AS-China Maju-Mundur, Rupiah Rasanya Melemah Hari Ini

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 November 2019 07:23
AS-China Maju-Mundur, Rupiah Rasanya Melemah Hari Ini
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda depresiasi rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).

Berikut kurs dolar AS di pasar NDF jelang penutupan pasar kemarin dibandingkan hari ini, Rabu (13/11/2019), mengutip data Refinitiv:

Periode

Kurs 12 November (15:52 WIB)

Kurs 13 November (07:17 WIB)

1 Pekan

Rp 14.059,8

Rp 14.087,5

1 Bulan

Rp 14.100,3

Rp 14.114,6

2 Bulan

Rp 14.142,8

Rp 14.154,9

3 Bulan

Rp 14.191,8

Rp 14.230,93

6 Bulan

Rp 14.339,68

Rp 14.370

9 Bulan

Rp 14.500,6

Rp 14.532,75

1 Tahun

Rp 14.660,6

Rp 14.685

2 Tahun

Rp 15.344,7

Rp 15.352,7

Berikut kurs Domestic NDF (DNDF), yang kali terakhir diperbarui pada 12 November pukul 15:28 WIB:
 

Periode

Kurs

1 Bulan

Rp 14.073

3 Bulan

Rp 14.162


NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.

Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.

Sepertinya sentimen hubungan AS-China masih mendominasi pergerakan pasar hari ini. Dini hari tadi waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump berpidato di acara Economic Club di New York. Dalam pidato yang berapi-api itu, Trump mengungkapkan beberapa hal soal kesepakatan damai dagang AS-China fase I.

"Kami sudah dekat. Perjanjian dagang AS-China fase I akan terjadi, bahkan bisa terjadi segera," ungkap Trump, seperti dikutip dari Reuters.

Semestinya pernyataan itu berdampak positif, karena pasar dan seluruh dunia memang menanti berakhirnya perang dagang AS-China. Perang yang membuat rantai pasok global rusak, perdagangan lesu, investasi seret, dan pertumbuhan ekonomi terhambat.

Namun ada pernyataan berikutnya yang membuat investor agak cemas. Trump menegaskan bahwa jika kesepakatan dagang batal, maka AS akan mengenakan bea masuk yang lebih tinggi bagi impor produk-produk made in China.

Sejauh ini, AS sudah membebankan bea masuk kepada impor produk China senilai US$ 550 miliar. Sementara China membalas dengan menerapkan bea masuk kepada impor produk AS senilai US$ 185 miliar.

"Saya akan menaikkan bea masuk dengan signifikan jika China tidak membuat kesepakatan. Itu juga akan berlaku bagi negara lain," tegas Trump.


Oleh karena itu, pelaku pasar masih pikir-pikir. Sebelum kesepakatan dagang AS-China betul-betul diteken, spekulasi akan berseliweran dengan liar. Situasi yang aman untuk bermain 'menyerang', jadi lebih baik 'bertahan' dulu sampai semuanya jelas.

Investor yang bermain aman membuat aset-aset berisiko di negara berkembang kekurangan peminat. Minimnya arus modal membuat rupiah terpaksa melemah.


TIM RISET CNBC INDONESIA




(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular