
Penerbitan Obligasi Global Indonesia Dapat Peringkat BBB(EXP)
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
24 October 2019 13:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana penerbitan obligasi global pemerintah Indonesia yang sedang ditawarkan mendapatkan peringkat ekspektasi BBB(EXP) dari lembaga pemeringkat Fitch Ratings, tetapi masih sensitif terhadap gejolak rupiah.
Peringkat ekspektasi untuk penerbitan dalam denominasi dolar AS dan euro tersebut setara dengan peringkat utang negara Indonesia yang juga berada di BBB dan memiliki prospek (outlook) di level stabil, yang masih masuk klasifikasi layak investasi (investment grade).
Dalam riset pemeringkatannya hari ini (24/10/19), Direktur Fitch (Hong Kong) Ltd Thomas Rookmaaker menyatakan peringkat penerbitan efek utang baru tersebut memiliki sensivitas tinggi terhadap perubahan  peringkat utang negara Indonesia.
"Peringkat obligasi [yang akan diterbitkan] itu akan sensitif terhadap perubahan apapun pada peringkat utang jangka panjang denominasi asing Indonesia," ujar Rookmaaker.
Peringkat BBB Indonesia baru ditetapkan di level yang sama pada Maret kemarin. Peringkat BBB adalah salah satu dari 10 level peringkat yang layak investasi, dengan posisi terbaik dimiliki peringkat AAA yang mencerminkan kualitas kredit yang paling maksimal dan level terendah di kelas itu adalah BBB-.
Di bawah kelas layak investasi ada dua kelas lain yaitu kelas tidak layak investasi dan kelas berisiko substansial gagal bayar. Di kelas tidak layak investasi terdapat peringkat mulai B- sampai yang kualitasnya paling lumayan yaitu BB+. Selain itu ada peringkat D, SD, dan CCC di kelas potensi gagal bayar.
Pemerintah diketahui sedang menawarkan obligasi global setara Rp 29,65 triliun, yaitu dalam denominasi dolar AS dan euro dengan target US$1 miliar dan 1 miliar euro. Nilai tersebut setara Rp 14,03 triliun dan Rp 15,62 triliun.
Penerbitan itu berencana dilakukan pada efek utang bertenor 30 tahun dengan tingkat imbal hasil (yield) di sekitar 4,1%.
Seperti penerbitan-penerbitan global bond Indonesia sebelumnya, efek itu akan dicatatkan di Bursa Singapura (SGX-ST) dan Bursa Frankfurt.
Komite pengatur penerbitan (joint bookrunners) dalam penerbitan ini yaitu BNP Paribas, Citigroup, Goldman Sachs, Mandiri Securities, dan Standard Chartered Bank.
Selain itu, PT Danareksa Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) bertindak sebagai co-managers.
Momentum penerbitan tersebut dianggap tepat karena dilakukan ketika pasar obligasi reli dan sudah memasuki hari ke-10 di tengah ekspektasi penurunan suku bunga acuan domestik hari ini dan suku bunga Amerika Serikat pada akhir Oktober.
Sentimen positif itu juga diperkuat oleh euforia pemilihan menteri pemerintahan yang baru. Dengan kondisi baik itu, diharapkan yield yang diminta pelaku pasar global dalam penawaran bisa berada di kisaran rendah, atau berarti dengan harga yang relatif tinggi. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar.
Saat ini, yield obligasi global Indonesia yang jatuh tempo 2049 berada pada kisaran 3,8%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Market Bites: WIKA Siap Galang Dana dari Obligasi dan Sukuk
Peringkat ekspektasi untuk penerbitan dalam denominasi dolar AS dan euro tersebut setara dengan peringkat utang negara Indonesia yang juga berada di BBB dan memiliki prospek (outlook) di level stabil, yang masih masuk klasifikasi layak investasi (investment grade).
Dalam riset pemeringkatannya hari ini (24/10/19), Direktur Fitch (Hong Kong) Ltd Thomas Rookmaaker menyatakan peringkat penerbitan efek utang baru tersebut memiliki sensivitas tinggi terhadap perubahan  peringkat utang negara Indonesia.
Peringkat BBB Indonesia baru ditetapkan di level yang sama pada Maret kemarin. Peringkat BBB adalah salah satu dari 10 level peringkat yang layak investasi, dengan posisi terbaik dimiliki peringkat AAA yang mencerminkan kualitas kredit yang paling maksimal dan level terendah di kelas itu adalah BBB-.
Di bawah kelas layak investasi ada dua kelas lain yaitu kelas tidak layak investasi dan kelas berisiko substansial gagal bayar. Di kelas tidak layak investasi terdapat peringkat mulai B- sampai yang kualitasnya paling lumayan yaitu BB+. Selain itu ada peringkat D, SD, dan CCC di kelas potensi gagal bayar.
Pemerintah diketahui sedang menawarkan obligasi global setara Rp 29,65 triliun, yaitu dalam denominasi dolar AS dan euro dengan target US$1 miliar dan 1 miliar euro. Nilai tersebut setara Rp 14,03 triliun dan Rp 15,62 triliun.
Penerbitan itu berencana dilakukan pada efek utang bertenor 30 tahun dengan tingkat imbal hasil (yield) di sekitar 4,1%.
Seperti penerbitan-penerbitan global bond Indonesia sebelumnya, efek itu akan dicatatkan di Bursa Singapura (SGX-ST) dan Bursa Frankfurt.
Komite pengatur penerbitan (joint bookrunners) dalam penerbitan ini yaitu BNP Paribas, Citigroup, Goldman Sachs, Mandiri Securities, dan Standard Chartered Bank.
Selain itu, PT Danareksa Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) bertindak sebagai co-managers.
Momentum penerbitan tersebut dianggap tepat karena dilakukan ketika pasar obligasi reli dan sudah memasuki hari ke-10 di tengah ekspektasi penurunan suku bunga acuan domestik hari ini dan suku bunga Amerika Serikat pada akhir Oktober.
Sentimen positif itu juga diperkuat oleh euforia pemilihan menteri pemerintahan yang baru. Dengan kondisi baik itu, diharapkan yield yang diminta pelaku pasar global dalam penawaran bisa berada di kisaran rendah, atau berarti dengan harga yang relatif tinggi. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar.
Saat ini, yield obligasi global Indonesia yang jatuh tempo 2049 berada pada kisaran 3,8%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Market Bites: WIKA Siap Galang Dana dari Obligasi dan Sukuk
Most Popular