
BI Jelaskan Kenapa Rupiah Belum Bisa ke Level Rp 13.000/US$
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
01 November 2019 14:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menyatakan pergerakan nilai tukar Rupiah vs Dolar AS yang anteng di level Rp 14.000 /US$ dinilai masih stabil dan bergerak sesuai dengan mekanisme pasar.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan, mata uang garuda beberapa kali menyentuh level di bawah Rp 14.000 per US$. Kondisi ini, kata dia, disebabkan oleh prospek ekonomi Indonesia yang tetap tumbuh ditambah lagi dengan inflasi yang masih terbilang rendah.
Perry melanjutkan, meski The Federal Reserve belum lama ini memangkas suku bunga acuan, hal ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi stabilitas nilai tukar Rupiah.
"Itu menunjukkan masih ada ruang bagi nilai tukar Rupiah untuk lebih menguat dan terbukti beberapa kali di bawah Rp 14 ribu per dolar AS," ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (1/11/2019).
Bila mengacu data pasar, mata uang Rupiah di pasar spot, bila dilihat sejak awal tahun ini hingga awal November atau year to date, memang masih terdepresiasi 2,36%. Rupiah, sempat berada di level Rp 14.000 pada akhir Januari-Februari di level Rp 13.920 per US$.
Tapi, kurs Rupiah di tahun ini juga sempat menyentuh level Rp 14.525 pada Mei 2019 dan kemudian berbalik menguat pada Juni dan September 2019 di kisaran Rp 13.900 per US$.
"Rupiah bergerak relatif stabil sesuai mekanisme pasar. Karenanya terima kasih kepada dunia perbankan dan dunia usaha yang memang menjaga stabilitas Rupiah dengan supply dan demand," ujar dia.
(dru) Next Article Belum Berhenti Menguat, Rupiah Tembus 13.500-an Per Dolar AS
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan, mata uang garuda beberapa kali menyentuh level di bawah Rp 14.000 per US$. Kondisi ini, kata dia, disebabkan oleh prospek ekonomi Indonesia yang tetap tumbuh ditambah lagi dengan inflasi yang masih terbilang rendah.
Perry melanjutkan, meski The Federal Reserve belum lama ini memangkas suku bunga acuan, hal ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi stabilitas nilai tukar Rupiah.
![]() |
"Itu menunjukkan masih ada ruang bagi nilai tukar Rupiah untuk lebih menguat dan terbukti beberapa kali di bawah Rp 14 ribu per dolar AS," ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (1/11/2019).
Bila mengacu data pasar, mata uang Rupiah di pasar spot, bila dilihat sejak awal tahun ini hingga awal November atau year to date, memang masih terdepresiasi 2,36%. Rupiah, sempat berada di level Rp 14.000 pada akhir Januari-Februari di level Rp 13.920 per US$.
Tapi, kurs Rupiah di tahun ini juga sempat menyentuh level Rp 14.525 pada Mei 2019 dan kemudian berbalik menguat pada Juni dan September 2019 di kisaran Rp 13.900 per US$.
"Rupiah bergerak relatif stabil sesuai mekanisme pasar. Karenanya terima kasih kepada dunia perbankan dan dunia usaha yang memang menjaga stabilitas Rupiah dengan supply dan demand," ujar dia.
(dru) Next Article Belum Berhenti Menguat, Rupiah Tembus 13.500-an Per Dolar AS
Most Popular