Investor Pantau AS-China, Bursa Futures Wall Street Memerah

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
11 November 2019 19:57
Kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 turun masing-masing 121,24 dan 12,73 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq melemah 35,30 poin.
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak futures bursa saham Amerika Serikat (AS) diimplikasi melemah pada perdagangan Senin (11/11/2019) karena investor mewaspadai situasi setelah AS membantah klaim China terkait penghapusan tarif pada produk senilai ratusan miliar yang diberlakukan oleh masing-masing negara.

Pada pukul 17:36 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 terkoreksi masing-masing 121,24 poin dan 12,73 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq melemah 35,30 poin.

Pekan lalu, Negeri Tiongkok mengirim kabar bagus yang membuat sentimen pelaku pasar membaik. Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengabarkan bahwa kedua belah pihak telah setuju untuk secara bersama-sama menghapuskan bea masuk yang menyasar produk impor dari masing-masing negara senilai ratusan miliar tersebut.

"Di dua minggu ini, para negosiator telah melakukan pembicaraan serius, diskusi konstruktif dan setuju untuk menghilangkan tarif-tarif tambahan di tiap fase (kesepakatan) sebagai progres dari perjanjian yang tengah berjalan," ujar Gao sebagaimana ditulis Bloomberg mengutip televisi pemerintah, Kamis (7/11/2019).

Pernyataan itu kemudian dibantah oleh Presiden AS Donald Trump pada Jumat pekan lalu (8/11/2019). Bahkan ia mengatakan klaim tersebut adalah kemunduran bagi gencatan dalam perang dagang.

"Mereka [China] ingin mengalami kemunduran [kesepakatan]. Saya belum menyetujui apapun [soal tarif]," katanya kepada wartawan sebelum bertolak ke Georgia, sebagaimana dilansir CNBC International. "[Langkah] China ini sedikit kemunduran, bukan kemunduran total karena mereka tahu saya tidak akan melakukannya [pembatalan tarif]."

Simpang siur terkait kejelasan penghapusan tarif besar kemungkinan dapat menjadi faktor penghambar tercapainya kesepakatan dagang kedua negara. Oleh karena itu, sambil mengamati kelanjutan cerita Washington dan Beijing, investor memilih mundur dari pasar saham negara berkembang.

Sentimen lainnya datang dari Hong Kong. Pada pagi hari ini, seorang perwira polisi Hong Kong terekam video sedang menembak pendemo yang mengenakan topeng. Polisi itu juga terlihat memukul salah seorang pendemo, di mana video tersebut menyebar luas melalu sosial media Facebook.

Kejadian mengerikan ini berlangsung setelah sebelumnya pada hari Jumat pekan lalu demo menelan seorang korban jiwa, yaitu seorang siswa berusia 22 tahun. Diduga penyebab kematiannya adalah cedera akibat jatuh pada saat bentrokan pekan sebelumnya, dilansir dari AFP.

Untuk diketahui, sejauh ini perekonomian Hong Kong sudah sangat tersakiti oleh aksi demonstrasi yang tak kunjung usai.

Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong merilis pembacaan awal untuk data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019. Pada tiga bulan ketiga tahun ini, perekonomian Hong Kong diketahui membukukan kontraksi sebesar 3,2% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ). Padahal di kuartal II-2019, ekonomi Hong Kong sudah tumbuh negatif 0,4% QoQ.

Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari AS yang patut dicermati oleh investor.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/dwa) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular