
Analisis
Dolar AS Perkasa, Rupiah Bisa Melemah Tiga Hari Beruntun
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 October 2019 12:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (16/10/19). Jika hingga akhir perdagangan tidak bisa membalikkan keadaan, rupiah akan mencatat pelemahan tiga hari beruntun.
Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia melemah pada hari ini. Hal ini berarti dolar AS sedang perkasa di perdagangan sesi Asia.
Rupiah langsung melemah 0,7% ke level Rp 14.170/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka. Selepas itu, Mata Uang Garuda terus tertekan dan tidak sekalipun mencicipi zona hijau. Level terlemah rupiah pada hari ini di level Rp 14.189/US$, dan menjadi yang terburuk sejak 3 Oktober lalu.
Dolar AS masih bisa perkasa di Asia meski kesepakatan dagang AS-China pada Jumat pekan lalu mulai diragukan.
Namun, awal pekan lalu CNBC International yang mengutip sumber terkait melaporkan China ingin adanya perundingan tambahan sebelum menandatangani kesepakatan fase pertama. Negeri Tiongkok dilaporkan ingin AS membatalkan kenaikan bea impor yang rencananya akan berlaku pada bulan Desember.
Selain itu, media di China juga belum memberitakan kesepakatan pada Jumat pekan lalu dengan "nada" yang berbeda dengan tak menyinggung soal "kesepakatan" melainkan hanya mengatakan bahwa ada "kemajuan".
Sementara itu dari Menteri Keuangan AS mengatakan jika kesepakatan tidak ditandatangani, maka bea impor produk China terbaru akan dikenakan pada pertengahan Desember nanti. Tetapi Mnuchin cukup optimis China akan menandatangani perjanjian dagang yang akan dibuat dalam tiga pekan.
Meski muncul keraguan di pasar, tetapi probabilitas pemangkasan suku bunga di AS mulai menurun. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 75,4% bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), turun dibandingkan pekan lalu 83,4%.
Penurunan tersebut tentunya menunjukkan perubahan ekspektasi pelaku pasar terhadap suku bunga The Fed. Apalagi jika AS-China akhirnya menandatangani kesepakatan dagang fase satu yang dikatakan akan terjadi dalam tiga pekan oleh Presiden AS Donald Trump pada Jumat lalu.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia melemah pada hari ini. Hal ini berarti dolar AS sedang perkasa di perdagangan sesi Asia.
Rupiah langsung melemah 0,7% ke level Rp 14.170/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka. Selepas itu, Mata Uang Garuda terus tertekan dan tidak sekalipun mencicipi zona hijau. Level terlemah rupiah pada hari ini di level Rp 14.189/US$, dan menjadi yang terburuk sejak 3 Oktober lalu.
Namun, awal pekan lalu CNBC International yang mengutip sumber terkait melaporkan China ingin adanya perundingan tambahan sebelum menandatangani kesepakatan fase pertama. Negeri Tiongkok dilaporkan ingin AS membatalkan kenaikan bea impor yang rencananya akan berlaku pada bulan Desember.
Selain itu, media di China juga belum memberitakan kesepakatan pada Jumat pekan lalu dengan "nada" yang berbeda dengan tak menyinggung soal "kesepakatan" melainkan hanya mengatakan bahwa ada "kemajuan".
Sementara itu dari Menteri Keuangan AS mengatakan jika kesepakatan tidak ditandatangani, maka bea impor produk China terbaru akan dikenakan pada pertengahan Desember nanti. Tetapi Mnuchin cukup optimis China akan menandatangani perjanjian dagang yang akan dibuat dalam tiga pekan.
Meski muncul keraguan di pasar, tetapi probabilitas pemangkasan suku bunga di AS mulai menurun. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 75,4% bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), turun dibandingkan pekan lalu 83,4%.
Penurunan tersebut tentunya menunjukkan perubahan ekspektasi pelaku pasar terhadap suku bunga The Fed. Apalagi jika AS-China akhirnya menandatangani kesepakatan dagang fase satu yang dikatakan akan terjadi dalam tiga pekan oleh Presiden AS Donald Trump pada Jumat lalu.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular