
Harga Minyak Mentah Galau Lagi, Ada Apa ya?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 November 2019 10:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Turunnya harga minyak mentah pada perdagangan pagi ini dipicu oleh dua sentimen utama yaitu naiknya stok minyak mentah AS dan juga penandatanganan kesepakatan dagang AS-China yang berpotensi mundur hingga Desember.
Harga minyak mentah kontrak jenis Brent turun tipis 0,06% ke level US$ 61,7/ barel sementara harga minyak mentah acuan AS jenis West Texas Intermediate (WTI) turu 0,04% ke level US$ 56,33/barel.
Harga minyak mentah tertekan setelah Energy Information Agency (EIA) AS mengumumkan bahwa stok minyak mentah mingguan AS naik hingga 9,3 juta barel, jauh melampaui prediksi analis yang naik hanya 1,5 juta barel.
Selain sentimen tersebut, investor juga masih waspada terkait penandatanganan perjanjian dagang antara dua raksasa ekonomi dunia yang sedang berseteru, AS-China. Terdengar kabar bahwa penandatanganan kesepakatan tahap satu bisa mundur hingga Desember nanti.
Pihaknya menyampaikan bahwa diskusi terkait waktu dan tempat masih terus bergulir. Selain waktu dan lokasi, China juga masih meminta AS untuk mencabut bea impor tambahan yang dikenakan pada produk China lainnya pada September lalu. Hal ini juga masih dinegosiasikan kedua belah pihak.
Melansir Reuters, puluhan tempat diusulkan untuk pertemuan presiden AS Donald Trump dengan presiden China Xi Jinping. Awalnya mereka berdua dijadwalkan untuk bertemu pada KTT APEC di Chile pertengahan November nanti. Namun Chila membatalkan KTT tersebut karena konflik internal negara yang tidak mendukung.
Salah satu lokasi yang diusulkan adalah London setelah Presiden Trump dijadwalkan menghadiri pertemuan NATO pada 3-4 Desember nanti. Tempat lain yang juga diusulkan adalah di Eropa seperti Swedia atau Swiss. Trump juga mengusulkan pertemuan diadakan di IOWA. Namun hingga saat ini, soal lokasi di mana pertemuan keduanya akan diselenggarakan berlum di tentukan.
"Negosiasi masih terus berlanjut dan dokumen kesepakatan tahap awal sedang dalam progress, kami akan mengumumkan lokasi penandatanganan setelah kami memutuskannya" kata juru bicara Gedung Putih Judd Deere, melansir Reuters.
Tak dapat dipungkiri bahwa friksi dagang yang terjadi antara keduanya selama 16 bulan terakhir telah membuat ekonomi global terkena guncangan. Ketika perekonomian global mengalami turbulensi dan laju pertumbuhan melambat, permintaan energi dalam hal ini minyak juga ikut terpangkas. Ketika permintaan turun dan suplai berlebih akibatnya harga menjadi tertekan. Inilah yang masih jadi kekhawatiran hingga saat ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Naik-Turunnya Kebangetan, Kenapa sih dengan Harga Minyak?
Harga minyak mentah kontrak jenis Brent turun tipis 0,06% ke level US$ 61,7/ barel sementara harga minyak mentah acuan AS jenis West Texas Intermediate (WTI) turu 0,04% ke level US$ 56,33/barel.
Selain sentimen tersebut, investor juga masih waspada terkait penandatanganan perjanjian dagang antara dua raksasa ekonomi dunia yang sedang berseteru, AS-China. Terdengar kabar bahwa penandatanganan kesepakatan tahap satu bisa mundur hingga Desember nanti.
Pihaknya menyampaikan bahwa diskusi terkait waktu dan tempat masih terus bergulir. Selain waktu dan lokasi, China juga masih meminta AS untuk mencabut bea impor tambahan yang dikenakan pada produk China lainnya pada September lalu. Hal ini juga masih dinegosiasikan kedua belah pihak.
Melansir Reuters, puluhan tempat diusulkan untuk pertemuan presiden AS Donald Trump dengan presiden China Xi Jinping. Awalnya mereka berdua dijadwalkan untuk bertemu pada KTT APEC di Chile pertengahan November nanti. Namun Chila membatalkan KTT tersebut karena konflik internal negara yang tidak mendukung.
Salah satu lokasi yang diusulkan adalah London setelah Presiden Trump dijadwalkan menghadiri pertemuan NATO pada 3-4 Desember nanti. Tempat lain yang juga diusulkan adalah di Eropa seperti Swedia atau Swiss. Trump juga mengusulkan pertemuan diadakan di IOWA. Namun hingga saat ini, soal lokasi di mana pertemuan keduanya akan diselenggarakan berlum di tentukan.
"Negosiasi masih terus berlanjut dan dokumen kesepakatan tahap awal sedang dalam progress, kami akan mengumumkan lokasi penandatanganan setelah kami memutuskannya" kata juru bicara Gedung Putih Judd Deere, melansir Reuters.
Tak dapat dipungkiri bahwa friksi dagang yang terjadi antara keduanya selama 16 bulan terakhir telah membuat ekonomi global terkena guncangan. Ketika perekonomian global mengalami turbulensi dan laju pertumbuhan melambat, permintaan energi dalam hal ini minyak juga ikut terpangkas. Ketika permintaan turun dan suplai berlebih akibatnya harga menjadi tertekan. Inilah yang masih jadi kekhawatiran hingga saat ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Naik-Turunnya Kebangetan, Kenapa sih dengan Harga Minyak?
Most Popular