
Pasar Positif, Permintaan Lelang Sukuk Negara pun Ramai

Pengumuman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu hari ini (15/10/19) menunjukkan dari jumlah permintaan tersebut, sayangnya nilai yang diterbitkan pemerintah hanya Rp 7,04 triliun. Angka penerbitan itu masih lebih rendah dari lelang sukuk sebelumnya Rp 7,12 triliun sekaligus lebih rendah dari rerata penerbitan SBSN sejak awal tahun Rp 7,53 triliun.
Lelang efek utang rupiah digelar rutin pemerintah setiap pekan sekali yang berselang sepekan antara obligasi konvensional dan sukuk negara.
Tingginya permintaan lelang tersebut seakan mencerminkan kondisi pasar yang sedang positif hari ini, meskipun tidak se-bullish kemarin. Penguatan harga terjadi ketika sentimen positif dari damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang masih menaungi pasar keuangan global hari ini, meskipun sudah dibumbui lagi oleh baku ancam kedua negara.
Selain itu, neraca dagang domestik yang terkontraksi siang ini tampaknya belum mampu melemahkan pasar obligasi sehingga penguatan masih tetap terjadi bahkan membesar di akhir-akhir perdagangan tadi sore.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 3,6 basis poin (bps) menjadi 7,63%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 15 Okt'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 14 Okt'19 (%) | Yield 15 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 15 Okt'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.65 | 6.629 | -2.10 | 6.5885 |
FR0078 | 10 tahun | 7.213 | 7.22 | 0.70 | 7.1901 |
FR0068 | 15 tahun | 7.666 | 7.63 | -3.60 | 7.569 |
FR0079 | 20 tahun | 7.847 | 7.842 | -0.50 | 7.7995 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,32 poin (0,12%) menjadi 262,62 dari posisi kemarin 263,3.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 553 bps, menyempit dari posisi kemarin 546 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 6,4 bps hingga 1,68% dari posisi kemarin 1,75%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, dan 3 tahun-5 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. Inversi yield tenor 3 bulan-10 tahun baru saja berakhir awal pekan ini dan belum terjadi lagi.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 15 Okt'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 14 Okt'19 (%) | Yield 15 Okt'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.682 | 1.674 | 3 bulan-5 tahun | 16.1 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.614 | 1.551 | 2 tahun-5 tahun | 3.8 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.586 | 1.525 | 3 tahun-5 tahun | 1.2 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.577 | 1.513 | 3 bulan-10 tahun | -1.5 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.753 | 1.689 | 2 tahun-10 tahun | -13.8 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.032,72 triliun SBN, atau 38,42% dari total beredar Rp 2.687 triliun berdasarkan data per 14 Oktober.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 139,47 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 810 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 3,33 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang naik 0,51% sedangkan rupiah di pasar valas masih terkoreksi 0,18%. Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, penguatan harga sedang terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif baku ancam AS-China, terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 14 Okt'19 (%) | Yield 15 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 6.68 | 6.68 | 0.00 |
China | 3.194 | 3.181 | -1.30 |
Jerman | -0.458 | -0.465 | -0.70 |
Prancis | -0.187 | -0.194 | -0.70 |
Inggris | 0.639 | 0.629 | -1.00 |
India | 6.67 | 6.66 | -1.00 |
Jepang | -0.169 | -0.17 | -0.10 |
Malaysia | 3.424 | 3.428 | 0.40 |
Filipina | 4.702 | 4.654 | -4.80 |
Rusia | 6.66 | 6.65 | -1.00 |
Singapura | 1.698 | 1.693 | -0.50 |
Thailand | 1.53 | 1.54 | 1.00 |
Amerika Serikat | 1.753 | 1.689 | -6.40 |
Afrika Selatan | 8.225 | 8.235 | 1.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%