Rupiah Masih Betah di Zona Merah, Ada Apa Kah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 November 2019 08:37
Rupiah Masih Betah di Zona Merah, Ada Apa Kah?
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Sepertinya depresiasi rupiah lebih disebabkan oleh sentimen domestik.

Pada Jumat (1/11/2019), US$ 1 diperdagangkan Rp 14.040 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,06% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan, pelemahan rupiah semakin dalam. Pada pukul 08:13 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.055 di mana rupiah melemah 0,16%.


Kemarin, rupiah yang menguat menguat sejak pagi harus rela finis di zona merah. Rupiah belum bisa keluar dari teritori depresiasi sampai pagi ini.

Sayang sekali, karena pagi ini mayoritas mata uang utama Asia mampu menguat di hadapan greenback. Selain rupiah, hanya dolar Hong Kong, rupee India, dan peso Filipina yang masih melemah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:14 WIB:







Langkah rupiah begitu berat karena investor menantikan rilis data-data penting yang menumpuk dalam waktu dekat. Tidak lama lagi, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka inflasi Oktober 2019.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,12% secara month-on-month (MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan sebesar 3,23% dan inflasi inti tahunan di 3,3%.


Kemudian pada 5 November, BPS akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019. Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi nasional periode Juli-September tumbuh 5,03%, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 5,05%.

Lalu akhir pekan depan giliran Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2019. Pos yang akan sangat dicermati pasar adalah transaksi berjalan (current account), yang mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Transaksi berjalan menjadi fondasi bagi nilai tukar rupiah.


Selagi menanti data-data tersebut, investor memilih menahan diri. Sebab jika ternyata realisasinya lebih buruk ketimbang ekspektasi, maka perlambatan ekonomi Indonesia semakin nyata.


Sementara mata uang utama Asia masih mampu menguat karena aura positif damai dagang AS-China. Setelah Chile batal menjadi panggung penandatanganan perjanjian damai dagang fase I, keduanya akan segera mengumumkan lokasi yang baru.

Seperti diketahui, awalnya perjanjian damai dagang AS-China fase I akan diteken di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di Chile pertengahan bulan depan. Namun karena situasi Chile yang sedang mencekam karena gelombang demonstrasi, KTT APEC batal dihelat di negara tersebut.

"China dan AS sedang bekerja untuk memilih tempat baru penandatanganan perjanjian dagang fase I. Lokasi baru akan diumumkan segera. Presiden Xi (Jinping) dan Presiden Trump akan membubuhkan tanda tangan!" cuit Presiden AS Donald Trump di Twitter.

Dari Beijing, pemerintah China menegaskan bahwa komunikasi dengan AS berlangsung dengan baik. Dalam keterangan tertulis, Kementerian Perdagangan China menyebutkan tim negosiator kedua negara akan melanjutkan pembicaraan melalui telepon hari ini.

Hawa damai dagang AS-China yang terus terjaga membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Arus modal pun masuk ke instrumen-instrumen berisiko di Asia sehingga mata uang utama Benua Kuning ramai-ramai menguat. Sayang sekali rupiah tidak bisa ikut dalam euforia tersebut.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular