Pak Erick, Ini PR Perusahaan BUMN yang Belum Kelar!

tahir saleh, CNBC Indonesia
23 October 2019 10:09
Pak Erick, Ini PR Perusahaan BUMN yang Belum Kelar!
Foto: Erick Thohir (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) Rabu pagi ini (23/10/2019) memperkenalkan menteri-menteri yang mengisi kabinet 2019-2024 dengan nama kabinet Indonesia Maju. Banyak nama baru yang mengisi formasi menteri, khususnya menteri yang menjabat bidang ekonomi.

Sesuai prediksi, satu nama yang masuk jajaran menteri baru Jokowi yakni Erick Thohir, pemilik Grup Mahaka, yang menggantikan posisi Rini Soemarno sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2019-2024.

Erick menyebut, Presiden Jokowi meminta dirinya membantu kabinet dalam 5 tahun ke depan bidang ekonomi. Apalagi, Jokowi menargetkan, pada 2045 Indonesia akan menjadi negara maju dengan PDB per kapita Rp 300 juta per tahun dengan target tingkat kemiskinan mendekati nol persen. Namun, ia mengakui ini adalah tugas yang berat.

Benar Pak Erick, tugas Anda memang berat.

Berikut beberapa pekerjaan rumah (PR) Erick Thohir, mewarisi apa yang sudah dikerjakan Rini Soemarno tapi belum rampung.

1. Nasib Merpati Airlines
PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) kembali jadi sorotan. Kisah maskapai yang berdiri pada 6 September 1962 dan akhirnya ditutup sejak 1 Februari 2014 itu seakan jadi cerminan pekerjaan rumah Kementerian BUMN belum selesai.

Merpati memang mendapat angin segar untuk menjalankan kini bisnis kargo udara kembali setelah pada Rabu (16/10/2019), manajemen Merpati meneken kerja sama dengan 10 perusahaan BUMN.



2. Jiwasraya & Nasib Dana Nasabah
Asuransi Jiwasraya
BUMN sektor keuangan yakni PT Asuransi Jiwasraya (Perseroan) yang tengah menghadapi masalah. Asuransi jiwa pelat merah ini terpaksa menunda pembayaran kewajiban polis jatuh tempo.

Problem kesulitan likuiditas menjadi alasan keterlambatan pembayaran yang disampaikan oleh perusahaan asuransi pelat merah tersebut. Keterlambatan pembayaran polis jatuh tempo terdapat di produk bancassurance. Nilainya mencapai Rp 802 miliar.


Ada tujuh bank yang memasarkan produk bancassurance yang diketahui bernama JS Proteksi Plan Jiwasraya, yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), Standard Chartered Bank, PT Bank KEB Hana Indonesia, PT Bank Victoria International Tbk (BVIC), PT Bank ANZ, PT Bank QNB Indonesia dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Sebelumnya, Jiwasraya menawarkan skema roll over kepada pemegang polis yang pembayaran klaimnya ditunda. Produk JS Saving Plan yang ditunggak mencapai Rp 805 miliar.

3. Pos & Nasib Bisnis Logistik
Pos Indonesia
Persoalan keuangan juga dialami PT Pos Indonesia (Persero), meskipun tak tercatat dalam bukunya ada kerugian. Merujuk pada laporan keuangan tahunan Pos Indonesia, laba bersih memang selalu dicatat. Setidaknya sejak tahun 2012, laba demi laba terus menghiasi halaman laporan keuangan.

Teranyar, pada tahun 2018, Pos mencatat laba bersih sebesar Rp 127 miliar atau turun dari posisi 2017 sebesar Rp 355 miliar.

Tengok saja arus kas perusahaan kerap kali tercatat negatif. Sepanjang periode 2012-2018, perusahaan pos nasional tersebut hanya mampu membukukan arus kas positif sebanyak tiga kali. Sisanya berwarna merah alias negatif.

Posisi kas Pos Indonesia cenderung mengalami penurunan. Bahkan pada tahun 2018, posisi kas hanya sebesar Rp 2,64 triliun atau terendah sejak tahun 2012.


4. KRAS 'Dijarah' Habis-habisan & 7 Tahun Rugi
Awan mendung masih menggelayuti nasib PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Perusahaan baja milik negara ini bertubi-tubi didera persoalan. Perseroan didera kerugian selama 7 tahun berturut-turut, utang menggunung, isu PHK massal, hingga mundurnya komisaris independen belum lama ini. Bahkan belakangan, sang komisaris independen ini menyebut KRAS sudah 'dijarah' habis-habisan.

Direktur Utama KRAS Silmy Karim pernah mengatakan perseroan menargetkan efisiensi atau perampingan sekitar 2.400 karyawan organik di perusahaan induk hingga tahun depan, baik itu melalui natural retirement, pengalihan tenaga kerja ke anak perusahaan, maupun program pensiun dini.

Setidaknya ada 800 karyawan yang akan memasuki masa pensiun hingga tahun depan serta pengalihan 600 karyawan dari perusahaan induk ke anak-anak perusahaan KS.

Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49 miliar, naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar. Utang jangka pendek yang harus dibayarkan oleh perusahaan mencapai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar.


LANJUT HALAMAN 2: Kisah Garuda dan emiten farmasi
5. Sempat Restatement & Sorotan Kinerja Garuda
Emiten penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) belakangan jadi sorotan publik karena menyajikan laporan keuangan tahun buku 2018 tak sesuai dengan standar akuntansi. Persoalan ini sudah selesai, setelah Garuda akhirnya menyajikan ulang (restatement) laporan keuangan tahun buku 2018.

Dalam penyajian ulang laporan keuangan tersebut, Garuda mencatatkan kerugian, bukan untung seperti yang dilaporkan sebelumnya. 

Setelah ada penyesuaian pencatatan, maskapai penerbangan ini merugi US$ 175 juta atau setara Rp 2,45 triliun (kurs Rp 14.004/US$) tahun 2018. 

Beruntung pada kuartal I-2019 kinerja Garuda mulai membaik. Sepanjang semester pertama 2019 Garuda juga akhirnya kembali mencatatakan untung senilai US$ 24,11 juta atau Rp 337,59 miliar (dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$).

Laba bersih ini berhasil dikantongi setelah di periode yang sama tahun lalu perusahaan mencatatkan kerugian bersih senilai US$ 116,85 juta. Pendapatan perusahaan naik tipis sebesar 9,74% secara year on year (YoY) menjadi US$ 2,19 miliar (Rp 30,70 triliun). Naik dari US$ 1,99 miliar (Rp 27,98 triliun).


6. Rugi Indofarma & Anjloknya Laba Kimia Farma
Kerugian yang diderita PT Indofarma Tbk (INAF) dalam 3 tahun terakhir membawa sahamnya anjlok hingga 83% sepanjang tahun ini hingga Kamis (17/10/2019), mengacu data BEI. Sejak tahun 2016, INAF sudah tidak pernah mencicipi manisnya laba bersih meski pendapatan naik-turun.

Kinerja INAF bahkan lebih parah dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF). Pasalnya perusahaan yang awalnya mencatatkan rapor biru pada semester I-2018, kini malah membukukan rapor merah alias merugi di semester I-2019.

Melansir laporan keuangan, sepanjang paruh pertama 2019 total kerugian INAF sebesar Rp 24,36 miliar, dari sebelumnya mengantongi keuntungan senilai Rp 253,19 juta di semester I-2018. Untuk KAEF, semester I-2019, laba perusahaan justru anjlok 68,57% secara tahunan ke level Rp 47,75 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 151,92 miliar. 

Guna meningkatkan kinerja emiten farmasi, Kementerian BUMN pun akan menyelesaikan pembentukan induk usaha (holding) BUMN farmasi. PT Bio Farma (Persero) akan ditunjuk sebagai induk usaha membawahi Kimia Farma dan Indofarma. Presiden Jokowi sudah meneken PP soal suntikan modal ke Bio Farma.

Holding BUMN Farmasi menjadi PR yang belum selesai, bersamaan dengan holding BUMN sektoral lain setelah sebelumnya sudah terbentuk holding BUMN pupuk, semen, dan tambang.



Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular