
Tak Ada Katalis Positif, Tren Harga Batu Bara Gitu-gitu Aja
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 October 2019 10:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Masih sesuai dengan prediksi, harga batu bara terkoreksi menuju level US$ 67,5/ton. Sejak 9 September 2019, harga rata-rata batu bara kontrak berjangka ICE Newcastle berada di level US$ 68,55/ton.
Pada periode yang sama, harga batu bara terendah tercatat mencapai US$ 66,45/ton dan harga tertinggi berada di US$ 71,75/ton.
Tren menunjukkan harga batu bara berada di rentang US$ 66-72/ton sejak awal September. Harga batu bara susah memantul lebih tinggi dari rentang tersebut. Pola seperti itu terus berlanjut hingga kini.
Pada penutupan perdagangan kemarin (24/10/2019), harga batu bara ICE Newcastle ditutup di US$ 67,5/ton atau turun 0,52% dibanding perdagangan periode sebelumnya.
Kinerja ekspor negara Cekungan Pasifik memang lagi surut, impor negara kawasan Benua Kuning pun juga tidak jauh beda.
Mengutip data Refinitiv, pada periode 15-22 Oktober, perhitungan sementara ekspor mingguan negara-negara cekungan Pasifik cenderung turun. Ekspor Australia turun jadi 7,33 juta ton dari sebelumnya 7,37 ton. Ekspor batu bara Indonesia turun dari 7,5 juta ton jadi 5,98 juta ton.
Sementara itu, berdasarkan perhitungan sementara mengutip data Refinitiv, impor batu bara India, China, Korea Selatan dan Taiwan pada periode 15-22 Oktober 2019 cenderung turun. Hanya Jepang yang mencatatkan kenaikan impor batu bara pada periode tersebut dibanding minggu sebelumnya.
Impor India turun menjadi 1,6 juta ton dari sebelumnya 2,9 juta ton. Impor China juga turun menjadi 3 juta ton dari sebelumnya 4,5 juta ton. Impor Korea Selatan turun dari 2,2 juta ton jadi 1,3 juta ton. Impor Taiwan turun dari 1,5 juta ton jadi 700 ribu ton. Pada periode yang sama, impor Jepang justru naik jadi 3,1 juta ton dari sebelumnya 2,2 juta ton.
Sentimen negatif lain yang memungkinkan kembali menekan harga komoditas ini adalah kembali pulihnya produksi batu bara China dan tingginya stok di berbagai pelabuhan serta tingginya pasokan gas di negara-negara Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Permintaan Rendah, Analis: Harga Batu Bara Bergerak Sideways
Pada periode yang sama, harga batu bara terendah tercatat mencapai US$ 66,45/ton dan harga tertinggi berada di US$ 71,75/ton.
Tren menunjukkan harga batu bara berada di rentang US$ 66-72/ton sejak awal September. Harga batu bara susah memantul lebih tinggi dari rentang tersebut. Pola seperti itu terus berlanjut hingga kini.
Kinerja ekspor negara Cekungan Pasifik memang lagi surut, impor negara kawasan Benua Kuning pun juga tidak jauh beda.
Mengutip data Refinitiv, pada periode 15-22 Oktober, perhitungan sementara ekspor mingguan negara-negara cekungan Pasifik cenderung turun. Ekspor Australia turun jadi 7,33 juta ton dari sebelumnya 7,37 ton. Ekspor batu bara Indonesia turun dari 7,5 juta ton jadi 5,98 juta ton.
Sementara itu, berdasarkan perhitungan sementara mengutip data Refinitiv, impor batu bara India, China, Korea Selatan dan Taiwan pada periode 15-22 Oktober 2019 cenderung turun. Hanya Jepang yang mencatatkan kenaikan impor batu bara pada periode tersebut dibanding minggu sebelumnya.
Impor India turun menjadi 1,6 juta ton dari sebelumnya 2,9 juta ton. Impor China juga turun menjadi 3 juta ton dari sebelumnya 4,5 juta ton. Impor Korea Selatan turun dari 2,2 juta ton jadi 1,3 juta ton. Impor Taiwan turun dari 1,5 juta ton jadi 700 ribu ton. Pada periode yang sama, impor Jepang justru naik jadi 3,1 juta ton dari sebelumnya 2,2 juta ton.
Sentimen negatif lain yang memungkinkan kembali menekan harga komoditas ini adalah kembali pulihnya produksi batu bara China dan tingginya stok di berbagai pelabuhan serta tingginya pasokan gas di negara-negara Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Permintaan Rendah, Analis: Harga Batu Bara Bergerak Sideways
Most Popular