
Dolar Singapura Babat Penguatan Rupiah Sepanjang Pekan Lalu
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 November 2019 14:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah loyo pada perdagangan Senin (11/11/19), tidak hanya melawan dolar AS, di hadapan dolar Singapura Mata Uang Garuda juga melemah. Padahal sepanjang pekan lalu rupiah mampu menguat 0,26%.
Pada pukul 14:25 WIB, rupiah melemah 0,22% ke level Rp 10.324,57/SG$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dengan demikian, penguatan rupiah pada pekan lalu hampir dibabat habis dolar Singapura.
Pelemahan rupiah di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut kurs jual beli yang diambil dari beberapa situs resmi beberapa bank.
Masih belum jelasnya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi penekan rupiah pada hari ini. Sejak pekan lalu, baik AS dan China memberikan keterangan yang kontradiktif.
Mengutip CNBC International pada Kamis (7/11/19), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan baik AS maupun China setuju untuk membatalkan rencana pengenaan berbagai bea masuk. Perundingan yang konstruktif dalam dua pekan terakhir membuat kedua negara sudah dekat dengan kesepakatan damai dagang fase I.
Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, juga menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.
"Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pencabutan bea masuk sebagai syarat ditandatanganinya perjanjian damai dagang fase I. Mereka (China) mencoba bernegosiasi di ruang publik," tegas Navarro dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.
Presiden Trump juga mengkonfirmasi hal tersebut, ia mengatakan tidak setuju untuk membatalkan bea masuk, sebagaimana dilaporkan CNBC International pada Jumat waktu setempat.
Akan tetapi, China sepertinya masih ngotot memperjuangkan penghapusan bea masuk menjadi salah satu poin perjanjian damai dagang. Hu Xijin, Editor di harian Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan tanpa penghapusan bea masuk.
"Satu hal yang pasti adalah jika tidak ada pencabutan bea masuk, maka tidak ada perjanjian fase I," cuit Hu di Twitter.
Bantahan AS serta China yang ngotot membuat penandatanganan kesepakatan dagang kedua negara terlihat masih belum akan terjadi dalam waktu dekat. Sentimen pelaku pasar jadi memburuk pada hari ini, dan rupiah yang pekan lalu menguat diterpa aksi ambil untung.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Pada pukul 14:25 WIB, rupiah melemah 0,22% ke level Rp 10.324,57/SG$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dengan demikian, penguatan rupiah pada pekan lalu hampir dibabat habis dolar Singapura.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
BTN | 10.175,00 | 10.419,00 |
BCA | 10.308,93 | 10.329,31 |
Mandiri | 10.295,00 | 10.345,00 |
BNI | 10.294,00 | 10.355,00 |
Masih belum jelasnya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi penekan rupiah pada hari ini. Sejak pekan lalu, baik AS dan China memberikan keterangan yang kontradiktif.
Mengutip CNBC International pada Kamis (7/11/19), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan baik AS maupun China setuju untuk membatalkan rencana pengenaan berbagai bea masuk. Perundingan yang konstruktif dalam dua pekan terakhir membuat kedua negara sudah dekat dengan kesepakatan damai dagang fase I.
Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, juga menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.
"Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pencabutan bea masuk sebagai syarat ditandatanganinya perjanjian damai dagang fase I. Mereka (China) mencoba bernegosiasi di ruang publik," tegas Navarro dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.
Presiden Trump juga mengkonfirmasi hal tersebut, ia mengatakan tidak setuju untuk membatalkan bea masuk, sebagaimana dilaporkan CNBC International pada Jumat waktu setempat.
Akan tetapi, China sepertinya masih ngotot memperjuangkan penghapusan bea masuk menjadi salah satu poin perjanjian damai dagang. Hu Xijin, Editor di harian Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah, menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan tanpa penghapusan bea masuk.
"Satu hal yang pasti adalah jika tidak ada pencabutan bea masuk, maka tidak ada perjanjian fase I," cuit Hu di Twitter.
Bantahan AS serta China yang ngotot membuat penandatanganan kesepakatan dagang kedua negara terlihat masih belum akan terjadi dalam waktu dekat. Sentimen pelaku pasar jadi memburuk pada hari ini, dan rupiah yang pekan lalu menguat diterpa aksi ambil untung.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular