Internasional

Hasil Survei Buktikan Bank-bank Kini Tengah 'Sekarat'

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 October 2019 11:21
Hasil survei dari lembaga konsultan McKinsey & Co. menyatakan bahwa separuh dari bank-bank dunia sudah berada di posisi yang lemah
Foto: REUTERS/Toby Melville
Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil survei dari lembaga konsultan McKinsey & Co. menyatakan bahwa separuh dari bank-bank dunia sudah berada di posisi yang lemah bahkan sebelum menghadapi perlambatan ekonomi yang mungkin akan terjadi.

"Mayoritas bank secara global mungkin tidak layak secara ekonomi karena pengembalian ekuitas mereka tidak sejalan dengan biaya," kata McKinsey dalam ulasan tahunan industri yang dirilis Senin (21/10/2019).


Oleh karenanya, lembaga ini mendesak bank-bank untuk mengambil langkah untuk mempertahankan bisnis mereka, seperti mengembangkan teknologi, meningkatkan operasi dan meningkatkan merger menjelang kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi.

"Kami percaya kami berada dalam siklus ekonomi akhir dan bank harus mengambil langkah berani sekarang karena mereka tidak dalam kondisi yang baik," kata Kausik Rajgopal, mitra senior di McKinsey, dalam sebuah wawancara.

"Pada siklus akhir, tidak ada yang mampu berpuas diri,".

Dalam dekade sejak krisis keuangan global, berbagai gelombang inovasi dalam jasa keuangan telah muncul. Inovasi ini membawa pesaing baru mulai dari startup, fintech hingga perusahaan raksasa seperti Apple Inc. dan Alphabet Inc., induk Google. Oleh sebab itu, bank-bank harus bisa memutuskan apakah akan bersaing dengan, bermitra atau mengakuisisi beberapa pendatang baru ini.

Beberapa perusahaan mapan bahkan terus berupaya berinovasi, hingga mengubah nama menjadi perusahaan teknologi. Hal ini dilakukan untuk menarik bakat yang sulit didapat.

Dalam laporan itu juga, McKinsey menekankan dampak yang bisa dibawa para 'pendatang baru' ini, karena mereka mengubah perilaku konsumen.

"(Sementara upaya terbaru yang dilakukan oleh bank untuk meningkatkan efisiensi adalah hanya) bisnis seperti biasa," katanya. Hal ini berpotensi membuat bank tertinggal dan hanya menjadi 'sejarah', lanjutnya.

Menurut McKinsey, bank-bank sekarang ini hanya mengalokasikan 35% dari anggaran teknologi informasi mereka untuk inovasi sementara fintech menghabiskan lebih dari 70%. Sehingga apabila dikombinasikan dengan faktor regulasi yang menurunkan penghalang untuk masuk bagi para 'pendatang baru', seperti perbankan terbuka dan persyaratan yang lebih longgar untuk startup, maka itu akan menciptakan lingkungan yang semakin kondusif bagi perusahaan baru dalam menyaingi para bank.

Contohnya adalah Amazon.com Inc. dari Amerika Serikat (AS) dan Ping An dari China. Keduanya adalah contoh perusahaan teknologi yang menangkap pelanggan jasa keuangan. Parahnya, para pemain baru ini cenderung mengejar bidang bisnis yang menciptakan pengembalian tertinggi di bank, seperti kartu kredit.

Untuk menghadapi itu, McKinsey mengatakan para pemberi pinjaman dapat memangkas biaya dan menemukan dana untuk mengembangkan teknologi dengan melakukan outsourcing.



"Bank (juga) perlu lebih nyaman dengan kemitraan eksternal dan mampu memanfaatkan bakat secara eksternal (untuk dapat bertahan)," kata Rajgopal.

Lebih lanjut, Rajgopal menyarankan bank-bank melakukan merger atau penggabungan perusahaan. Seperti halnya yang dilakukan BB&T Corp dan SunTrust Bank Inc. awal tahun ini. Merger mereka menjadi yang terbesar di AS sejak krisis keuangan melanda.

Rajgopal mengatakan dia memproyeksikan langkah merger dan akuisisi akan terus berlanjut di siklus akhir.

"Ke depan, skala kemungkinan akan lebih penting karena bank menuju perlombaan senjata pada teknologi," katanya.

Mengutip Bloomberg, McKinsey melayani berbagai klien, mulai dari perusahaan terbesar di dunia, dan berkonsultasi tentang berbagai topik mulai dari strategi dan teknologi hingga merger & akuisisi, outsourcing serta penawaran saham.

[Gambas:Video CNBC]






(sef/sef) Next Article Bank Sentral Inggris Kerek Lagi Bunga Acuan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular