari ini, terbukti mayoritas mata uang utama berada di zona merah.
Rupiah langsung melemah 0,07% di level Rp 14.060/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka, selepasnya terus tertekan hingga menyentuh level terlemah hari ini Rp 14.084/US$.
Pidato Presiden AS Donald Trump pada acara Economic Club of New York tengah malam tadi menjadi mimpi buruk bagi pasar Asia. Pidato Trump tersebut sebenarnya masih direspon bagus di pasar AS, sentimen pelaku pasar masih baik terbukti dari bursa saham AS yang mampu kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Namun hal yang berbeda terjadi di pasar Asia, pidato tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk, aset-aset berisiko berguguran, dan rupiah terkena imbas negatif.
Dalam pidato tersebut Trump menyebut China "curang" dalam kesepakatan dagang di era presiden-presiden AS sebelumnya.
"Sejak China masuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 2001, tidak ada negara yang memanipulasi atau memanfaatkan AS sebaik China. Saya tidak akan mengatakan 'curang', tapi tidak ada yang lebih curang dari China, saya akan mengatakan itu" kata Trump dalam acara Economic Club of New York, sebagaimana dilansir CNBC International.
Meski memberikan pernyataan keras, tetapi Trump tidak menyalahkan China, ia justru menyalahkan presiden-presiden sebelumnya yang melakukan negosiasi perdagangan dan membiarkan AS dimanipulasi. Selain menyentil China, dalam kesempatan kali ini Trump juga menyerang Uni Eropa.
"Banyak negara mengenakan kita bea masuk yang sangat tinggi atau menciptakan hambatan dalam perdagangan. Dan saya akan jujur, Uni Eropa, sangat, sangat sulit. Hambatan perdagangan yang mereka buat sangat mengerikan, dalam banyak hal mereka lebih buruk dari China" ujar Trump.
Serangan terhadap Uni Eropa terjadi beberapa saat setelah adanya kabar yang menyebutkan Trump akan menunda kenaikan bea masuk otomotif dari Benua Biru selama enam bulan. Kini kabar tersebut kembali diragukan dan AS bisa jadi akan menaikkan bea masuk otomotif dari Uni Eropa yang tentunya bisa memicu babak baru perang dagang.
Sentimen dari dalam negeri diperburuk dengan adanya bom di Medan yang membuat kondisi dalam negeri terlihat kurang kondusif bagi investor. Rabu pagi tadi, terjadi ledakan di Polrestabes Medan. Ledakan tersebut diduga berasal dari bom bunuh diri.
"Kita sedang cek TKP," kata Wakapolda Sumatera Utara Brigjen Mardiaz Kusin, Rabu (13/11/2019). Kejadian itu disebut terjadi pukul 08.45 WIB. Pelaku diduga mengenakan atribut ojek online. Demikian dilansir detikcom.
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20/rerata 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) mulai bergerak naik meski masih di zona negatif, histogramnya sudah masuk ke wilayah positif. Indikator ini mengindikasikan rupiah mulai kehilangan momentum penguatan.
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru), dan di atas MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator stochastic bergerak turun dan masih di wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah kini kembali bergerak di atas Rp 14.070/US$ yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Selama tertahan di atas level tersebut, rupiah berpeluang melemah ke Rp 14.090/US$. Jika level tersebut juga ditembus, rupiah berpeluang melemah ke level US$ 14.110/US$
Seandainya level support mampu dilewati, rupiah berpeluang melanjutkan memangkas pelemahan bahkan menguat menuju level Rp 14.035/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Rupiah langsung melemah 0,07% di level Rp 14.060/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka, selepasnya terus tertekan hingga menyentuh level terlemah hari ini Rp 14.084/US$.
Pidato Presiden AS Donald Trump pada acara Economic Club of New York tengah malam tadi menjadi mimpi buruk bagi pasar Asia. Pidato Trump tersebut sebenarnya masih direspon bagus di pasar AS, sentimen pelaku pasar masih baik terbukti dari bursa saham AS yang mampu kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Dalam pidato tersebut Trump menyebut China "curang" dalam kesepakatan dagang di era presiden-presiden AS sebelumnya.
"Sejak China masuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 2001, tidak ada negara yang memanipulasi atau memanfaatkan AS sebaik China. Saya tidak akan mengatakan 'curang', tapi tidak ada yang lebih curang dari China, saya akan mengatakan itu" kata Trump dalam acara Economic Club of New York, sebagaimana dilansir CNBC International.
Meski memberikan pernyataan keras, tetapi Trump tidak menyalahkan China, ia justru menyalahkan presiden-presiden sebelumnya yang melakukan negosiasi perdagangan dan membiarkan AS dimanipulasi. Selain menyentil China, dalam kesempatan kali ini Trump juga menyerang Uni Eropa.
"Banyak negara mengenakan kita bea masuk yang sangat tinggi atau menciptakan hambatan dalam perdagangan. Dan saya akan jujur, Uni Eropa, sangat, sangat sulit. Hambatan perdagangan yang mereka buat sangat mengerikan, dalam banyak hal mereka lebih buruk dari China" ujar Trump.
Serangan terhadap Uni Eropa terjadi beberapa saat setelah adanya kabar yang menyebutkan Trump akan menunda kenaikan bea masuk otomotif dari Benua Biru selama enam bulan. Kini kabar tersebut kembali diragukan dan AS bisa jadi akan menaikkan bea masuk otomotif dari Uni Eropa yang tentunya bisa memicu babak baru perang dagang.
Sentimen dari dalam negeri diperburuk dengan adanya bom di Medan yang membuat kondisi dalam negeri terlihat kurang kondusif bagi investor. Rabu pagi tadi, terjadi ledakan di Polrestabes Medan. Ledakan tersebut diduga berasal dari bom bunuh diri.
"Kita sedang cek TKP," kata Wakapolda Sumatera Utara Brigjen Mardiaz Kusin, Rabu (13/11/2019). Kejadian itu disebut terjadi pukul 08.45 WIB. Pelaku diduga mengenakan atribut ojek online. Demikian dilansir detikcom.
![]() Sumber: investing.com |
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20/rerata 20 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) mulai bergerak naik meski masih di zona negatif, histogramnya sudah masuk ke wilayah positif. Indikator ini mengindikasikan rupiah mulai kehilangan momentum penguatan.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru), dan di atas MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator stochastic bergerak turun dan masih di wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah kini kembali bergerak di atas Rp 14.070/US$ yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Selama tertahan di atas level tersebut, rupiah berpeluang melemah ke Rp 14.090/US$. Jika level tersebut juga ditembus, rupiah berpeluang melemah ke level US$ 14.110/US$
Seandainya level support mampu dilewati, rupiah berpeluang melanjutkan memangkas pelemahan bahkan menguat menuju level Rp 14.035/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular