
Masihkah Ada Harapan untuk Harga Batu Bara?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 November 2019 11:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga komoditas batu bara masih mengikuti tren fluktuatif di kisaran US$ 66 - US$ 72 per ton sejak awal September. Tren masih mungkin akan berlangsung jika tidak segera ada katalis yang mampu mengerek naik.
Harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup menguat 0,89% ke level US$ 67,7/ton pada penutupan perdagangan pekan kemarin (1/11/2019).
Pergerakan harga batu bara masih belum bisa lepas dari trennya sejak bulan September. Dua faktor penentu yang berpotensi jadi pengerek harga batu bara di akhir tahun ini adalah permintaan batu bara jelang musim dingin dan permintaan dari China.
Ketika musim dingin tiba, penggunaan penghangat ruangan akan naik. Akibatnya permintaan terhadap listrik juga naik. Bahan bakar untuk pembangkit listrik memang beragam mulai dari gas dan batu bara.
Harga batu bara yang relatif lebih murah dibanding bahan bakar lain jadi satu keunggulan di tengah perekonomian global yang tidak menentu seperti ini.
Namun faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah ketersediaan dan keterjangkauan bahan bakar substitusi seperti gas. Di samping itu, kebijakan konsumsi batu bara di negara seperti Eropa yang pro terhadap lingkungan juga jadi pertimbangan.
Harapan lain yang berpotensi mendorong harga batu bara adalah impor batu bara China. Ada anggapan bahwa impor batu bara China akan dipertahankan sama dengan tahun lalu di level 282 juta ton.
Namun, kondisi ekonomi China yang terus tertekan akibat perang dagang juga harus jadi salah satu pertimbangan. Jika ekonomi terus memburuk konsumsi energi juga akan ikut tertekan. Namun tentunya China akan memilih energi dengan biaya yang murah.
Hingga saat ini batu bara masih menjadi sumber energi yang relatif murah dibanding gas. Melansir Reuters, harga batu bara termal dengan kadar 5.500 Kcal/kg mencapai US$ 79,86/ton sementara itu harga gas dalam hal ini LNG mencapai US$ 594,7/ton.
Ditambah harga batu bara impor juga lebih kompetitif dibandingkan dengan harga batu bara domestik China.
"Pemerintah tidak memberikan dorongan yang kuat dan kebijakan ketat terkait dengan peralihan batu bara ke gas di tengah situasi ekonomi yang belum kondusif seperti sekarang ini" kata salah satu sumber yang berasal dari BUMN China melansir Reuters.
Jika memang benar China mengendorkan kebijakan impor batu baranya di kuartal terakhir tahun ini, maka masih ada sedikit harapan untuk harga batu bara.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Permintaan Rendah, Analis: Harga Batu Bara Bergerak Sideways
Harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup menguat 0,89% ke level US$ 67,7/ton pada penutupan perdagangan pekan kemarin (1/11/2019).
Ketika musim dingin tiba, penggunaan penghangat ruangan akan naik. Akibatnya permintaan terhadap listrik juga naik. Bahan bakar untuk pembangkit listrik memang beragam mulai dari gas dan batu bara.
Harga batu bara yang relatif lebih murah dibanding bahan bakar lain jadi satu keunggulan di tengah perekonomian global yang tidak menentu seperti ini.
Namun faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah ketersediaan dan keterjangkauan bahan bakar substitusi seperti gas. Di samping itu, kebijakan konsumsi batu bara di negara seperti Eropa yang pro terhadap lingkungan juga jadi pertimbangan.
Harapan lain yang berpotensi mendorong harga batu bara adalah impor batu bara China. Ada anggapan bahwa impor batu bara China akan dipertahankan sama dengan tahun lalu di level 282 juta ton.
Namun, kondisi ekonomi China yang terus tertekan akibat perang dagang juga harus jadi salah satu pertimbangan. Jika ekonomi terus memburuk konsumsi energi juga akan ikut tertekan. Namun tentunya China akan memilih energi dengan biaya yang murah.
Hingga saat ini batu bara masih menjadi sumber energi yang relatif murah dibanding gas. Melansir Reuters, harga batu bara termal dengan kadar 5.500 Kcal/kg mencapai US$ 79,86/ton sementara itu harga gas dalam hal ini LNG mencapai US$ 594,7/ton.
Ditambah harga batu bara impor juga lebih kompetitif dibandingkan dengan harga batu bara domestik China.
"Pemerintah tidak memberikan dorongan yang kuat dan kebijakan ketat terkait dengan peralihan batu bara ke gas di tengah situasi ekonomi yang belum kondusif seperti sekarang ini" kata salah satu sumber yang berasal dari BUMN China melansir Reuters.
Jika memang benar China mengendorkan kebijakan impor batu baranya di kuartal terakhir tahun ini, maka masih ada sedikit harapan untuk harga batu bara.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Permintaan Rendah, Analis: Harga Batu Bara Bergerak Sideways
Most Popular