
Bangkit pada Awal Pekan, IHSG Beri Sinyal Menguat Lagi Besok

Jakarta, CNBC Indonesia - Hampir terjerembab di zona merah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya tutup menghijau pada perdagangan Senin (28/10/2018), IHSG mampu ditutup menguat dengan kenaikan 13 poin atau 0,21% pada level 6.265.
Perdagangan awal pekan ini terbilang kurang ramai karena hanya membukukan transaksi Rp 8,01 triliun, lebih kecil dari transaksi kemarin yang mencapai Rp 10,1 triliun. Peran investor domestik sangat mendominasi dengan catatan 80% dari total transaksi, dan sisanya oleh investor asing.
Secara teknikal, potensi penguatan IHSG besok masih terbuka seiring terbentuknya pola Bullish Harami, yakni munculnya lilin putih pendek (short white candle) di belakang lilin hitam yang lebih panjang (long black candle) akibat penurunan yang terjadi akhir pekan lalu.
Fluktuasi diperkirakan masih terjadi karena posisi IHSG sedikit bergerak di atas rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving average/MA5) yang diwakili garis berwarna hijau.
![]() |
IHSG memulai perdagangan dengan kenaikan 0,07%, 49 menit kemudian indeks menyentuh level tertingginya pada level 6.278 karena pelaku pasar memburu saham-saham yang terkoreksi cukup dalam pada perdagangan akhir pekan.
Setelah itu pergerakan IHSG berangsur-angsur turun karena pelaku pasar masih ada yang melakukan profit taking, alhasil penguatan IHSG pada penutupan sesi I hanya tersisa 0,02% pada level 6.253.
Pada sesi kedua, IHSG lebih banyak bergerak pada zona merah karena tekanan dari investor asing yang melepas portofolio sahamnya terutama pada saham-saham berkategori blue chip. Asing hari ini membukukan Rp 159 miliar di keseluruhan pasar reguler.
Jelang penutupan perdagangan, IHSG bergerak positif lantaran sentimen positif dari global, khususnya hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China. Pejabat AS dan China mengatakan bahwa mereka "hampir menyelesaikan" beberapa bagian dari perjanjian dagang.
Sementara itu, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengumumkan telah memperpanjang masa tenggat keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) hingga 31 Januari 2020, dengan catatan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperoleh persetujuan dari Parlemen.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!