AS-China Tak Jelas, Harga Minyak Mentah Melemah

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 November 2019 10:43
Harga minyak mentah kontrak ditransaksikan melemah pagi ini seiring dengan minimnya progress AS-China dan naiknya produksi minyak Arab
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia hari ini kembali melemah seiring dengan minimnya kejelasan akan kesepakatan dagang tahap pertama antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Pada 09.30 WIB harga minyak mentah kontrak Brent melemah 0,24% berada di US$ 62,03/barel, sementara itu, harga minyak mentah kontrak acuan West Texas Intermediate turun 0,46% ke level US$ 56,6/barel.



Si emas hitam sedang kena himpit dua sentimen utama penurunan permintaan maupun kelebihan suplai. Minimnya kejelasan kelanjutan kesepakatan dagang AS-China masih jadi pemicu utama bahwa permintaan energi akan kembali terpangkas.

Konflik dagang yang melibatkan raksasa ekonomi dunia telah membuat ekonomi global tumbuh melambat. Sebagai negara dengan konsumsi minyak mentah terbesar di dunia, wajar saja jika guncangan ekonomi pada AS dan China memicu kekhawatiran permintaan minyak akan terpangkas.

Mengutip data indexmundi, konsumsi minyak mentah AS mencapai 18,96 juta barel/hari sementara China mengkonsumsi minyak mentah sebanyak 10,48 juta barel/hari.

Sebelumnya beredar kabar bahwa kedua belah pihak sepakat untuk menghapus bea masuk yang dikenakan pada produk AS maupun China. Namun kabar tersebut segera di bantah oleh Presiden AS Donald Trump.

"China ingin bea masuk dicabut, walaupun tidak seluruhnya karena mereka tahu saya tidak akan melakukannya dan saya belum menyetujui apa pun" kata Trump melansir Reuters. Trump juga menambahkan bahwa China lebih ingin membuat kesepakatan ketimbang AS.

Jika AS-China batal menekan kesepakatan dan konflik dagang masih terus bergulir, maka perekonomian global akan semakin terpuruk. Permintaan minyak akan terpangkas.

Dari sisi pasokan, output minyak mentah Arab Saudi naik menjadi 10,3 juta barel per hari (bpd) pada Oktober. Kenaikan produksi minyak Arab Saudi memicu kekhawatiran bahwa di tengah kondisi perekonomian global yang belum kondusif, oversupply akan terjadi sehingga membuat harga minyak semakin tertekan.

OPEC dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi minyak hingga 1,2 juta barel per hari sejak Januari awal tahun ini hingga Maret tahun depan.

Menurut menteri energi Oman, ada kemungkinan bahwa OPEC+ akan memperpanjang waktu pemangkasan produksi minyak ini. Namun kecil kemungkinan kalau OPEC+ akan kembali menurunkan pemangkasan produksi minyak.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Naik-Turunnya Kebangetan, Kenapa sih dengan Harga Minyak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular