
Internasional
Khawatir Perang Dagang, The Fed Pangkas Suku Bunga 25 Bps
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
31 October 2019 06:05

Jakarta, CNBC Indonesia- Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), kembali memangkas suku bunga, Rabu (30/10/2019).
Langkah ini diharapkan bisa membendung dampak dari perang dagang AS-China dan perlambatan ekonomi global yang menekan ekonomi negara tersebut.
The Fed menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) ke kisaran 1,5% hingga 1,75%.
Pemangkasan yang dilakukan oleh Federal Open Market Comittee (FOMC) ini adalah yang ketiga dalam empat bulan terakhir.
"Kita mengambil langkah ini untuk tetap menjaga ekonomi AS kuat dalam menghadapi pertumbuhan global dan untuk memberi perlindungan dari risiko yng akan terjadi ke depan," kata Pimpinan The Fed Jerome Powell sebagaimana dilansir dari AFP.
Meski demikian, dari pernyataan yang diungkapkan, The Fed memberi sinyal bahwa pemotongan suku bunga kali ini adalah yang terakhir dilakukan FOMC tahun ini.
"Kami merasa kebijakan sudah di posisi yang tepat," katanya saat konferensi pers berlangsung, mengakhiri rapat yang sudah dilakukan dari 29 Oktober itu.
Ia mengisyaratkan tidak akan mengubah lagi suku bunga kecuali kondisi ekonomi AS makin memburuk secara tak terduga.
"Kami melihat posisi kebijakan sekarang sepertinya (ke depan) akan tetap sesuai," ujarnya lagi.
Sementara itu, pengamat ekonomi AS menilai pernyataan yang disampaikan The Fed memberi penekanan bahwa akan ada jeda pada kemungkinan pemangkasan suku bunga berikutnya.
"Mereka pikir telah melakukan hal yang cukup untuk saat ini dan bahwa langkah apa yang akan diambil selanjutnya akan bergantung pada data pelemahan dalam pertumbuhan atau inflasi nanti," kata ekonom Ian Shepherdson dari Patheon Macroeconomics.
Sebelumnya Perang dagang antara AS-China dan ketidakpastian global akibat maju mundurnya Brexit (keluarnya Inggris dari Eropa), telah menghantam manufaktur dan menciptakan ketidakpastian di AS. Banyak pihak mengerem investasi.
Karenanya langkah pemangkasan suku bunga dianggap banyak ekonom penting diambil The Fed untuk meningkatkan ekonomi AS yang melemah.
Tapi, data ekonomi kuartal ketiga (Q-III) 2019 AS yang diterbitkan di hari yang sama, secara mengejutkan menunjukan pertumbuhan ekonomi yang solid.
Di mana ekonomi AS tumbuh 1,9%, didorong oleh sektor perumahan yang kuat dan pengeluaran konsumen yang sehat. Angka pengangguran juga tercatat rendah sementara inflasi merayap naik ke 2,0%.
Tapi bukan berarti AS aman dari resesi. Perang dagang dan ketidakpastian masih jadi ancaman menakutkan yang bisa membawa negara itu pada kontraksi dalampertumbuhan ekonomi.
Bahkan, dikutip dari laman yang sama, survei menunjukan bahwa ekonomi AS dapat tergelincir ke resesi dalam 12 bulan ke depan.
Langkah The Fed ini membuat Wall Street ditutup menguat ke zona hijau.Bahkan indeks S&P 500 naik hampir mendekati rekor. Investor menilai langkah The Fed sesuai harapan mereka.
Sementara itu, pengamat lokal dari lembaga penyedia keuangan internasional lintas batas Stenn Group, Kerstin Braun mengatakan bukan The Fed yang bersalah dalam pelemahan ekonomi AS yang terjadi sekarang.
Presiden AS Trump diketahui kerap menyindir The Fed seraya meminta pemangkasa suku bunga yang lebih ekstrim, bahkan hingga ke teritori negatif.
Menurut Trump ini akan membuat pinjaman di AS lebih mudah dibanding negara lain, yang memacu pertumbuhan yang lebih agresif.
“(Pemerintah) AS perlu mengakhiri ketidakpastian tentang perdagangan global sementara menerapkan kebijakan fiskal yang mampu mendorong investasi ke infrastruktur dan inovasi,” katanya seperti ditulis BBC.
Ia bahkan menilai pemotongan suku bunga The Fed hanya langkah sia-sia.
(sef/sef) Next Article The Fed Tak Ubah Suku Bunga Jadi Negatif, Trump Angkat Bicara
Langkah ini diharapkan bisa membendung dampak dari perang dagang AS-China dan perlambatan ekonomi global yang menekan ekonomi negara tersebut.
The Fed menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) ke kisaran 1,5% hingga 1,75%.
"Kita mengambil langkah ini untuk tetap menjaga ekonomi AS kuat dalam menghadapi pertumbuhan global dan untuk memberi perlindungan dari risiko yng akan terjadi ke depan," kata Pimpinan The Fed Jerome Powell sebagaimana dilansir dari AFP.
Meski demikian, dari pernyataan yang diungkapkan, The Fed memberi sinyal bahwa pemotongan suku bunga kali ini adalah yang terakhir dilakukan FOMC tahun ini.
"Kami merasa kebijakan sudah di posisi yang tepat," katanya saat konferensi pers berlangsung, mengakhiri rapat yang sudah dilakukan dari 29 Oktober itu.
Ia mengisyaratkan tidak akan mengubah lagi suku bunga kecuali kondisi ekonomi AS makin memburuk secara tak terduga.
"Kami melihat posisi kebijakan sekarang sepertinya (ke depan) akan tetap sesuai," ujarnya lagi.
Sementara itu, pengamat ekonomi AS menilai pernyataan yang disampaikan The Fed memberi penekanan bahwa akan ada jeda pada kemungkinan pemangkasan suku bunga berikutnya.
"Mereka pikir telah melakukan hal yang cukup untuk saat ini dan bahwa langkah apa yang akan diambil selanjutnya akan bergantung pada data pelemahan dalam pertumbuhan atau inflasi nanti," kata ekonom Ian Shepherdson dari Patheon Macroeconomics.
Sebelumnya Perang dagang antara AS-China dan ketidakpastian global akibat maju mundurnya Brexit (keluarnya Inggris dari Eropa), telah menghantam manufaktur dan menciptakan ketidakpastian di AS. Banyak pihak mengerem investasi.
Karenanya langkah pemangkasan suku bunga dianggap banyak ekonom penting diambil The Fed untuk meningkatkan ekonomi AS yang melemah.
Tapi, data ekonomi kuartal ketiga (Q-III) 2019 AS yang diterbitkan di hari yang sama, secara mengejutkan menunjukan pertumbuhan ekonomi yang solid.
Di mana ekonomi AS tumbuh 1,9%, didorong oleh sektor perumahan yang kuat dan pengeluaran konsumen yang sehat. Angka pengangguran juga tercatat rendah sementara inflasi merayap naik ke 2,0%.
Tapi bukan berarti AS aman dari resesi. Perang dagang dan ketidakpastian masih jadi ancaman menakutkan yang bisa membawa negara itu pada kontraksi dalampertumbuhan ekonomi.
Bahkan, dikutip dari laman yang sama, survei menunjukan bahwa ekonomi AS dapat tergelincir ke resesi dalam 12 bulan ke depan.
Langkah The Fed ini membuat Wall Street ditutup menguat ke zona hijau.Bahkan indeks S&P 500 naik hampir mendekati rekor. Investor menilai langkah The Fed sesuai harapan mereka.
Sementara itu, pengamat lokal dari lembaga penyedia keuangan internasional lintas batas Stenn Group, Kerstin Braun mengatakan bukan The Fed yang bersalah dalam pelemahan ekonomi AS yang terjadi sekarang.
Presiden AS Trump diketahui kerap menyindir The Fed seraya meminta pemangkasa suku bunga yang lebih ekstrim, bahkan hingga ke teritori negatif.
Menurut Trump ini akan membuat pinjaman di AS lebih mudah dibanding negara lain, yang memacu pertumbuhan yang lebih agresif.
“(Pemerintah) AS perlu mengakhiri ketidakpastian tentang perdagangan global sementara menerapkan kebijakan fiskal yang mampu mendorong investasi ke infrastruktur dan inovasi,” katanya seperti ditulis BBC.
Ia bahkan menilai pemotongan suku bunga The Fed hanya langkah sia-sia.
(sef/sef) Next Article The Fed Tak Ubah Suku Bunga Jadi Negatif, Trump Angkat Bicara
Most Popular